Ketika Hidupku Dilanda Jomblo Yang Akut

Sudah hampir tiga tahun aku berpacaran dengan seorang pemuda yang sangat kucintai.

Dia adalah Biru, lelaki yang berparas rupawan dan Alim menjadikan itu nilai plus untuk seorang pemuda zaman sekarang. | Cerpen Sedih Ketika Hidupku Dilanda Jomblo Yang Akut

Hubungan ku denganya memang terbilang sangat aneh, dimana dua orang yang berpacaran seharusnya memiliki waktu untuk bertemu atau hanya sekedar kencan di malam minggu, tapi bagi kami itu semua tidak ada.

Kuakui dia sangat mengerti ilmu agama, tapi yang kuherankan mengapa dia harus menerima sebuah cinta yang ku utarakan padanya?

Aku memang bodoh, kenapa harus memaksa dia agar menjadi pacarku, apakah ini alasan seorang Biru yang selalu menolak untuk bertemu? Hanya karena dia terpaksa menerima cintaku.
Entahlah, yang jelas aku sangat mencintainya, namun tak pernah aku mendengar kata 'Aku juga mencintaimu' dari lisan Seorang Biru.

***

Suatu hari aku pernah berdoa kepada Tuhan agar aku dipertemukan dengan Biru. Dan betapa sangat bersyukurnya diriku ketika doa itu terkabul.

Hatiku sangat senang ketika mendapatkan notifikasi line dari laki-laki yang InsyaAllah akan menjadi imamku kelak.

Calon imamku : "Assalamualaikum, Bunga, apa nanti sore kamu ada waktu untuk bertemu."

Bunga : "Waalaikumsalam. Mas, ada mas, mau ketemu dimana?" balasku dengan antusias. Tak berapa lama Lineku di balas olehnya.

Calon imamku : " Di taman yang biasa saja."

Bunga : "Ok."

Jangan ditanya tentang perasaanku saat ini yang tengah berbunga-bunga sama seperti namaku Bunga.
Karena ajakan dari Biru untuk bertemu itu sangat langka bagiku.

Sore itu telah tiba, aku duduk di Suatu hari aku pernah berdoa kepada Tuhan agar aku dipertemukan dengan Biru. Dan betapa sangat bersyukurnya diriku ketika doa itu terkabul.

Hatiku sangat senang ketika mendapatkan notifikasi line dari laki-laki yang InsyaAllah akan menjadi imamku kelak.

Calon imamku : "Assalamualaikum, Bunga, apa nanti sore kamu ada waktu untuk bertemu."

Bunga : "Waalaikumsalam. Mas, ada mas, mau ketemu dimana?" balasku dengan antusias. Tak berapa lama Lineku di balas olehnya.

Calon imamku : " Di taman yang biasa saja."

Bunga : "Ok."

Jangan ditanya tentang perasaanku saat ini yang tengah berbunga-bunga sama seperti namaku Bunga.
Karena ajakan dari Biru untuk bertemu itu sangat langka bagiku.

Sudah sekitar satu jam aku menunggunya, hingga aku merasakan penyakit yang namanya jenuh.

"Assalamualaikum." ucap seseorang dari arah belakangku.

"Waalaikumsalam," jawabku dengan lembut.

"Mas mau apa ngajak ketemuan di sini?"

Dia langsung saja dudu tak jauh dari ku, ini sudah menjadi kebiasaan bagi kami duduk secara berjauhan sekilas terlihat seperti orang yang tak saling mengenal.

"Aku mau mengkhitbahmu."

Deg...
Apa, mengkhitbahku? Apa ini tidak terlalu cepat. Aku hanya diam menatap lutut, yang enggan menatap Biru yang sedang serius berbicara.

"Apa ini tidak terlalu cepat, Mas?" tanyaku yang keberatan karena begitu cepatnya ia melamarku. Jujur aku belum siap untuk itu, karen diri ini begitu jauh dari kata sempurna jika harus bersanding dengan Biru.

"Kenapa?" tanyanya yang membuatku seperti kehilangan alasan untuk menolak.

"Aku belum siap Mas," kataku ragu karena tak ingin membuatnya kecewa.

"Abi, menginginkan aku untuk segera menikahimu, karena Dia tau kalau kita sedang berpacaran, Dia marah besar padaku ketika tahu hal itu," | Cerpen Sedih Ketika Hidupku Dilanda Jomblo Yang Akut

Katanya yang merasa bersalah karena telah berpacaran denganku.

Jelas Abinya marah, toh mereka Orang-orang yang mengerti agama, sementara aku? Mungkin harus banyak-banyak menggali ilmu di pondok-pondok pesantren agar setara dengan keluarganya.

Aku sangat bersalah karena telah memaksa Biru untuk menjadi pacarku, meskipun aku tahu bahwa sebenarnya Biru juga memiliki rasa yang sama meski tidak ia ungkapkan.

"Aku akan dijodohkan dengan permpuan lain."

Hatiku runtuh seketika mendengar pernyataan dari Biru.
"jika kamu tidak mau menikah denganku, dengan sangat terpaksa aku akan menerima perjodohan dari abiku," lanjutnya lalu berdiri hendak pergi meninggalkanku, yang masih tak tahu harus bagaimana nantinya.

***

Aku menangis sejadi-jadinya, ketika harus menerima semua ini. Seseorang yang aku cintai harus menikah dengan orang lain.

Aku tak bisa berbuat apa-apa, jika saja aku adalah seorang muslimah yang syar'i tidak akan aku tolak khitbah dari Biru kemarin.

Sebuah undangan berwarna marah kupegang dengan tangan bergetar, air mata terus saja mengalir ketika kuulang nama yang tertera di atas surat undang itu.

________*____________
Biru Al-fath
Dengan
Khumairah Az-zahra
________*___________

Sudah satu bulan aku meninggalkan kota kelahiran, meninggalkan kenangan pahit yang pernah ku ukir dengan seorang lelaki yang sangat kucintai.

Aku telah merelakannya pergi tapi dalam hati ini ada segores harapan jika suatu saat nanti aku bisa bersamnya.
Mustahil itu semua terjadi karena aku tak mau dicap sebagai seorang pelakor atau apalah itu.

Sengaja aku meninggalkan kota ini karena tak ingin merasakan kesedihan di hari kebahagiaan seorang mantan yang tak menganggapku sebagai pacarnya. | Cerpen Sedih Ketika Hidupku Dilanda Jomblo Yang Akut

Pergi mungki jalan yang terbaik untukku. mengubur kenangan yang pernahku ciptakan.