Tuhan Tidak Rela Hambanya Didurhakai

"Kenapa harus dia? Bukankah di luar sono masih buanyak wanita yang lebih menarik dari Humaira?" tanggap abang kandung begitu mendengar rencanaku mau melamar Humaira Aqila. Ia lantas ke luar kamar setelah mengambil baju dari lemari. | Cerpen Sedih Tuhan Tidak Rela Hambanya Didurhakai

Tidak tahu, kenapa responnya seperti itu. Yang jelas, dahiku sempat mengerut mendengarnya.

Humaira sendiri adalah wanita tercantik di desa kami. Cuma, karena ia berhijab, banyak pria harus menelan ludah melamar anak kyai kami itu.

"Mas, bila memang gara-gara hijab ini Mas Rafi tidak setuju, saya rela melepas hijab ini," ucap Humaira setelah kuceritakan tanggapan abang kandungku itu.

Aku tahu ini salah. Cara dia mencintaiku tidak direstui agama. Bagaimana mungkin ia berani tinggalkan kewajiban, hanya karena ingin memilikiku.

Usai magrib aku ke rumah wanita lesung pipi itu. Baru mau salam, terdengar percakapan tidak enak dari dalam rumah.

"Nduk, si Iqbal adik si Rafi itu ndak soleh amat. Abah tidak yakin. Bila nanti kalian nikah ia mampu menjaga agamamu."

Dada ini bergemuruh. Kata-kata Abah Humaira sangat menusuk di dada. Tidak salah apa yang beliau katakan. Memang agamaku belum mumpuni. Aku tak sempat belajar agama dari Ayah ibu. Tuhan lebih dulu memanggil mereka. Bang Rafi lah yang menanggung hidupku semenjak kecil. Tak pantas rasanya melawan tanggapannya kemaren.

Pagi tidak cerah. Gerimis pagi itu menangisi kejadian yang membuat heboh sekampung. Humaira dikabarkan kabur dari rumah. Aku pun tahu, setelah abah dan umminya datang ke kediaman kami.

"Yakin Nak Iqbal, Humaira tidak sedang bersama kalian?" tanya kyai Hasan, walau melihatku mengerutkan dahi.

"Benar Kyai, Humaira tidak di sini," jawab bang Rafi yang lantas membuat mereka pamit.

Sedih melihat umminya Humaira. Tumpahan air matanya cukup membuat hati ini terenyuh. Bahkan, ia tak bicara sepatah kata pun. Ia hanya menyimak kata-kata suaminya dan jawaban kami.

Seminggu setelah kabar kaburnya Wanita itu, kini di medsos kembali heboh dengan berita Humaira ikut kontes kecantikan. | Cerpen Sedih Tuhan Tidak Rela Hambanya Didurhakai

Pageant tersebut bahkan memenangkan Humaira. Entah seperti apa Kyai Hasan dan istrinya di sana, bila mengetahui berita itu. Pesona wanita kembang desa kami itu telah pudar di mata ini.

Belum genap Humaira menikmati mahkota kecantikan itu, ia diberitakan tewas di rumah dinasnya. Miris, mungkin itu akibat menentang orangtuanya. Aku pun merasa bersalah, ikut terlibat dalam takdir ini. Rupanya, Tuhan memang tak rela hamba-Nya yang taat didurhakai oleh anaknya.