Secuek-cueknya wanita, dia tetap wanita. Lama-kelamaan dia akan luluh, sama seperti batu yang terkikis air. Walau tubuhnya menolak, hatinya berharap. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 3
Keterbiasaan adalah awal dari kenyamanan. Saat merasa nyaman, kamu harus siap dilema. Melawan hati yang selalu berontak dengan kerinduan.
Anak-anak ramai berkumpul di depan halaman sekolah. Seperti pembagian sembako gratis saja. Aku mengabaikannnya. Ku sandarkan sejenak tubuh ke dinding, sambil menyeruput teh hangat. Masih ada 10 menit lagi sebelum masuk kelas.
"Mis mis, Rafi dikasih permen loe. Banyak lagi," serunya semberiang sambil menunjukkan permen yang memenuhi kantong celananya.
Aku menatap heran, "Dari siapa permennya nak?," tanyaku lembut pada Rafi, ia adalah salah satu anak murid ku.
"Dari abang itu, panggilannya abang handsome," jawabnya sambil menunjuk ke arah halaman sekolah.
Aku tercengang, sejak kapan anak-anak di beri permen begini. Tak hanya Rafi ternyata, anak-anak lainnya juga punya permen yang percis seperti Rafi. Siapa yang memberikan permen ini? Ternyata kegaduhan di luar tadi pembagian permen toh. Pantes anak-anak ramai di luar.
Aku bangkit, beranjak dari tempat duduk. Lalu berjalan sigap menuju halaman sekolah. Terlihat seorang lelaki menghadap jalan, memakai hoodie hitam. Siapa sih?
Aku mendekatinya, ku lepas topi hoodienya dari belakang. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya kuat. Aku mencoba melepaskan tanganku tapi sial genggamannya terlalu kuat. Ia membalikkan badannya, tubuh kami berhadapan. Aku terkejut tak percaya, Bocah?
Deg. Deg. Deg. Mata kami bertemu, di jarak yang terlalu dekat. Kami berdiam beberapa saat di posisi yang tak berubah. Ia masih menggenggam tanganku. Badannya sedikit diturunkan, aku dapat menatap wajahnya dari dekat.
"Lepas," pintaku garang sambil menghempaskan tangan. Ia segera melepas genggamannya. Aku segera menjauh darinya. Sekilas ada aura menyesal di wajahnya. Aku terdiam, tak mampu berkata apapun. Detakan jantung membuatku lemah. Ku tarik nafas pelan, untuk menenangkannya.
"Kaka sakit?" ia kembali mendekat dan menyentuh dahiku.
"Apaan sih," aku segera menepis tangannya.
"Kaka pucat banget," katanya lagi dengan nada khawatir. Aku menarik nafas, jantungku kembali berdegup kencang. Mungkin wajahku pucat karena menahan gejolak barusan.
"Kaka nggak apa-apa kan?" si bocah kembali bertanya.
Aku tak menghiraukan pertanyaannya, "Kamu yang kasih permen sama anak-anak?" tanyaku tiba-tiba.
Ia mengangguk pelan.
"Permen itu nggak baik untuk anak-anak," celetukku.
Tiba-tiba Rafi datang, "Miss kata Ayah, permen ini bagus loe, karena ada susunya," ujarnya sambil mengisap permen bergagang itu.
Aku dan si bocah sama-sama menatap Rafi. Sambil geleng-geleng kepala. Anak-anak sekarang pintar sekali menjawab, pikirku.
"Rafi permen itu manis, kalau kebanyakan dimakan nanti bisa sakit gigi," pungkasku sambil mengelus pundaknya.
"Miss, kata Mama kalau kita gosok gigi setiap hari gigi kita nggak akan sakit" murid ku yang lain datang menyambung dari belakang. Si bocah cengengesan mendengar jawabannya.
"Iya, iya nak. Yaudah anak-anak masuk sekarang ya," pintaku pada anak-anak. Kulihat anak-anak segera masuk.
"Dan kamu pulang sekarang, jangan kasih permen atau apapun lagi untuk anak-anak," sambung ku seraya meninggalkannya. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 3
"Dan kamu pulang sekarang, jangan kasih permen atau apapun lagi untuk anak-anak," sambung ku seraya meninggalkannya. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 3
"Ka sebentar," Dia menarik lenganku, aku segera membalikkan badan.
"Apaan sih," kataku ketus sambil melepas tangannya dari lenganku.
"Kaka kenapa sih cuekin aku mulu? bosan tau nggak," jawabnya kesal.
Aku terdiam, bukan karena aku tak tahu mau menjawab apa. Aku terlalu takut jika harus terbiasa dengan kehadirannya. Tapi, aku juga tak sanggup memintanya pergi.
"Miss Airan, sudah waktunya masuk kelas," Miss Lena menghampiri kami.
"Oh iya Miss," jawabku memaksa tersenyum, Miss Lena segera meninggalkan kami.
"Kaka mau masuk dulu," kataku sambil meninggalkannya.
"Aku tunggu kaka," jeritnya saat aku hendak menutup pintu.
Aku tak bersemangat seperti biasa, ditambah beberapa anak tidak hadir. Tiba-tiba terlintas tanpa sadar, apa dia beneran nungguin aku? Kenapa aku jadi kepikiran begini.
"Ayo nak, sikap berdoa," kataku sambil mengangkat kedua tangan.
Anak-anak serentak menjawab,"siap".
"Bacakan doa sebelum belajar," kataku lagi.
Tanpa sadar aku membacakan doa makan, "Allahumma bariklana..,"
"Miss..," tiba-tiba Rafi menjerit memanggil namaku.
"Kenapa lagi nak," kataku sedikit kesal.
"Itu do'a makan miss," jawabnya pelan.
"Astagfirullah," kataku sambil menepuk kepala. "Maaf nak miss salah, yuk kita baca doa sebelum belajar," sambung ku.
Kenapa aku jadi begini? Bukankah, mengabaikannya lebih baik. Tapi kenapa pikiran dan hati seolah menolak. Aku menepuk jidatku pelan, menyesali pertemuan tanpa sengaja itu. Ingat Ran dia cuma bocah, bocah Ran.
Drrrt...handphoneku bergetar, tanganku merogo saku rok.
[Ka] read
Deg.deg. Apa dia masih menungguku? Yang benar saja ini sudah senja. Aku berlari kecil, memastikan keberadaanya. Ku tarik gorden perlahan, mataku menjelajahi setiap sudut halaman sekolah melalui jendela. Nihil. Dia sudah pergi, kenapa aku jadi sedih begini.
[Ka] read
Deg.deg. Apa dia masih menungguku? Yang benar saja ini sudah senja. Aku berlari kecil, memastikan keberadaanya. Ku tarik gorden perlahan, mataku menjelajahi setiap sudut halaman sekolah melalui jendela. Nihil. Dia sudah pergi, kenapa aku jadi sedih begini.
Bukannya bagus dia sudah pergi, jadi aku bisa nyantai tanpa memikirkannya. Ku buka pintu utama sambil menunggu anak-anak dijemput. Brak, kutarik pintu sampai lebar.
"Ka," ia muncul tepat saat aku membukakan pintu. Bocah, jadi dia masih disini. Aku tersenyum sambil menatap lantai, kenapa aku sebahagia ini. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Pertemuan Yang Tak Terduga Part 3
- Bersambung -