Aku sudah terpojok, sebagaimana badannya dua kali lebih besar dari badanku, sudah kuperhitungkan dengan modal titel alumni perguruan silat tapak suci yang hanya sebatas sabuk putih saja ketika madrasah, menyerang duluan atau bertahan pada posisi hasilnya tetap sama, aku akan kalah, belum lagi soal rumor yang beredar jika banci punya tenaga dua kali lipat dari laki -laki normal, dengan kuda-kuda perlindungan tinggi, tentunya dengan lutut yang bergetar hebat, kupasrahkan kepada takdir.
Si tukang pangkas mengambil pisau cukur itu dengan cepat, ia juga mengambil handuk dari etalase dan melemparkannya padaku. | Cerpen Sedih Aku Mengalami Pelecehan Oleh Tukang Cukur Part 2
"Kamu tidak apa-apa mas ?, Maaf banget mas aku tidak sengaja, tutup luka itu sama handuk."
Si tukang pangkas mendekat, dia bernafas dengan buru-buru, aku tak bisa membedakan apakah dia panik, benar benar ingin menolongku atau malah membunuh, yang jelas ruangan salon yang cukup luas itu menjadi sempit bagiku, sangat mengancam.
Ku kalungkan handuk kecil yang lumayan panjang itu, ku ikat serapat mungkin supaya aliran darah bisa berhenti, badanku tidak berhenti menggeletek.
Ku kalungkan handuk kecil yang lumayan panjang itu, ku ikat serapat mungkin supaya aliran darah bisa berhenti, badanku tidak berhenti menggeletek.
"Sini mas, kita selesaikan dulu rambutnya, tanggung, aku tidak suka sesuatu yang tanggung-tanggung."
Sambil menodongkan pisau cukur ia memintaku untuk duduk kembali, wajahnya sangat merah, ku rasa si tukang pangkas sudah gila, aku tak mau mati muda, aku belum menikah, aku juga tak mau meninggalkan ibuku sendiri di rumah, ku ikuti perintahnya untuk duduk.
Masih dengan tangan yang bergetar, sekali-kali ia mengelap keringat di dahinya dan aku sangat ketakutan di kursi pangkas, jika kalian mau tau teman ? Kalau bukan alumni dari perguruan tapak suci meski sebatas sabuk putih, mungkin aku sudah ngompol.
Jalan mulai sepi, tidak ada lagi orang atau kendaraan yang lewat di depan salon, sedang kepalaku tetap ramai dari tadi untuk mencari jalan kabur.
Rompi kangguru yang dia kenakan dengan berisikan banyak alat tajam untuk mencukur membuatku tak ingin gegabah.
Rompi kangguru yang dia kenakan dengan berisikan banyak alat tajam untuk mencukur membuatku tak ingin gegabah.
"Sudah bang, segini aja rambutnya sudah cukup."
"Belum ! Aku belum selesai !", Dia membentak.
"Kamu sakit ya mas ?"
Seringainya membuatku jijik.
Seringainya membuatku jijik.
"Iya, tolong diselesaikan dengan cepat", jawabku.
"Apa ? Kamu juga sakit serius? ha ha ha." Ia malah tampak bersemangat, wajahnya menjadi lebih menyeramkan.
Aku semakin takut dan juga kebingungan, bagaimana bisa dia tertawa soal luka yang sedang aku tahan.
Seketika dia dekatkan wajahnya ke arahku, ia tempelkan pisau cukur itu di mulutku, terasa dingin, sedingin ruangan, udara dan darahku saat itu, aku mafhum jika salah berbicara atau bertindak mulutku mungkin akan sobek, atau lebih dari itu.
"Kamu sakitkan ? Jawab !" dia membentak dan sedikit menggeser pisau itu ke pipiku, pedih, aku mendapati luka baru. | Cerpen Sedih Aku Mengalami Pelecehan Oleh Tukang Cukur Part 2
- Bersambung -