Sesuatu yang Dimulai Dari Kebohongan

Aku keluar dari sebuah ruangan yang besar, menutup pintunya pelan dan berjalan menuju tangga. High heel yang ku pakai begitu menyiksa, membuat betisku keram dan tumit sedikit lecet. Huh, tak akan kugunakan ia selain untuk bekerja. | Cerpen Motivasi Sesuatu yang Dimulai Dari Kebohongan

Tliing. Suara chat messenger masuk.

"Jangan lupa malam ini ya"

"Wokkeh" ku jawab sekenanya.

Aku segera merapikan meja kerja, mengurutkan file-file penting di rak lalu memasukkan barang-barang ke laci meja. Mataku berenti sesaat pada sebuah foto, laki-laki bertopi dengan kaos warna biru memakai headphone khas penyiar radio. Hah, pria ini selalu membuat hati ku mentah pada laki-laki lain.

Namaku Dina, aku seorang karyawan biasa di salah satu bank swasta. Aku tak punya jabatan penting tapi gajiku lumayan lah untuk seorang gadis tanpa tanggungan. Semua gaji ku habis untuk diriku sendiri.

Ayahku seorang pungusaha kapal kargo, hampir setiap hari perusahaannya mengantar barang ke Malaysia dan Thailand. Ini membuatnya banyak mengenal pengusaha-pengusaha kaya raya lain.

Laki-laki yang ada di foto itu, aku menyukainya sejak kelas satu Tsanawiyah (SMP). Hingga kini usiaku dua puluh dua tahun aku masih berharap dialah jodohku. Keinginan gila mengingat dia tak pernah tau perasaanku dan aku pun tak pernah berusaha mengungkapkannya. Kini dia tinggal di Surabaya, aku tak tau pasti kerjaannya apa, aku hanya berharap suatu saat dia pulang kampung dan Tuhan mau menjodohkan kami. Gila

"Mau kemana?"

"Ketemu temen." Aku duduk di samping mama sambil mengikat tali sepatu lalu mengambil kunci mobil bersiap berangkat.

"Temen mana? siapa? tumben!"

"Temen fesbuk, dadaaah." Aku keluar melalui pintu garasi dan masuk ke mobil sambil mengecek semua perlengkapan ku untuk bertemu teman fesbuk pertama kalinya.

Tliiing

"Udah sampai?"

"OTW sabar yaak, hehe"

Malam itu tampak begitu sendu. Langit tak menampakkan bintang-bintang, bulan seolah tertutup awan. Gerimis turun perlahan. Angin utara meniup kota hujan ini hingga udara benar-benar dingin. Gani, teman fesbukku pasti sudah duduk dari tadi di dalam kafe.

Sebelum keluar dari mobil, aku memakai semua perlengkapan yang sudah ku sediakan jauh hari. Ku lihat spion depan, aku pun lucu dengan wajahku sendiri. Dina sableng!

Tepat pukul 7.21 aku memasuki Kafe Mak Yung. Aku mengedarkan pandangan ke kafe itu. Mencari-cari kira-kira yang mana yang bernama Gani. Seorang lelaki muda berkaos hitam duduk sendirian di meja dekat jendela. Aku mengenalinya, itu pasti Gani. Aku langsung duduk di hadapannya.

Pria jangkung berkulit putih, alis mata tebal, mata tajam dengan iris berwarna hitam pekat. Bibir mungil tipis kemerahan, hidung mancung, wajah oval dengan sedikit jerawat di sekitar sudut kanan dahi. Jidat kecil dan rambut tebal lurus sungguh serasi. Master piece. Ucapku dalam hati, darahku berdesir.

"Gani kan? aku Dina."

Aku memang sudah merasa nyaman dengan Gani, maka sikap ku tak berbeda dengan di dunia maya. Sok merasa akrab. Bakal ku sesali nantinya.

"Di fesbuk wajah kamu tak begini," ucapnya heran

"Aku tak pernah upload foto di fesbuk"

"PP kamu itu foto siapa?"

"Fotoku tapi hadap belakang."

"Ku pikir kamu cantik," Gani bergumam pelan.

Ada perasaan mual mendengar keterus-terangannya. Laki-laki memang suka wanita cantik, hidung mancung, gigi rata dan rapi, bibir mungil tipis yang indah. Laki-laki juga tak suka wanita jerawatan, berkaca-mata tebal dan memakai baju warna jemuran. Tak bisa dibawa kondangan katanya.

Gani, lelaki master piece tapi memiliki mulut berbisa.

"Aku mau pulang saja, tiba-tiba perut ku sakit. Kita ketemu lagi nanti saja ya."

Ohh Gani, betulkan dia itu pemuja fisik. Kupikir kamu itu pemuda berhati mulia seperti tokoh-tokoh yang kamu buat dalam cerpenmu. Gani, ternyata kamu hanya manis di fesbuk.

Mata ku panas seketika, meskipun aku tau akhirnya bakal seperti ini tapi ada rasa tak terima dalam hati.

Ohh Mas Fahri Abdullah, adakah manusia seperti mu di dunia nyata. Lelaki yang dengan tegas mengatakan Kufu itu letaknya bukan di bentuk fisik. Kufu itu ada pada agama, akhlak, dan iman. Mas Fahri tokoh novel favorit ku. Hiks

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," mama melihat ke arah ku sambil menahan senyum.

"Gimana berhasil?"

"Pemuja fisik! Sama aja kayak yang lain." Aku duduk di samping mama yang langsung meletakkan gawainya.

"Sayaang, sesuatu yang dimulai dengan kebohongan itu tidak baik. Mama tak setuju jika setiap ketemu teman baru kamu pake gigi palsu begitu. Bekas jerawatmu itu juga keliatan banget fake nya. Jadilah jujur apa adanya. Kalau dia orang yang baik dan menerima kamu apa adanya gimana? kamu sudah bayangkan bagaimana mengungkapkan keaslianmu? Kamu nggak takut dibilang pembohong? Bagaimana perasaanmu kalau kamu yang dites begitu? Sudahlah, sana tidur. Jangan diulangi!" | Cerpen Motivasi Sesuatu yang Dimulai Dari Kebohongan

Mama benar, untuk apa orang baru kenal pake dites segala. Kita juga belum tentu terima kalo dibohongi.

Aku menaiki tangga menuju kamar, sampe ku dengar mama teriak

"Dina, kacamata papa mu itu balikin ke tempatnya. Kayak oma kamu kalo pake kacamata jadul 5 inci gitu!"

Haksss