Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 9



Barry menatapku dengan ekspresi wajah yang tidak bisa aku jelaskan. Sekilas aku sempat menyesal telah menanyakan hal selancang itu. | Cerpen Lucu Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 9

" Maaf jika aku keterlaluan. Seandainya benar aku bisa mengerti mengapa engkau tak ingin menyentuhku" suaraku berbisik memohon maaf.

" Bagaimana bisa kau anggap aku gay atau homo" dan tawa Barry meledak... dia tertawa terbahak-bahak.

Aku melongo bingung. Padahal aku tadi merasa tidak enak hati. Lah dia malah dengan santainya menertawakan kepolosanku.

Setelah puas tertawa Barry mengatakan sudah tiba waktunya dia kembali bekerja.

Dia bilang nanti akan menceritakan penyebab dia bersikap demikian terhadapku. Tapi tidak saat ini. Dia menunggu waktu yang tepat.

Kami kembali ke kamar. Barry mengucapkan terimakasih karena aku sudah membersihkan kamarnya.

Sesaat sebelum dia bekerja dia berpesan agar aku tidak memperbolehkan siapapun masuk kecuali dirinya.

Hemm aku kira dia cemburu karena beberapa rekan kerjanya memperhatikan aku saat makan siang tadi.

Waktu berjalan lambat sekali. Aku cuma berbaring dan membolak balik badan berusaha tidur siang.

Saat ketika akhirnya aku bisa terlelap aku bermimpi seolah kiamat terjadi.

Langit runtuh, jalanan terbelah dan gunung-gunung mengeluarkan laharnya. Disana sini hujan bongkahan batu diselimuti api.

Orang-orang berteriak berlarian kesana kemari berusaha menyelamatkan diri.

Aku kebingungan dan panik. Aku tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa.

Aku cuma ikut berlari bersama orang-orang tanpa tahu arah tujuan. Aku menangis ketakutan sambil berteriak-teriak.

Tak lama dunia serasa berguncang dan terdengar namaku disebut.

" Eka... Eka "

Aku terbangun tergeragap. Keringat dingin mengucur membasahi seluruh tubuhku.

Rupanya Barry yang membangunkan ku. Dia mengguncang tubuhku karena menurutnya aku mengigau dan berteriak dalam tidur.

Aku menangis sesenggukan. Aku tak ingin menceritakan mimpiku.

Barry kebingungan terus menerus menanyakan apakah aku baik-baik saja?

Aku hanya mengangguk dan berusaha tersenyum. Aku tak ingin membuat nya khawatir.

Ternyata hari sudah sore dan Barry sudah pulang kerja.

Kami bergantian pergi mandi dan menunggu waktu makan malam.

Aku lebih banyak diam berusaha mencerna arti mimpiku.

Sampai ketika tiba waktunya makan malam aku memilih lebih banyak diam.

Barry salah tingkah dan terus menerus mempertanyakan sikapku. Dia mengira aku marah karena menertawakan pertanyaan ku tadi siang.

Dia bahkan berjanji akan berkata jujur mengenai penyebab sikapnya terhadapku.

Aku hanya mengiyakan tanpa terlalu perduli. Bukan itu yang aku fikirkan saat ini.

Kami turun ke ruang makan. Melewati dek dan lorong panjang dimana sisi kanan dan kirinya terdapat kamar - kamar rekan kerjanya Barry.

Aku makan dalam diam. Bahkan Lena sempat mempertanyakan sikapku pada Barry. Katanya tak biasanya aku berdiam diri sedemikian. Aku hanya tersenyum dan mengatakan pada Lena bahwa aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menenangkan diri dulu untuk saat ini. Seusai makan Barry mengajakku berkumpul bersama yang lain. Karaoke dan minum-minum minuman keras. Aku menolak dengan tegas. Aku menagih janjinya untuk menceritakan penyebab sikapnya terhadapku. Dia mengajakku ke buritan kapal. Angin sepoi - sepoi malam itu. Suasana malam cukup terang oleh sinar bulan. "Tahukah engkau kenapa aku tak ingin menyentuhmu meskipun aku sudah mengontrakmu? " tanya Barry. | Cerpen Lucu Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 9

Menggeleng, aku tak terlalu ingin tahu yang sebenarnya. Cukup sekadar menghindari teman-teman yang lain, mendapatkan ruang dan waktu untuk menjauh dari mereka.

Barry menghela nafas berat sebelum memulai ceritanya.

" Ayah meninggal ketika usiaku masih 3 tahun. Kami 5 bersaudara dan kakakku yang pertama baru berusia 13 tahun. "

"Ibuku membanting tulang mengerjakan apa saja demi menghidupi kami semua. Kakakku berjualan koran dan kadang membantu memotong rumput dan membersihkan halaman rumah tetangga. Kami adik-adiknya berjualan kue keliling kampung. Hidup kami benar-benar sulit saat itu. "

"Hingga suatu hari ibuku diajak bekerja oleh kawannya. Hanya saja ibuku berangkat kerja menjelang malam dan pulang dini hari terkadang dalam keadaan mabuk. Kami tak mengerti apa yang dikerjakan ibu."

" Kami hanya tahu kebutuhan hidup dirumah perlahan mulai tercukupi. Kami bisa makan 3 x sehari setelah sebelumnya kadang berhari-hari kami tak bisa makan."

"Tahun berlalu kami semua bertambah usia dan kakakku menjelang remaja. Dia yang mengetahui pekerjaan ibuku dan kerap kali meminta ibu untuk berhenti. Tapi ibu selalu menolak karena dengan demikianlah kami sekeluarga bisa makan. "

"Ibu hanya meminta kami sekolah yang rajin agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. "

"Sampai akhirnya ketika kakakku lulus sekolah dan mulai bekerja di sebuah perusahaan sebagai office boy saat itulah Ibu mulai sakit-sakitan. Kakakku meminta Ibu untuk berhenti dan berjanji akan bekerja lebih giat untuk mencukupi kebutuhan hidup kami semua. Kakakku bekerja di 2 tempat dan berusaha agar semua adiknya bisa bersekolah."

" Aku masih terlalu naif saat itu. Dan mengetahui yang sesungguhnya saat aku dewasa. "

"Ibuku wanita hebat dan aku menghormati serta menghargai setiap wanita. Selalu ada alasan dibalik setiap tindakan. Dan aku tidak mau menjadi hakim untuk apapun keputusan mereka. "

"Termasuk kamu Eka. Lena banyak bercerita soal kamu terhadap Jhon. Dan Jhon menceritakan padaku sesaat setelah Lena menelpon nya di hari pertama kamu datang dan masih berada di atas speedboat. "

"Itulah alasan ku mengontrakmu namun tidak ingin menyentuhmu. Sudah cukup berat masalah yang kamu hadapi. Aku hanya ingin membantu mu sebisaku" tutup Barry sambil memandang ku lekat-lekat. Aku menangis sedari tadi mendengar ceritanya. Ternyata dibanding aku masa kecil Barry jauh lebih sulit. Dan dia mampu melewati masa-masa itu. | Cerpen Lucu Hidayah Membayar Tagihan Pinjaman Orangtua Ku Part 9

Aku memeluk Barry sambil mengucapkan terimakasih berkali-kali.

- Bersambung -