Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 3

Jumat pagi, aku sengaja meminta izin tidak masuk kerja untuk menemani Laras kontrol kandungannya. Ku nikmati kopi buatan istriku dan singkong goreng sebagai sarapan. Duduk santai sambil menunggunya selesai mengganti baju. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 3

"Dik, jangan lama-lama nanti kesiangan. Antrinya lama, nanti kamu capek nunggu"
"Iya mas, ini udah siap" sahutnya dari dalam kamar.

Tak berapa lama kemudian dia sudah berdiri di sampingku.

"Kita ke rumah dulu ya mas, buku catatan kehamilanku ketinggalan di rumah."

Aku mengangguk. Tempat praktek dokter kandungan dan rumah kami memang searah. Lalu kami berpamitan pada Ibu mertuaku yang sedang menyapu halaman rumah. Senandung lagu jawa terdengar dari bibirnya sepanjang pagi. Entah apa yang membuat wanita yang mulai keriput di makan usia itu nampak bahagia sekali hari ini.

Ku pelankan laju motorku, demi melihat bendera kuning yang di pasang di salah satu rumah yang tak berapa jauh dari rumahku. Nampak banyak orang lalu lalang bertakziyah. Aku menepikan motorku, dan mematikan mesin.

"Siapa yang meninggal, bu Hadi?" Tanyaku pada seorang wanita paruh baya yang kebetulan tetangga rumahku.

"Neng Indah mas Ilham."
"Indah? Bukannya dia sedang hamil ya bu?"
"Iya, mas. Semalam setelah geger pocong di rumahnya,neng Indah pendarahan. Dan nyawanya tak tertolong."
"Pocong?"
"Iya mas, semalam itu rame sekali di sini. Seperti minggu kemarin di rumah mas Ilham. Hati-hati ya mas Ilham, jaga mbak Laras baik-baik. Jangan sampai kaya neng Indah."

Larasati yang sejak tadi diam mengeratkan pegangannya di pinggangku.

"Kita pulang aja, mas"
"Lho, katanya mau kontrol kandungan?"
"Gak jadi. Aku mau pulang aja, mas."

Ku lihat wajah istriku sangat tegang. Air mata sudah mulai membasahi pipinya. Aku pun tak tega melihatnya. Setelah berpamitan pada bu Hadi, Aku pun memutar balik motorku. Lalu melaju kembali ke rumah mertuaku.

Ketika sampai Laras langsung turun dan bergegas masuk ke rumah. Tak di hiraukan tatapan heran Ibunya yang sedang membakar sampah daun kering yang disapunya tadi.

"Koq balik lagi, katanya mau kontrol kandungan?"
"Gak jadi bu."
"Kenapa?"
"Tadi di jalan dekat rumah ada tetangga meninggal, katanya karena semalam di teror pocong. Laras ketakutan, makanya minta pulang lagi."
"Pocong ? Halah, jaman sudah modern begini kok, masih percaya yang begituan. Tahayul !" Ujarnya sambil berlalu pergi menuju ke belakang lewat samping rumah.

Aku pun masuk ke rumah, dan mendapati Laras masih terisak di atas ranjangnya.

"Aku takut, mas."

Ku peluk erat istriku, membiarkannya menumpahkan ketegangan di dadaku. Ku usap-usap punggungnya hingga Dia pun berangsur tenang.

"Tenang saja, dik. Mas janji jagain kamu. Kita punya Allah, kita minta perlindunganNYA."

Istriku mengangguk pelan. Ku hujani pucuk kepalanya dengan ciuman penuh sayang.

******

Malam kembali merayap, bulan sabit yang menggantung di langit menambah syahdu suasananya. Entah kenapa malam ini mataku sangat sulit ku pejamkan. Pelan ku dengar suara langkah kaki di depan kamarku. Perlahan Aku turun, dan mendekati pintu. Lalu perlahan membukanya. Sekilas ku lihat dua bayangan sosok manusia menuju bagian belakang rumah. Ayah dan Ibu mertuaku.

Ku urungkan niat mengikuti mereka, dan memilih kembali duduk di sisi ranjang. Namun rasa penasaran akhirnya membawa langkahku menuju bilik di belakang rumah. Dimana ku dapati suami istri itu tengah duduk menghadapi sebuah belanga, entah apa isinya. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 3

Aku memperhatikan keduanya dari celah pagar bambu yang menjadi dinding bilik itu. Sayup ku dengar dua orang itu membicarakan sesuatu, Aku tak bisa mendengarnya dengan jelas.

Lalu dua orang itu berdiri dan terlihat hendak keluar dari bilik itu. Aku cepat-cepat meninggalkan tempatku mengawasi mereka. Masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar. Masih dengan detak jantung tak beraturan aku bersandar di pintu kamar. Lalu ku dengar langkah kedua mertuaku mendekat.

"Wis toh bu, besok lagi. Ini malam pantangan buat kita. Bisa apes nanti." Suara bapak yang pelan tapi masih sedikit jelas ku dengar.

Keningku berkerut, tak paham apa maksud obrolan mereka.

Aku harus mencari tahu, apa isi belanga itu. Batinku.

Keesokan harinya, ketika mertuaku sudah pergi ke ladang aku memberanikan diri masuk ke dalam bilik reyot itu. Tidak ada yang aneh. Hanya ada beberapa perkakas dan alat pertanian bapak mertuaku. Dan sebuah belanga yang di tutup kain putih. Kubuka kain penutup belanga itu, tampak ada beberapa ekor ikan gabus dengan ukuran beragam. Kurang lebih ada enam ekor. Ketika hendak ku ulurkan tangan ke dalam belanga itu, Larasati memanggilku. Ku urungkan niatku, menutup kembali belanga itu dengan kain seperti semula, lalu keluar dari bilik itu.

***

Dua minggu sudah berlalu,sejak Laras meminta tinggal di rumah mertuaku. Syukurlah, Laras tak lagi merasa ketakutan. Sehingga kami bisa mempersiapkan persalinannya yang tinggal beberapa hari lagi, seperti perkiraan dokter kandungannya.

Malam ini Aku duduk di teras rumah. Memandangi bulan yang hampir genap menjadi purnama. Cahaya nya yang terang membuat pesona tersendiri. Tiba-tiba suara kentongan terdengar ramai dari ujung desa. Bersamaan dengan teriakan warga . Dengan jelas ku lihat sebuah bayangan putih melayang menuju arah belakang rumah mertuaku. Ku kucek mataku perlahan, tak percaya dengan apa yang ku lihat.

Deg !
Ingatanku melayang pada Laras yang tidur sendirian di kamar. Aku terburu-buru masuk ke kamar, dan mendapati istriku masih tertidur lelap. Sementara teriakan dan kentongan di luar rumah terdengar semakin mendekat. Ku ketuk pintu kamar mertuaku bermaksud menitipkan Laras pada ibu dan bapak mertuaku. Hening tak ada jawaban. Ku beranikan diri melongok kamar mereka, kosong. Kemana dua orang itu malam-malam begini ?

"Mas ilham, mas...."

Suara teriakan Laras membuatku cepat kembali ke kamar. Ku lihat Laras duduk memeluk bantal di atas kasur.

"Ada apa, dik?"
"Jangan pergi, jangan kemana-mana. Aku takut, mas."

Aku duduk di sisinya, dan meraih pundaknya. Laras memelukku erat. Sementara pikiranku tak karuan. Merasakan ada yang aneh dari mertuaku. Tidak seperti Ibu yang begitu khawatir pada menantunya setelah isu pocong merebak, mertuaku malah terlihat tenang-tenang saja. Dengan alasan lelah seharian mengurus ladang, mereka masuk kamar setelah isya. Tapi begitu sering ku dapati mereka mengobrol lewat tengah malam di dalam bilik reyot itu sambil memandangi belanga di depannya. Dan pemandangan yang barusan ku lihat, membuatku semakin yakin ada yang tidak wajar. Ada senampan lengkap sesaji disana, diatas kasur mereka.

Mungkinkah ?

Di luar sana suara kentongan dan teriakan warga semakin jelas terdengar.

Lalu perlahan menjauh, mungkin mencari sosok bayangan putih yang ku lihat melayang menuju belakang rumah mertuaku. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 3

- Bersambung -