Wanita itu ibarat anak-anak. Butuh perhatian dan kasih sayang. Namun, terkadang ia terlalu ragu menunjukkan perasaannya. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 5
Hingga menyimpan rasa rindu adalah pilihan.
Aku uring-uringan di kamar, kebetulan hari ini libur kerja. Kutarik selimut hingga menutupi kepala. Mataku hampir terpejam. Namun tiba-tiba Siska datang dan menarik paksa selimutku.
"Bangun woy, dah siang nih," katanya sambil kekikikan.
Aku menarik kembali selimutnya. Lagi pengen malas-malasan hari ini.
"Masih jam 7 juga," balasku sambil melihat jam di dinding.
"Joging yuk, biar segar badan ka," Siska maksa sambil tarik tanganku.
"Lagi mager nih," jawabku sambil malasan.
"Temenin aku dong ka, nggak enak joging sendirian," katanya memelas.
Kalau sudah begini, aku nyerah deh. Mau nggak mau harus nurutin permintaannya Siska. Dia sama percis sama si bocah pintar banget memelas. Apa aku jodohin aja ya mereka berdua? Biar dia nggak ganguin aku lagi. Tapi, kenapa berasa nggak rela ya?
Aku bangun, beranjak untuk siap-siap menemani Siska joging. Ku ambil handphone di atas nakas, sudah dua hari si bocah nggak ada kabar. Kenapa aku harus peduli? Toh kami nggak punya hubungan apa-apa. Ku masukkan benda pipih itu di dalam saku jaket.
"Udah siap kak, yuk kita pergi," Siska sudah di depan pintu kamarku, wajahnya semberiang. Sepertinya dia benar-benar senang.
"Yuk," sahutku tersenyum tipis.
Drrt... Sebuah pesan baru masuk. Aku merogo saku jaket sambil duduk di taman sejenak. Lelah juga, padahal baru 2 kali putaran.
[Ka, aku sakit] read.
[Ka, aku sakit] read.
Deg deg deg. Sakit? Sakit apa? Udah minum obat? Cepat-cepat ku hapus lagi, sebelum tangan nakal ini mengirimnya.
Aku terdiam. Pantaskah aku mengkhawatirkannya? Tapi untuk apa? Lagian kami hanya bertemu tanpa sengaja.
Aku terdiam. Pantaskah aku mengkhawatirkannya? Tapi untuk apa? Lagian kami hanya bertemu tanpa sengaja.
Tapi, kenapa perasaan ku resah. Haruskah ku balas? Aku terus mendiamkan ocehan Siska yang bercerita sejak tadi. Pikiranku serasa kacau hingga sampai di depan kos.
"Ka," bocah, mau apa dia kesini. Aku berlari kecil mwndekatinya, wajahnya pucat. Dia memang sedang sakit.
Tiba-tiba bruk...
Aku terbangun. Ku pandangi ruangan putih yang tak kukenali ini. Tubuhku lemas, kepalaku sedikit pusing.
Aku terbangun. Ku pandangi ruangan putih yang tak kukenali ini. Tubuhku lemas, kepalaku sedikit pusing.
"Kaka udah bangun," bocah, kenapa dia ada disini. Aku tak mengerti. Ingatanku belum sepenuhnya kembali.
"Yang sakit siapa yang pingsan siapa,"
Aku masih terlalu lemas untuk menjawab. Aku hanya menatapnya yang sedang sibuk menuang susu kotak kedalam gelas. Kapan aku pingsan, kulihat tangan kananku di infus.
Aku masih terlalu lemas untuk menjawab. Aku hanya menatapnya yang sedang sibuk menuang susu kotak kedalam gelas. Kapan aku pingsan, kulihat tangan kananku di infus.
"Kaka ngapain sih, kok bisa kena Anemia," omelnya sambil menyodorkan susu putih.
Ku ambil susu yang ia sodorkan, ia menepis tanganku. Dan menyodorkan gelas berisi susu itu ke mulutku.
"Udah minum aja," titahnya maksa.
Aku menenggak susu itu sampai habis.
Aku menenggak susu itu sampai habis.
"Kata dokter perut kakak kosong," pungkasnya lagi.
"Iya, kakak belum makan dari kemarin," jawabku santai.
"Ya ampun, sebegitu rindunya kakak sama aku," serunya nyengir.
"Kepadean banget sih kamu," balasku ketus sambil menjitak jidatnya.
"Udah sakit tetap aja kuat, sakit tau," pekiknya dengan wajah merintis.
"Sesekali pakai bibir napa kak," sambungnya nyengir. Aku menggepalkan tangan. "Ee kak, becanda," katanya lagi berusaha menghindar. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 5
Tiba-tiba perutku berbunyi, Kruk..kruk..
Si bocah langsung menatapku, ia menahan tawa.
Si bocah langsung menatapku, ia menahan tawa.
"Aku nggak lapar," ujarku menahan malu. Benar saja, si bocah langsung tertawa tak tertulungan. Aku menutupi wajah yang memerah ini dengan kedua tangan.
"Udah ah, capek ketawa mulu," katanya seraya pergi meninggalkanku.
Aku bernafas lega. Nih, perut nggak bisa di ajak kompromi. Bikin malu aku aja. Huh.
Si Azka alias si bocah datang kembali dengan membawa semangkuk bubur.
"Makan dulu ka," ia duduk di depanku sambil memegang semangkuk bubur.
Aku meraih mangkuk berisi bubur. Lagi, lagi ia menepis tanganku.
"Udah, biar Azka yang suapin ya," katanya sambil menatapku. Tak biasanya dia menyebut namanya sendiri. Wajahku kembali memerah. Sial, kenapa dia jadi tambah seperhatian ini.
Jalanan terlihat padat, antrian kendaraan roda 4 sampai dikawal polisi. Aku kembali menyender, lelah melihat antrian panjang.
Jalanan terlihat padat, antrian kendaraan roda 4 sampai dikawal polisi. Aku kembali menyender, lelah melihat antrian panjang.
Aku tidak meminta rawat inap di rumah sakit, karena kebetulan aku hanya sakit anemia.
"Ka," si bocah membuyarkan lamunanku.
"Emm..Apa?," jawabku tanpa menatapnya. Aku kembali melamun.
"Kalau aku pergi jauh terus nggak ada kabar, kakak rindu nggak sama aku?," ia memberikan pertanyaan mendadak.
"Yaiyalah," aku langsung menutup mulut.
"Apa? Jadi kakak bakalan rindu aku," wajahnya semberiang, kali ini ia menatap wajahku yang mulai memerah.
"Maksud kakak, ya nggak mungkinlah," tepisku.
"Masak sih? Kok aku nggak yakin yach," balasnya sambil senyum.
Aku memasang wajah cemberut.
Antrian panjang berakhir, ia mengendarai mobilnya lebih kencang. Selang beberapa menit mobil itu tepat sampai di depan kosku.
"Makasih ya, kakak masuk dulu," pamitku sebelum keluar mobil.
Ia terdiam sambil memandangiku.
"Kenapa?" tanyaku.
Ia menggeleng, "Aku mau lihat kakak sampai masuk," ujarnya.
Aku tersenyum dengan tingkah anehnya barusan. Aku langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam kos tanpa melihatnya lagi. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 5
Kenapa aku merasa rindu? Deg deg deg.
- Bersambung -