Syukurah Sekarang Aku Bukan Jomblo Lagi

Hari-hari kami lewati. dengan canda dan tawa bahagia telah terukir dalam kisah cintaku dengannya. Hari ini, tepat Anniversary yang ke Tiga tahun kami menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, yang tengah menikmati masa-masa dimana bahagia itu tiada hentinya. | Cerpen Motivasi Syukurah Sekarang Aku Bukan Jomblo Lagi

Sebuah notifikasi terdengar dengan jelas dibenda pipih yang tergeletak di atas meja rias, kuharap itu adalah pesan dari seseorang yang sedang kufikirkan saat ini.

Kuambil benda persegi di atas meja itu dan membuka notifikasi yang baru saja masuk.

Harapanku benar ternyata itu adalah notifikasi pesan Line dari seseorang yang kucintai dari sejak kelas Satu SMA.

Dia adalah Biruku, ya dengan bangganya aku menyebut dan mengakuinya, seolah-olah dia adalah milikku.

Pangeranku : 'Happy anniversary honey.' Aku tersenyum ketika membaca pesan darinya.

Belum juga aku membalas pesannya, Dia mengirimi pesan lagi kepadaku.

Pangeranku : ' Nanti siang, Aku mau kerumahmu ya?'

Entah perasaan apa yang tengah kurasakan saat ini ketika Dia memberikan pesan seperti itu. Apakah Dia akan melamarku? Meskupun itu mustahil, karena umur kami masih terbilang muda.

***

Entah berapa lama aku menunggu Biru. bukankah dia bilang siang ini akan ke rumah? Tapi, apa? bahkan ini sudah mau malam dia belum juga sampai.

Apa Dia telah berbohong padaku? Ah, sudahlah mungkin dia ada suatu hambatan di jalan sana.

Aku harus berfikir positif kepadanya, karena aku sangat yakin dia bukanlah tipikal orang yang suka mengingkari janjinya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul 17:49, Biru bulum juga datang. Kuputuskan untuk masuk ke rumah.

"Kamu lagi nungguin siapa, Nak?" Ayah bertanya padaku.

Tak ada niatan aku menjawab pertanyaan dari Ayah, karena good moodku telah hilang oleh sebuah harapan yang tak kesampaian.

Ya itu semua karena Biru, laki-laki yang kuharapkan datang dan bahkan dia sendiri yang bilang kepadaku untuk menemuiku siang itu, tapi apa? Setidaknya dia memberitahuku bahwa dia tak bisa datang.

***

Sudah satu minggu aku tak pernah menghidupkan handphone. alasanya karena aku kecewa dengan Biru.

Dan kini aku telah lulus SMA, begitupun dengan Biru. Tapi di hari kelulusan, aku tak melihat wajah seorang Biru. kemana dia pergi?

Hari-hari kulalui dengan sendiri tanpa ada yang menemani, persis seperti seorang JONES yang tak punya seorang kekasih.

Biru yang entah kemana perginya, dan tak pernah memberikan kabar apakah dia sedang baik-baik saja. atau apalah itu, membuat diriku sudah sama persis seorang JONES.

Bagaimana Biru memberikan kabar sedangkan handphone saja tidak aku hidupkan. dasa bodoh!

***

Empat tahun telah berlalu tanpa seorang Biru di sampingku. Kini aku hanya bisa fokus belajar di sebuah Universitas Kedokteran. Dimana itu adalah cita-citaku untuk menjadi seorang Dokter.

Aku hanya bisa menyibukan diri ini sebagai Mahasiswi tingkat akhir dan berharap dengan perlahan aku bisa melupakan Biru, meskipun itu semua mustahil bagiku, karena cinta ini begitu kuat untuknya.

Aku bisa gila jika harus begini terus, tak bisa melupakan seorang Biru yang sudah ada di dalam hati ini.

Hari wisudapun tiba, aku sebagai wisadawati merasa iri kepada teman-temanku. Dimana mereka membawa pasangan masing-masing dan memberikan sebuket mawar putih. Oh sungguh romantisnya.

Lagi-lagi aku teringat Biru, apakah dia akan datang di hari yang sangat bahagia ini? mungkin tidak. Kubuang harapan itu dan tidak mau terjadi seperti yang dulu.

Karena berharap kepada manusia itu sangat sakit jika harapan itu tidak tercapai.

***

Setelah lulus akhirnya aku diterima di sebuah rumah sakit menjadi seorang Dokter.
Pekerjaan yang seharusnya membuat diriku senang karena telah berhasil mewujudkan cita-cita sejak kecilku itu. Rasanya kebahagiaanku masih ada yang kurang, iya itu karena Biru.

Malam ini aku lembur di rumah sakit karena akan ada jadwal operasi yang harus aku kerjakan bersama tim bedah.

Tidak lupa aku menghubungi Ayahku, kalau malam ini kemungkinan tidak pulang ke rumah.

Ku kirimkan sebuah pesan kepada Ayah.
Indah : 'Ayah. malam ini Indih ada jadwal operasi.' kirim.

Indah : 'Kemungkinan Indah. gak pulang malam ini.' aku mengirimkan pesan lagi kepada Ayah.

Tanpa ingin melihat balasan pesan dari Ayah, aku langsung menon-aktifkan benda persigi itu dan meletakannya di dalam tas kerjaku.

Tiga jam sudah, akhirnya operasi itu selesai, hasilnyapun membuat kami tersenyum bahagia karena telah berhasil melakukan pembedahaan dengan baik dan sukses.

Lagi-lagi harus ku hapus senyum itu ketika teringat seorang lelaki yang sudah lama tak pernah ada kabarnya.

"Biru. kau dimana? Ini sudah hampir Tujuh tahun kau pergi dariku," monologku dalam hati.

Aku pergi dari ruang operasi dan duduk di sebuah bangku taman yang ada di halaman rumah sakit.

Kupandangi langit yang gelap tanpa cahaya bintang, tak terasa air mata sudah membasahi wajahku.

Aku terkaget ketika sebuah tangan menyentuh pundakku, kuhapus dengan kasar air mata yang sedari tadi sudah terjun bebas di wajah.

"Kenapa Dok?" tanya Dokter Hendry kepadaku. dia adalah seorang Dokter senior yang masih membujang, aku tak ingin tau kenapa diumur yang sudah terbilang seharusnya punya istri dan anak dia masih membujang.

Dulu Dokter Hendry memang pernah melamarku tapi aku menolaknya, karena cintaku tak pernah bisa kelain hati cukup bagiku Biru seorang. | Cerpen Motivasi Syukurah Sekarang Aku Bukan Jomblo Lagi

Untung saja Dokter Hendry baik, jadi dia tak marah padaku ataupun ke Ayah.

"Eh, Dokter."

"Kamu kenapa dari tadi ko ngeliatin langit sampai keluar air mata?" tanya Dokter Hendry penasaran.

"Tidak kenapa-kenapa ko Dok," jawabku sambil mengusap sisa air mata di pipiku.

"Yasudah, Saya kedalam dulu ya?" katanya lalu pergi meninggalkanku yang masih duduk di bangku taman.

***

Jam menunjukkan pukul 00:12 aku baru saja sampai di rumah, dan kulihat ayah masih saja menonton acara televisi.

"Ayah belum tidur?" tanyaku ketika sudah duduk di sampingnya.

"Nungguin anak perawan Ayah pulang, ya Ayah lihat berita Palestina yang sekarang sedang dijajah oleh Israel," kata Ayah yang masih melihat tayangan televisi dimana Palestina sedang dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

Aku sangat beruntuk tinggal di Indonesia karena masa penjajahan tidak aku rasakan, sekaran bisa hidup bebas tanpa ada rasa takut atau kelaparan.

Kulihat ada beberapa tentara Indonesia yang membantu Palestina terlihat dari lengan seragamnya ada bendera merah putih.

Ketika layar itu terganti, menjadi seorang tentara Indonesia yang sedang mencoba menyelamatkan anak kecil dari serangan bom.

Sekilas aku sangat menganalnya apa itu Biru? Wajah itu terlihat sangat kusam dan penuh dengan darah.
Kucoba mengusap mata agar pandanganku bisa jelas melihat wajah itu.

Dan betapa kagetnya aku ketika apa yang terlihat adalah benar itu adalah Biru, lelaki yang telah membuatku jatuh cinta kepadanya dan tak bisa memberikan hati ini kepada siapapun.

Aku menangis terharu dan tak memperdulikan Ayah yang sedari tadi menatapku heran.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya Ayah, tangannya mengusap punggungku seolah memberikan kekuatan kepadaku.

"Itu Biru. Yah," kataku sambil menunjuk layar televisi yang kini telah betganti menjadi gambar masjid Al-Aqsha.

Aku pergi kekamar dan masih menangis karena tak kuat rasanya menahan rindu yang telah lama ku pendam.

***
Satu tahun sudah setelah aku tahu bahwa Biru menjadi seorang tentara yang membela Palestina.

Hatiku terasa bahagia, setidaknya orng yang aku cintai masih bisa terlihat.

Dan hari ini adalah, hari kepulangan tentara Indonesia dari Palestina, begitu banyak orang yang menunggu kedatangan mereka, menyambut dengan suka cita.

Aku sekarang berada di bandara, menunggu seseorang yang kucintai. dia adalah Biru. lelaki pemberani, disaat semua orang pergi menyelamatkan dirinya masing-masing dia malah maju melawan dan menyelamatkan nyawa orang lain.

Pesawat yang membawa rombongan tentara Indonesiapun telah mendarat dengan mulus di bandara, kulihat satu persatu para tentara turun dari pesawat, sosok seorang Biru kini sudah kulihat dengan jelas, dia tersenyum ketika pandangan kami bersatu.

Aku hanya bisa menutup mulutku dengan kedua telapak tangan, sedih dan bahagia yang kini tengah kurasakan.

Dia datang menghampiriku.

Tubuhku terasa kaku, mulut kelu, enggan menjawab salam dari Biru.

"Kamu kenapa?" tanya Biru kepadaku.

Air matapun jatuh tanpa adanya instruksi, aku menggelengkan kepala, enggan menjawab pertanyaan dari Biru.

***

Biru membawaku pergi ke sebuah tempat yang sepi di pinggir pantai, dengan senja yang menjadikan bagroundnya, tempat ini begitu romantis.

Kami duduk di batu karang membelakangi matahari yang akan tenggelam.

"Suatu saat nanti kau akan menjadi Syurga untuk anak-anak ku."

"Indah. maukah kau menjadi Ibu, dari anak-anak ku?" sebuah pertanyaan yang membuatku terharu, terucap oleh Bibir seorang Biru.

Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menatap wajah Biru, senyum terukir di bibirku air mata kebahagiaan pun mengalir.

Biru merogoh sakunya, dan memberikan sebuah sapu tangan kepadaku.

Kuambil lalu menghapus air mata itu dengan sapu tangan yang diberikan oleh Biru.

"Indah. aku bertanya padamu, maukah kau menjadi Ibu dari anak-anak ku?" tanyanya lagi kepadaku.

Ku anggukan kepalaku perlahan, mungkin itu sudah menjadi jawaban dari pertanyaan Biru, bahwa aku mau menjadi Istrinya. | Cerpen Motivasi Syukurah Sekarang Aku Bukan Jomblo Lagi