Dari Mamah Aku Belajar Bekerja Keras

"kasihan ya, sudah miskin eh.. Ibu nya meninggal. Si dokter juga jadi belagu nggak mau nolong"

seru seorang ibu yang mengenakan daster biru donker dengan motif bunga bunga

"iya,.. Si minah bakalan jadi anak yatim piatu deh"

sahut ibu berbaju kuning | Cerpen Ibu Dari Mamah Aku Belajar Bekerja Keras

"ah.. Orang orang hebat di negara ini mah gak mau mikirin orang susah kayak kita, dokter saja sampe gk mau tau ada warga sekitar yang sakit mentang mentang miskin"

timpal ibu lainya yang juga merasa kesal

Aku menghentikan langkah menuju ke sekolah yang letak nya tidak jauh dari rumah.

Itulah sebab nya aku memilih jalan kaki.

Keributan di ujung kompleks tempat tinggalku, tepat nya di perkampungan kumuh, membuat ku sedikit terganggu.

Ada bau tak sedap yang juga mengganggu indra penciumanku.

Perlahan aku ikut menyelinap di kerumunan orang orang itu.

Aku tersentak melihat pemandangan di hadapan ku.

Seorang ibu terbujur kaku dengan bau busuk yang menyebar dari luka tangan dan kaki nya, luka yang membusuk.

Di sebelah nya, ada seorang anak usia tanggung sedang menangis meratapi mayat ibu nya.

"ibu nya meninggal tragis? Kenapa tak panggil polisi?"

tanya ku lantang, karna suara bising yang menenggelamkan suara ku.

Si anak menoleh, untuk kedua kali nya aku tersentak.

Wajah si anak....

Suara gemericik air sisa sisa hujan tadi siang masih terdengar mengetuk genting rumahku.

Jalan di luar becek, sesekali masih terdengar suara guntur menggelegar.

Aku duduk menghadap jendela menunggu pelangi muncul.

Tapi tak sedikit pun warna nampak di langit.

Ah, kenapa kini pelangi menjadi fenomena alam yang langka?

Padahal hanya pelangi yang biasa membangkitkan ingatan manisku tentang papa dan mama

tujuh tahun lalu, setelah papa meninggal, mama menjadi tulang punggung keluarga.

Mamalah yang harus menanggung biayaya hidupnya juga hidup ku yang saat itu masih berusia 9 tahun.

Dulu mama masih menjadi asisten dokter, tapi sekarang..

Mama adalah seorang dokter yang sangat sibuk.

Seluruh waktu nya adalah untuk urusan dokter nya.

Mama bilang "membantu menyembuhkan orang lain adalah amal sayang".

Tapi apakah mamapernah memikirkan hidupku? Kebahagiaan ku? Aku hanya ingin perhatianya

Tok... To... Tok...

Aku membuka pintu.

Seorang gadis tanggung membawa payung tampak sangat panik.

Aku memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.

Tepat! Anak itu pasti dari perkampungan kumuh di ujung kompleks.

"kak, tolong saya. Bu dokter ada kak?"

suara cempreng si anak mulai mengganggu telinga ku.

"Bu dokter sedang tidak ada"

jawab ku ketus

"tolong ka, ibu saya sakit. Badanya kejang kejang dan panas luka nya juga bertambah parah"

si anak mulai memasang wajah sedih

Entah kenapa, aku akan jadi malas jika mengurus segala persoalan yang berhubungan dengan mama dan pekerjaanya yang menyita waktu nya itu.

Mama tak pernah memperhatikan ku, kenapa juga aku harus memperhatikanya? Tak penting! Aku sudah senang hidu dengan si mbok, pembantu ku

"aku sudah bilang Bu dokter sedang tidak ada, cari dokter lain saja"

tanpa ragu ragu aku menutup pintu dan meninggalkan si anak di luar.

Entah lah mungkin dia juga akan pergi dan mencari dokter lain.

Kalau malam minggu seperti ini biasa nya aku akan tidur larut malam dan menghabiskan waktu untuk menontin DVD yang pulang sekolah aku sewa.

Inilah kesempatanku untuk bisa melihat wajah mama yang ku sayang sekaligus aku benci.

"kamu belum tidur di?"

suara mama yang baru saja pulang, membuat ku menoleh.

"belum ma"

jawabku singkat, lalu kembali fokus pada layar kaca tv

"oh.."

mama berlalu ke kamarnya tanpa kalimat apa pun.

Aku menghela napas, semakin menebal kebencian ku.

Pernah sesekali aku memancing perhatian mama dengan pura pura sakit.

Tapi jawaban mama membuatku semakin merasa tidak di sayang.

"minum saja obat yang ada di kotak obat Di, ada tulisanya ko. Mama capek, sayang. Istirahat duluan ya"

ucapanya yang tanpa melihat ke arah ku

sejak itu lah aku putuskan, urusan ku adalah urusan ku dan urusan mama, adalah urusan mama.

Kita masing masing, entah sampai kapan.

Senin pagi ini, entah ada angin apa mama menyiapkan bekal untuk sekolah ku.

Tapi aku tak membawa nya. | Cerpen Ibu Dari Mamah Aku Belajar Bekerja Keras

Rasanya tidak ikhlas menyuap makanan yang disiapkan oleh tanganya.

Maka aku putuskan untuk membiarkan kotak makan itu di atas meja makan

"iya kak karna tidak ada dokter yang gratis seperti ibu kak dina, jadi ibuku tidak di periksakan"

cerita anak yang terakhir aku ketahui bernama minah itu.

Aku terdiam menunduk, semua salah ku... Andai saja setelah mama pulang malam itu, aku langsung memberitahunya, pasti tidak akan seperti ini

"ibu adalah tulang punggung minah kak, ia menghidupi 6 orang anak nya, di tambah diri nya, kasihan ibu"

suara minah bergetar, menahan tangis.

"minah"

pangil ku pelan

"apa ibumu jarang berada di rumah? Jarang memberimu perhatian pada kamu, adik dan kakamu?"

lanjut ku

minah mengangguk

"ibu jarang berada di rumah untuk bekerja agar bisa terus menghidupi dan menyekolahkan kami, anak anak nya, perhatian ibu di tunjukan dengan cara itu, bekerja, minah mengerti"

Aku menghela napas, ternyata bukan hanya aku yang merasakan keadaan seperti ini.

Minah, gadis yang lebih kecil dari ku justru lebih bisa menerima keadaan ibunya dan mama ku adalah sama.

Wanita hebat yang bekerja keras untuk anak anaknya.

Tapi aku salah sangka terhadap mama.

Mataku terasa panas, bulir bulir hangat mulai mengalir pipiku membentuk anak sungai.

"minah maafin aku ya"

suaraku mulai parau tertahan tangis

"kak.., ini takdir tuhan, tidak ada yang salah dan haraus meminta maaf"

ucap minah semakin membuat ku merasa bodoh

Bergegas aku bangkit dari kursi plastik yang warnanya sudah memudar

"kak dina mau kemana?"

tanya nya seakan menahan kepergianku.

Aku menoleh

"kotak makan ku ketinggalan, aku mau mengambil nya, setelah itu berangkat ke sekolah"

minah tersenyum, melambaikan tangannya dengan tulus.

Di rumah,

kotak makan bekal sekolah ku tak lagi di atas meja.

"mbok.. Kotak makan ku mana?"

tanya ku pada si mbok yang sedang mencuci piring

"mbak balik lagi? Itu mbak.. Di bawa ibu ke ruanganya"

Aku menyernyitkan dahiku "(mama tidak kerumah sakit)" batin ku

secepat kilat aku melesat menuju ruangan mama.

Sosoknya terlihat sedang duduk menatap kotak makan yang di siapkanya untukku.

"ma..."

panggilku pelan tetapi ternyata membuat nya sedikit tersentak

"kok balik lagi sayang?"

tanya mama menghapus jejak sedih di wajah nya

"kotak makan ku ketinggalan"

aku membalas senyuman mama dan mengambil kotak makan dari tanganya, lalu kembali meninggalkan mama

"Di..."

mama mencegah langkah ku

"mama sayang dina"

lanjut nya

seketika tubuhku seperti di siram air es, sejuk, aku sangat senang mendengar nya begitu membahagiakan

"aku juga sayang mama"

kata ku berbalik menghapiri mama dan mencium kedua pipi nya

Dari mama, aku blajar kerja keras, dari minah aku blajar ikhlas dan menjadi dewas

kalo dosa pada keluarga minah....

Entah sampai kapan akan terbayar lunas | Cerpen Ibu Dari Mamah Aku Belajar Bekerja Keras