Elegi menggendong Jeje sampai di mobilnya. Dia pun membuka pintu mobil dan mendudukkan Jeje di kursi depan. Elegi ikut masuk dan duduk di samping Jeje. "Kamu mau ngapain sih bawa aku kesini?" tanya Jeje menaikkan suaranya. | Cerpen Remaja Panggil Saja Aku Dengan Nama Jelita Part 3
"Baca itu!" Elegi memberikan map kepada Jeje. Jeje pun langsung membaca isi map itu. Tampak dahinya berkerut saat membaca tulisan demi tulisan. Selesai membaca isi map, Jeje mengembalikan lagi pada Elegi.
"Kamu masih waraskan?" tanya Jeje kesal.
"Apa aku seperti main-main?" Elegi memasang wajah dinginnya. Ada rasa takut di hati Jeje saat melihat wajah Elegi.
"Masuk akal nggak sih kamu tiba-tiba ngajakin nikah? Pakai acara nikah kontrak lagi. Kamu nikah aja sama wanita yang kamu sukai."
"Aku tidak mengenal satu pun wanita."
"Emang kamu kenal aku?"
"Stop … kamu harus menikah denganku. Itu sebagai ganti rugi biolaku."
"Hei … masa depanku lebih berharga dari biolamu itu. Kamu kayaknya harus cepat-cepat ke rumah sakit jiwa deh!" Cibir Jeje sambil membuka pintu mobil, tapi sayang mobil terkunci.
"Cepat bukakan pintu mobil ini! Aku bisa ikut gila bicara sama kamu." teriak Jeje lagi.
Elegi mendekatkan wajahnya ke wajah Jeje, dia pun mencekik leher Jeje. Jeje ketakutan melihat tatapan tajam Elegi, dia pun berhenti berteriak, rasanya tidak bisa bernafas karena Elegi mencekiknya dengan keras.
"Menikah denganku atau kamu mati di tempat!" ancam Elegi. Dia pun melepaskan cekekikannya dari leher Jeje. Jeje tak berkutik dia berusaha mengatur nafasnya. Lelaki di hadapannya benar-benar psikopat, dia tidak main-main dengan perkataannya.
"Biola itu adalah biola stradivarius, kalau kamu cerdas pasti tahukan tentang biola itu! Bahkan harga biola itu jauh lebih mahal dari nyawamu," ujar Elegi dengan wajah menakutkan seperti hendak menerkam Jeje.
"Menikah? Itu bukan hal main___"
"Jangan membantahku, aku hanya mau jawaban iya dari mulutmu." Elegi membuka pintu mobil lalu mempersilahkan Jeje keluar, tanpa suara dia keluar dari mobil itu, pikirannya sudah kacau balau.
Elegi pun membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Jeje yang masih setengah sadar.
Jeje hanya memainkan sendok tanpa memakan makanannya. Dia benar-benar takut dengan Elegi, dia bukan orang yang suka bermain-main. Pikirannya terus mengingat kejadian tadi pagi dan ancaman Elegi.
"Je … kamu ini kenapa sih? Makanan diaduk-aduk. Kamu nggak makan?" Emak Indun bingung melihat putrinya yang doyan makan malah mainin makanan.
"Emak, setuju enggak? Kalau aku nikah sekarang." Pertanyaan itu langsung saja meluncur dari bibir Jeje.
"Haaa … haha … haha…." Serempak Bapak, Emak, dan Kakak Jeje tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaannya.
"Yaampun! Emak sih setuju banget, malah bersyukur kalau ada yang mau nikahin kamu," ucap Emak Indun sambil menambah nasi ke piringnya.
"Emang ada yang mau nikah sama kamu?" Giliran Bapak Jeje yang bertanya.
"Palingan si cungkring yang pakai kaca mata tebal itu aja yang mau nikahin kamu." Ledek Kakak Jeje sambil tertawa.
Jeje membanting sendok ke piringnya lalu berlari masuk kamar. Rasanya dia ingin menghilang saja dari peredaran. Terdengar suara Emak memanggilnya tapi dia sudah tidak peduli, dia ingin menenangkan pikirannya yang sudah kacau balau.
"Woyyy … buka pintu! Di depan ada yang nyariin tuh!" teriak Emak sambil menggendor pintu kamar Jeje.
Jeje pun bermalas-malasan membuka pintu kamarnya.
"Siapa sih Emak? Bilang aja aku sudah tidur," ucap Jeje ketus. Emak menarik tangan Jeje menuju ruang tamu. Alangkah kagetnya Jeje saat melihat siapa yang tengah duduk dan sedang tersenyum sambil bercanda dengan bapak dan kakaknya. Jeje mengucek mata tidak percaya dengan apa yang dilihat.
"Jeje…kok kamu nggak pernah kasih tahu Bapak, kalau punya pacar setampan ini."
Jeje makin linglung mendengar ucapan bapaknya. Apalagi ini? Drama apa ini? Segala pertanyaan muncul di kepalanya. | Cerpen Remaja Panggil Saja Aku Dengan Nama Jelita Part 3
"Je…kamu duduk donk! Ngapain bengong di sana?" Teriak Kakak Jeje, dengan ragu Jeje duduk di samping Elegi yang terus tersenyum kearahnya.
Ini pertama kali dia melihat senyum di wajah dingin Elegi. Ketampanannya bertambah berkali lipat saat dia tersenyum.
Ini pertama kali dia melihat senyum di wajah dingin Elegi. Ketampanannya bertambah berkali lipat saat dia tersenyum.
"Maaf, kedatangan saya sangat mendadak Om …, saya kesini mau melamar Jeje." ucap Elegi mantap.
- Bersambung -