Hakikatnya wanita hanya butuh pengakuan. Seberapa pun perhatian dan obsesimu padanya, tak berarti tanpa pengakuan. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 4
Terkadang hal itu membuatnya resah, karena kau bisa pergi kapan saja.
Sudah hampir setengah jam kami duduk di kafe. Tapi, kenapa orang-orang belum berhenti memandangi kami. Apa ada yang aneh? Kulirik si bocah yang sedang lahap menyantap makanannya. Apa karena wajah tampannya, cih.
Ku kerbas pelan rokku. Gerah juga pakai baju ini. Lagian kenapa juga aku harus meminjam baju Siska untuk jalan dengannya. Kayak enggak ada baju aja. Aneh.
Dua hari yang lalu si bocah ngajak aku jalan. Aku menolaknya. Tapi, hari ini kenapa aku menerimanya. Entahlah, aku juga bingung.
Aku membetulkan duduk agar lebih rileks. Mataku masih sibuk melirik orang-orang yang ada di kafe. Apa karena dia bocah, makanya orang-orang pada liatin. Terus aku di kira tante-tante. Masak sih? Tapi, banyak kok yang bilang wajahku masih kayak anak SMA, walau usia hampir 25 tahun.
"Kenapa ka? Kok mienya nggak dimakan," wajahnya tepat di depanku, aku terkejut. Untungnya aku tak teriak.
"Kamu apaan sih," kataku judes sambil menjitak jidatnya.
"Aduh, kecil-kecil sakit juga ya," gumamnya sambil memegangi jidatnya dengan wajah meringis. Sesakit itukah? Aku tertawa pelan.
"Coba aja di jitak pake bibir kan beda," sambungnya sambil nyengir. Aku tertawa getir, darahku kembali naik.
"Dasar bocah mesum," ku pukuli ia dengan kedua tanganku. Ia tak menghindar sama sekali.
"Ampun ka, ampun," teriaknya kesakitan. Aku tak peduli, pukulanku tambah menjadi-jadi. Berani sekali ia berkata begitu dengan kakak-kakak yang umurnya hampir melewati lampu hijau.
Thing... Milk shake miliknya tumpah, untungnya bocah segera menangkap gelas yang hampir jatuh ke bawah. Aku terdiam, menatap si bocah. Sesaat hening, aku tak berani memandangi sekitar. Pasti semua mata menoleh kami. Ku pejamkan mata menahan malu yang luar biasa.
"Gimana ni?" tanyaku sambil menutup bibir.
Si bocah malah tertawa riang.
"Tenang. Udah biasa kok kejadian begini," jawabnya santai.
Si bocah malah tertawa riang.
"Tenang. Udah biasa kok kejadian begini," jawabnya santai.
Bajunya terkena tumpahan Milk shake. Aku merasa bersalah. Ku ambil tisu untuk membantunya membersihkan bekas tumpahan.
"Enggak apa kak," katanya sambil berdiri.
"Mau kemana?" tanyaku heran dan ikut berdiri.
"Mau ke kamar mandi, ikut?" jawabnya sambil nyengir. Aku memasang wajah cemberut. Ia segera menghilang dibalik tembok.
Apa aku terlalu kuat memukulnya, hingga mengenai gelas berisi milk shake. Lagian, dia nggak tau apa, kalau aku mantan pesilat. Cuma bawa motor aja yang nggak berani, sebenarnya bukan nggak berani. Semenjak kecelakaan waktu itu, aku harus kehilangan teman. Aku merasa nggak bisa membawa motor lagi.
Gara-gara ketumpahan air tadi. Aku dipaksa sama bocah memilihkan baju untuknya. "Kamu pilih sendiri sana," aku menarik kursi langsung duduk dengan tenang. "Nggak mau. Aku maunya kaka yang pilihin," pungkasnya keras kepala. Dasar bocah. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 4
Aku menghela nafas, "Kaka nggak bisa..,"
Si bocah memotong pembicaraan ku "Aku akan pakai, apapun baju yang kaka pilih,".
Bikin ribet nih bocah, aku kan nggak pernah beli baju cowok. Malah pilihan bajunya banyak lagi, tambah bingung. Aku berjalan sambil memilah-milah baju yang pantas untuknya. Baju kemeja polos dengan les tangan keren juga nih, pungkasku. What? Harganya 2 juta. Enggak jadi deh.
Aku berjalan ke barisan lainnnya. Sepertinya baju rajut keren juga. Waduh, tambah mahal. Kenapa semua bajunya mahal-mahal begini. Ah, aku pilih baju yang murah saja.
"Nih," kataku sambil menyerahkan kaos putih dengan garis biru muda. Ia langsung mengalihkan perhatiannya dari android yang ia genggam sejak tadi.
Ia tak langsung mengambilnya, dipandanginya kaos itu cukup lama. Aku bisa menebak, pasti dia nggak suka.
"Yaudah, kalau nggak su..," ketusku.
Secepat kilat ia menyambar baju itu dari tanganku. Dan melepas bajunya di depanku. Reflek aku membalikkan badan. Huh, aku mengelus. Benar-benar deh nih bocah.
Secepat kilat ia menyambar baju itu dari tanganku. Dan melepas bajunya di depanku. Reflek aku membalikkan badan. Huh, aku mengelus. Benar-benar deh nih bocah.
"Cuciin ya ka," pungkasnya sambil menyerahkan baju yang telah ia lepas tadi. Seenaknya aja dia perintah-perintah.
"Kenapa sih kamu perhatian banget sama kaka?" Aku memberanikan diri bertanya padanya. Sebelum Honda Jaz ini mengantarku tepat di depan kos.
"Kenapa sih kamu perhatian banget sama kaka?" Aku memberanikan diri bertanya padanya. Sebelum Honda Jaz ini mengantarku tepat di depan kos.
"Aku nyaman sama kaka," jawabnya tanpa melihatku.
Hanya sebatas nyaman kah? Kenapa aku berharap lebih. Bukan jawaban ini yang ku inginkan. Aku menarik nafas, menikmati kekecewaan.
"Ka, aku mau tanya," ia masih fokus menyetir. Kali ini aku menatapnya.
"Apa cinta harus dinyatakan? Tak cukupkah dengan pembuktian?" Aku tak begitu paham maksudnya. Aku mendiamkannya.
Kenapa hanya kamu yang bisa meluapkan segala rasa?
Kenapa saat kamu meluapkan semua rasa, aku tak mampu mencegah.
Lalu, kenapa aku harus menanggung perasaan ini sendiri?
Kenapa saat kamu meluapkan semua rasa, aku tak mampu mencegah.
Lalu, kenapa aku harus menanggung perasaan ini sendiri?
Mobil Honda Jaz tepat sampai di depan kos. Aku langsung keluar dari mobilnya tanpa pamit.
Dia memanggilku berkali-kali tapi aku mengabaikannya. Sebenarnya siapa yang bocah sih? Sebenarnya siapa yang egois? | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 4
- Bersambung -