Pagi baru saja menyapa, matahari pun hangat membelai bumi. Menghapuskan ketegangan dan keresahan semalam dengan cahayanya. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 4
Malam penuh teror menakutkan yang membuat suasananya seperti kampung mati apabila gelap mulai menyelimuti. Tak ada yang berani keluar, apalagi wanita dan anak-anak.
Hari ini, aku diundang untuk menghadiri rapat darurat yang diadakan aparat desa bersama tokoh masyarakat dan para ulama di aula balai desa. Duduk bersama untuk mencari jalan keluar dari isu pocong yang semakin meresahkan. Dan aku datang bersama ustadz Sofyan, imam masjid di dekat rumah mertuaku.
"Saya kira, ini sudah di luar batas kewajaran. Isu yang merebak di masyarakat, sudah tidak bisa di diamkan begitu saja. Secepatnya kita harus mengambil tindakan, supaya lingkungan kita kembali aman dan tentram." Kata kepala desa membuka rapat dadakan pagi itu.
"Kita harus memperketat penjagaan, kita adakan ronda keliling di tiap blok. Terutama di rumah yang ada wanita hamil dan bayi."
"Kami rasa ini pocong jadi-jadian pak kades. Semacam orang yang menganut pesugihan." Sambung salah sorang bapak yang istrinya sedang hamil dan kerap di sambangi pocong itu. Yang serentak di benarkan oleh warga yang lain.
"Karena itu kita tingkatkan kewaspadaan, laporkan segera jika ada yang mencurigakan. Ingat, jangan bertindak sendiri. Apalagi main hakim sendiri. Kita harus tetap menegakkan hukum yang berlaku di negara kita."
Rapat itu pun akhirnya di bubarkan setelah di sepakati pembentukan kelompok ronda di masing-masing blok. Namun masih ada satu hal yang mengganjal di pikiranku.
"Ustadz, bisa kita bicara sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan. "
*****
Sementara itu, di sebuah pondok kecil di tengah hamparan sawah yang mulai menguning. Tampak sepasang suami istri sedang membicarakan sesuatu dengan serius.
"Purnama tinggal tiga malam lagi bu.Kita harus segera mendapatkan ikan gabus yang ke tujuh. Baru kita bisa tenang menikmati masa tua kita."
"Tapi akhir-akhir ini penjagaan ketat sekali pak. Ibu takut. Belum apa-apa saja Ibu sudah di kejar-kejar warga. Lagipula tampaknya mantu kita mulai curiga. Ibu beberapa kali memergoki dia tengah berada di bilik belakang."
"Kita harus menyusun strategi. Agar kita bisa mendapatkan ikan gabus yang ke tujuh secepatnya. Sebelum bulan menjadi purnama penuh. Ingat perjanjian kita."
"Tapi akhir-akhir ini penjagaan ketat sekali pak. Ibu takut. Belum apa-apa saja Ibu sudah di kejar-kejar warga. Lagipula tampaknya mantu kita mulai curiga. Ibu beberapa kali memergoki dia tengah berada di bilik belakang."
"Kita harus menyusun strategi. Agar kita bisa mendapatkan ikan gabus yang ke tujuh secepatnya. Sebelum bulan menjadi purnama penuh. Ingat perjanjian kita."
Akhirnya suami istri itu pun beranjak pulang dengan sebuah rencana yang matang menurut mereka.
...
"Memangnya harus ya, bu ? Tapi laras sebentar lagi melahirkan, bu. Laras butuh ibu di sini."
"Cuma tiga hari,kok. Nanti juga ibu balik lagi. Lagipula ada suamimu, kan ?"
"Tapi bu.."
"Sudah diam. Jangan manja."
"Cuma tiga hari,kok. Nanti juga ibu balik lagi. Lagipula ada suamimu, kan ?"
"Tapi bu.."
"Sudah diam. Jangan manja."
Laras pun hanya diam dan terpaku menatap kepergian kedua orang tuanya ke rumah kerabat yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Termenung sendirian, hingga dia tak menyadari kedatangan suaminya.
***
Maghrib menjelang ketika aku sampai di rumah mertuaku dengan membonceng ibu. Laras memintaku menjemput ibuku untuk menemaninya setelah bapak dan ibu mertuaku berpamitan untuk ke rumah saudara jauhnya.
Entah kenapa, perasaanku tidak enak sejak siang tadi. Tak seperti biasanya, aku menunaikan shalat maghrib di rumah bersama ibu dan istriku. Rasanya sangat berat meninggalkan Laras walaupun sama ibuku yang begitu menyayanginya. Apalagi sejak aku pulang tadi laras lebih banyak diam.
Setelah menunaikan shalat maghrib, laras bermaksud menyiapkan makan malam untukku dan ibu. Tapi tiba-tiba suara jeritan laras mengejutkan ku dan ibu yang duduk di ruang depan. Aku berlari menuju dapur di mana laras berada. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 4
Ku dapati laras terduduk tak sadarkan diri di dekat meja dapur. Tapi yang lebih mengejutkan, pemandangan di samping tubuh laras. Berdiri sosok dengan tubuh terbungkus kain putih terikat di tiga bagian, dengan wajah yang menjijikkan dan sangat mengerikan.
Bola mata nyaris keluar, dengan lingkaran hitam di pelupuk matanya. Belatung yang besar-besar menghiasi sebagian wajahnya yang tampak membusuk. Begitu melihatku makhluk itu seakan dapat menembus atap rumah dan lenyap begitu saja. Membuatku terpaku beberapa saat. Ku ucap istighfar berkali-kali, dan mengusap wajah dengan kasar.
Cepat kuraih tubuh istriku, dan membawanya ke ruang depan. Ibu yang menyusul ku ke dapur hanya mampu mengikuti langkah ku.
"Ilham, ada apa? Kenapa dengan Laras?" Tanya ibu penasaran.
"Makhluk sialan itu barusan kesini bu."
"Apa maksudmu? Pocong ?" Tanya ibu penasaran
"Ya, bu. "
"Makhluk sialan itu barusan kesini bu."
"Apa maksudmu? Pocong ?" Tanya ibu penasaran
"Ya, bu. "
Ku raih telpon genggamku, ku tekan nomor ustadz sofyan. Memintanya datang ke rumah mertuaku secepatnya. Laras yang sudah siuman hanya mampu menangis di bahuku. Untunglah ustadz sofyan segera datang bersama beberapa orang warga. Setelah membacakan doa pada segelas air, ustadz sofyan memberikannya pada laras.
Laras pun berangsur tenang. Kali ini ibu yang memeluknya. Aku menceritakan kejadian yang baru saja ku lihat tadi di dapur kepada ustadz sofyan dan warga yang hadir. Tak berapa lama adzan isya berkumandang. Aku dan beberapa warga menunaikan shalat isya bergantian.
Hanya selang satu jam setelah adzan isya berkumandang, suasana kampung yang sunyi berubah ramai oleh suara kentongan dan teriakan warga. Berkali-kali dalam semalam, dari kampung satu ke kampung lainnya. Seolah teror itu sengaja dilakukan untuk memecah perhatian warga. Dan baru berhenti ketika adzan subuh dan kokok ayam terdengar. | Cerpen Misteri Teror Mencekam Di Malam Jumat Kliwon Part 4
- Bersambung -