Sepeninggalmu, apa yg harus aku hikayatkan kepada anak anakmu? Bahwa kau ayah sejati bahwa kau suami terkasih? Heh, bagaimana mungkin kulupakan fakta tertoreh bahwa kau hanya duri dalam daging, Payau dalam tembikar dan nila dalam belanga susu.
Sekarang kau di sana, terbujur di antara lalu lalang pelayat yg berwajah iba. Menatapmu, menatapku dan menatap anak anak kita. Namun sungguh, mereka tak akan menemukan derita yg kusembunyikan di balik wajah beku, maaf...aku tak bisa lagi menangis!
Peran antagonismu telah tamat, lelakiku. Tak akan ada yg bisa selamanya zalim. Tuhan tidak buta dan Dia juga tidak tuli. Apalagi menyianyiakan air mataku yg mampu membuat sendang selama bertahun tahun dan kau adalah sumber melimpah itu.
Hari bertambah siang dan rumah kecil ini semakin sesak saja, sesesak jiwaku ingin menuntaskan ceremoni penguburanmu secepat mungkin agar rasa sakit ini turut terbenam bersama jasadmu itu!
Para pelayat lelaki yg bertugas memandikanmu mengkhatamkan prosesi dgn mengkafani tubuh kaku dan remukmu yg dulu selalu menghadiahkan lebam di wajah dan bagian tubuhku yang lain. Yg dulu kerap memeluk wanita tanpa pernah peduli aku yg meraung memohon engkau setia. Sekarang kau diam, bisu, kaku, seperti diriku yg harus mengkafani derita berkarat bertahun tahun. Bagai sebuah proyeksi, aku temukan dua wajah suram yg sama dalam takdirmu dan takdirku. | Cerpen Sedih Dan Kau Hanya Duri Di Dalam Daging
Betapa pongah dirimu di hadapanku dulu menyeracau hardikan dan umpatan, menyesali setiap rupiah yg kau berikan pada perempuan kuyu ini, aku tak terima! Sebelum kau menjadi pongah karena harta kita berdua hanyalah sepasang suami istri miskin nomaden karena tak berumah. Namun ternyata kekayaan telah menjungkirbalikkan perangai seorang lelaki, dari penyayang apatis menjadi pembenci agresif, dan celakanya aku kau anggap biang kesialan hidupmu!!
Kau sebut apa wanita- wanita yg memeras dan menguras rupiahmu setelah nafsu terpuaskan? Sudut pandang rusak karena yg sedang bersamamu adalah iblis iblis durjana!
Tandu jenasah telah disiapkan, manusia berdiri dan mendesis, Larung dalam doa. Untuk terakhir kusentuh dirimu, tanpa rasa, tanpa ratap, tanpa air mata lagi yg sudah terlalu lama mengering.......aku mematung dalam keterhenyakan, ternyata doa wanita yg kerap dizalimi adalah klimaks kemarahanNya yg berakhir tragis, engkau remuk dilindas Truk Tronton!!
Deritaku telah berakhir!!