Hujan tidak hanya menyisakan genangan namun juga menciptakan kenangan. Anganku terbang menjelajahi masa silam yg membekas terlalu dalam. Entah ini kerinduan atau penyesalan.
Kala itu. Bersamanya aku menjatuhkan diri serendah-rendahnya. Persetan dengan harga diri, asalkan dia ku miliki. Harapan untuk terus bersamanya, terwujud saat ia mengutarakan hal ygsama. Perasaan yg dimabuk asmara, menciptakan rasa bahagia. Tapi sayang, tak berlangsung lama. Sekuat apapun aku mengikatnya, akhirnya lepas juga. Sekeras apapun aku berjuang demi dia, akhirnya sia-sia. Sekokoh apapun aku mempertahankannya, akhirnya runtuh juga. Aku yg saat itu percaya bahwa kita akan terus bersama selamanya, ternyata itu pemikiran yg sangat gila. Saat itu aku lupa bahwa takdir juga bekerja. | Cerpen Kehidupan Senja Yang Terindah Kala Waktu Itu
Ya. Seperti cerita-cerita pada umumnya, seindah apapun alur yg mengiringinya, cerita memang diharuskan berhenti ketika menemukan endingnya. Tak peduli ending buruk atau bahagia.
Saat ini, tepat 1tahun kepergiannya. Aku duduk termenung menikmati senja berlatar jingga namun awan abu-abu mencoba menghalanginya.
Lamunanku kembali pada pertemuan waktu itu dengannya. Disini, ditempat ygsama, ditempat orang-orang baru saja datang dari kota. Dia sudah lama menunggu, sedangkan aku tak tepat waktu.
Setibanya aku disitu, senyumnya langsung menerbangkanku. Hmm. Bahkan ternyata gravitasi pun tidak bisa menghalangiku terbang ketika dia tersenyum.
"Sudah lama? Maaf ya telat. Baru ganti shift" sapaku. Dan lagi, hanya senyumnya yg menjawab sapaanku. "Kita langsung pulang apa gimana? Nunggu magrib disini saja, ya?" ujarnya. Aku hanya mengangguk kecil tanda setuju. Kapan lagi aku bisa menikmati senja bersamanya, pikirku. Kugunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Aku tak ingin melewatkannya begitu saja. Itulah sebabnya, otakku merekam dengan sempurna setiap ucapannya, setiap candanya, setiap senyumnya, setiap gerak-geriknya, juga setiap tatapan matanya. Meski terkadang aku harus menahan rona merah pipiku saat dengan tak sengaja bola mata kita bertemu.
"Ren, tau gak? Aku suka banget sama warna awan sore yg kayak gini", ucapku. "Iya? Alesannya kenapa ri?", tanyanya penasaran. "Suka aja. Indah, teduh, sejuk, nyaman", jawabku sekenanya, padahal masih ingin aku menjelaskan panjanglebar alasan kenapa aku suka senja, apalagi kali ini rasanya senja terasa beda, karena disampingku ada dia. Namun bibirku kubiarkan tertutup, sedangkan kubiarkan mataku memandangi bibir tipisnya yg menari.
Mulutku memilih bungkam, sementara telingaku memilih mendengarkan alunan nada yg keluar dari mulutnya. Hingga tak terasa senja akhirnya sirna, memudar dari penglihatan namun tidak dari ingatan.
-"Aku suka senja. Karena senja mengajarkanku tentang segalanya. Dibalik senja indah yg datang sebentar dan pasti akan menghilang, aku mengambil kesimpulan. Bahwa seindah apapun kehidupan, aku pasti akan mengalami kematian. Segala hal yg aku punya, sebagus apapun pasti akan menghilang. Termasuk kamu. Saat ini mungkin aku bisa memiliki kamu, memperbanyak cerita indah bersamamu. Namun pasti, suatu saat nanti aku pasti akan kehilanganmu. Entah bagaimana caranya aku tak tahu."-
Kesimpulanku tentang senja ternyata memang benar. Buktinya, saat ini, saat yg kedua kalinya aku menikmati senja ditempat ygsama, kita sudah tak lagi bersama. Aku sudah kehilangannya, bahkan mungkin untuk selamanya.
Dari situ aku baru sadar, bahwa ada yglebih indah dari senyumannya. Yaitu tatap matanya yg slalu kurindu saat kita duduk bersama menikmati indahnya senja. | Cerpen Kehidupan Senja Yang Terindah Kala Waktu Itu
Dan saat ini waktu terasa seperti membeku. Kebisingan hilang. Yg terdengar hanya suara degup jantungku.
-"Senja terindah dihidupku, adalah senja di terminal kala itu, saat bersebelahan denganmu."-