Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 5

Flash back 7 bulan yang lalu..

"Kamu pikir cari duit gampang? Seenaknya main pinjam-pinjam saja. Sudah bagus suamiku memberi ladang buat digarap. Betah banget toh jadi orang kere, sampai tua kere terus. Mbok, mikir. Ngipri, kek. Nyupang, kek. Biar gak miskin terus !" | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 5

Kata-kata wanita cantik istri majikannya, begitu membekas di hati lelaki itu. Sungguh dia hanya tidak ingin selalu merepotkan anak dan menantunya, sehingga memberanikan diri meminjam uang pada istri majikannya. Tapi malah penghinaan yang didapatkannya. Lelaki yang masih nampak gagah di usianya itu pun kembali kerumahnya, dengan satu tekad kuat dihatinya. Dia harus kaya, supaya bisa membeli mulut siapapun yang meremehkannya. Bagaimanapun caranya.

Ketika sampai dirumah, lelaki itu menceritakan segalanya pada istrinya yang tergolek lemah karena sakit. Perempuan yang tak muda lagi itu pun hanya mampu menangis merasakan sakit yang di rasakan suaminya. Dia hanya mampu mengangguk ketika suaminya meminta persetujuannya untuk menempuh jalan yang salah. Pun ketika dia dibawa suaminya ke tempat yang jauh dari rumahnya. Dimana ditempat itu sebuah perjanjian di buat, yang kelak akan membuatnya menjadi orang yang paling merugi. Dunia dan akhirat. Tapi nafsu setan, telah mengalahkan akal sehat sepasang suami istri itu.

Hingga tak berselang lama, terdengar kabar istri majikannya mengalami keguguran dan pendarahan hebat yang mengakibatkan ia meregang nyawa. Sejak saat itu, wanita paruh baya itu pun mulai bersenandung lagu jawa kuno di hadapan sebuah belanga di dalam sebuah bilik reyot di belakang rumahnya. Dimana disitu bersemayam sukma wanita yang menghina suaminya dalam bentuk seekor ikan gabus.

Dendam, memang sanggup membutakan mata hati siapa saja. Terlebih mereka yang tipis imannya.

"Wis kadung nekat pak, kalau tak dapat yang lain, terpaksa milik putri kita yang harus ibu ambil."
"Eling bu, jangan. Bapak gak setuju."
"Tapi penjagaan di semua kampung sangat ketat pak. Ibu lelah, kesana kemari tanpa hasil. Besok malam jumat terakhir dari batas waktu kita. Kalau kita gagal, nyawa kita taruhannya."

Laki-laki itu terdiam. Seraut sesal nampak jelas terlihat di wajahnya.

"Maafkan bapak, bu..."
"Ibu gak akan mencelakai putri kita pak, ibu janji."

Entah sejak kapan, aku mulai membenci hadirnya malam di kampung ini. Suasana mencekam, dan rasa lelah akibat beberapa malam kurang tidur membuatku merasa tertekan. Aku mulai jarang masuk kerja.

Susah payah aku menahan kantuk yang menggoda sejak sore. Sayup terdengar suara kentongan dari kampung sebelah. Ah, makhluk laknat itu sudah mulai meneror lagi.

Ku longokkan kepala kedalam kamar , di mana laras dan ibu terlelap di atas ranjang. Laras tampak gelisah dalam tidurnya. Aku tak bisa diam saja. Aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya kuputuskan menggelar sebuah tikar di kolong ranjang di mana istriku tertidur di atasnya bersama ibuku. Menyiapkan sebilah parang tajam, yang seharian tadi ku asah dan sebuah balok kayu yang terlebih dahulu ada sejak kemarin. Lalu berjaga di bawah kolong tempat tidur, menunggu kedatangan makhluk itu. Kalau-kalau makhluk itu datang lagi.

Waktu terasa berjalan sangat lambat. Rasa kantuk mulai menggodaku lagi. Dari luar, ku dengar suara gelak tawa beberapa warga yang masih berjaga tak jauh dari rumahku.

Lewat tengah malam, suasana semakin hening dan hawa terasa lebih dingin dari biasanya. Jam di dinding kamar menunjukkan pukul tiga dinihari. Tiba-tiba ku dengar suara gemuruh dari atap rumah. Kantukku seketika menghilang. Ku tajamkan pendengaran dan pandanganku dari bawah sini.

Jantungku berdebar kencang, keringat mulai membasahi bajuku. Ku edarkan pandangan hingga ke langit-langit kamar. Tiba-tiba ada gumpalan asap putih berputar-putar di dekat ranjang.

Tak jauh dari tempatku berbaring. Dan tak lama kemudian asap putih itu pun menjelma menjadi sosok yang mengerikan itu. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 5

Tubuhku terasa kaku, lidahku terasa tercekat, kelu. Seluruh tubuhku terasa sangat sulit untuk ku gerakkan, seakan terkunci. Air mata mulai mengalir dari sudut mataku, terasa panas membasahi pipi. Tanganku menggapai-gapai parang dan balok kayu yang ku simpan tak jauh dari tubuhku. Tapi anehnya tak juga mampu ku raih.

Dengan sekuat tenaga aku berusaha bangun dan keluar dari kolong ranjang, sambil meraih benda di sisi kananku dan mengayunkannya pada sosok putih di samping ranjangku.

"Allahu Akbaaaaar "

Brukkkkk...

Benda yang ku ayunkan serasa membentur dinding yang sangat keras. Tanganku terasa ngilu. Bersamaan dengan itu, makhluk mengerikan itu pun menjerit memekakan telinga. Lalu menghilang hanya dalam sekedip mata.

"Aaaaaaaaaarrrrggghhhhh......."

Ibu dan larasati pun terbangun karena suara makhluk mengerikan itu, beberapa detik sebelum makhluk itu menghilang. Lalu berpelukan erat di atas tempat tidur, dan menangis ketakutan bersamaan. Aku lemparkan balok kayu, lalu bergegas keluar rumah. Sebentar saja kentongan pun kembali ramai, bersama teriakan warga. Mengusik tenangnya penghujung malam.

Pagi kembali menyapa, aku bermaksud mengantarkan ustadz sofyan ke depan rumah. Ketika ku lihat bapak mertuaku berjalan memapah ibu yang berjalan dengan sebelah kaki di seret. Susah payah ia berjalan mendekat ke arah kami.

"Bu, apa yang terjadi ? Kaki ibu kenapa ?"
Aku bermaksud membantunya, ketika beliau menepis tanganku dengan kasar.

"Wis, toh. Aku bisa sendiri."

Lalu bapak mendudukkan ibu di kursi ruang tamu. Ustadz sofyan menepuk bahuku, kemudian berpamitan. Aku pun masuk ke dalam, mendapati laras tengah membalurkan minyak gosok pada kaki ibunya. Yang tampak memar membiru seperti bekas terhantam sesuatu.

"Koq bisa begini sih bu?"
"Namanya kecelakaan, ibu mana tau mau ditabrak motor itu."

Sementara mataku menatap nanar luka itu, dengan perasaan yang tak karuan. Luka memar itu...

Ku cari balok kayu yang semalam ku pakai memukul makhluk menyeramkan itu. Naluri ku semakin yakin. Ku raih handphone-ku, dan ku kirim pesan singkat pada ustadz sofyan. Tak berapa lama sebuah pesan balasan pun ku terima. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 5

[ Baiklah, kita jalankan rencana kita. Tetap hati-hati dan teruslah memohon pertolongan Allah, mas Ilham ]

Aku mengusap wajah lalu beristighfar berkali-kali.

- Bersambung -