Pagi itu surya menyapaku dengan senyuman indah, memancarkan cahaya yang mengubah gelapnya malam menjadi terangnya fajar. | Cerpen Sedih Bintang Yang Tidak Lagi Bercahaya
Kenalkan aku Arfita gadis berusia 16 tahun yang berdiri dibawah naungan langit Kota Banyuwangi yang selalu memberi senyum manis padaku. Senyuman yang memayungi hidupku dimanapun aku memijakkan kaki. Aku seorang gadis yang sangat mencintai bintang. Entah apa yang membuatku mencintai bintang, namun aku ingin menjadi sang bintang, sang bintang yang selalu menghiasi langit yang gelap meski tak selalu mendapat perhatian dari manusia, meski terkadang manusia tak mengerti betapa pentingnya peranan bintang bagi mereka. Bintang selalu menghiasi langit tak pernah bosan memancarkan sinarnya yang kadang mulai meredup meski manusia tak berterimakasih. Tanpa bintang, langit gelap gulita, sunyi, dan tak menarik untuk dipandang. Aku takut bila suatu hari nanti bintang berenti memancarkan sinarnya yang indah. Yang membuatku sangat kecewa karena aku tak bisa mengabadikan momen ku bersama bintang, tak bisa mengabadikan indahnya bintang yang berkilauan dalam kamera handpone ku. Padahal aku ingin melihatnya setiap saat.
Setiap malam ku habiskan waktu untuk belajar, belajar dan terus belajar. Namun tak pernah ada kata bosan yang membayangiku, karena bintang selalu ada melengkapi cerita hidupku. Bersama bintang kulalui masa belajarku dan waktu terasa sangat singkat hingga gelapnya malam berubah dan berganti hari menjadi siang yang terng benderang.
Pagi itu ku gendong tas biruku dan bergegas berangkat ke sekolah dengan do’a restu dari papa dan mamaku. Biasanya aku berangkat dengan Ardi tetanggaku, tapi pagi ini aku tak melihatnya. Bahkan dia yang selama ini selalu menungguku didepan rumah kini tak lagi menungguku. Jadi terpaksa aku berangkat sendiri hingga sampailah aku digerbang sekolahku. Ketika aku telah memasuki kelas, aku mengikuti pelajaran seperti biasanya. Dan ternyata memang benar Adri telah sampai disekolah sejak pagi-pagi buta. Yang membuatku merasa aneh, dia bahkan tak melirik kearahku sedikitpun ‘ apa aku membuat kesalahan ‘ tanyaku dalam hati. Akhirnya ku bulatkan tekadku untuk melangkah mendekatinya.
“ Ardi! “
Dia hanya menoleh ke arahku tanpa memberiku senyuman ataupun membalas sapaanku.
“ Ardi kamu kenapa sih? Kok aku dikacangin! “
“ Oke Arfita, aku salah kalo harus ngacangi kamu terus. Dengerin aku ya, kita udah dewasa punya jalan masing-masing. Kalo kita bareng terus, pasti bakal ada rumor kalo kita pacaran. Dulu kita emang tween apa-apa selalu bareng, itu karna kita masih kecil. Kita nggak tau apa-apa dan sekarang kita udah gede, jadi jalani ajalah pertemanan yang sewajarnya.”
Dia berlalu meninggalkanku yang berdiri dengan penuh rasa kekecewaan ini. Dia bahkan mendiamkanku sepanjang waktu.
Kriiiiiing! Bel pulang telah dibunyikan. Ardi bergegas meninggalkan kelas dan aku berlari menyusulnya, namun langkahku tertinggal sangat jauh darinya. Aku terus berlari sebisaku hingga kakiku tersandung, dan saat itu Ardi membalik badan kemudian membantuku berdiri dan dia mendampingi setiap langkah ku hingga sampai dirumah. Dan saat itu pula aku juga Ardi tak lagi memiliki permasalahan yang membuatnya harus menjauhiku.
Sore yang cerah Ardi mengajaku pergi ke taman, sebagai gantinya aku memintanya menemaniku menatap bintang malam ini dan terjalinlah kontrak perjanjian antara kami. Ketika kami telah sampai disalah satu sudut taman, Ardi meminta maaf atas sifatnya dan dengan mudah aku menerima maaf itu. Namun setelah itu ia mengucap kan kata yang mengejutkan.
“ Fita, kita sekarang jalani hidup kita masing-masing. Kamu jalan sendiri aku juga gitu.”
Setelah kata itu terucap dia melangkah pergi meninggalkanku, bahkan dia tak menghiraukan teriakanku yang berusaha menghentikan langkah kakinya. Aku tertinggal jauh, dan aku tak dapat menyusulnya lagi. Hanya satu harapanku, malam segera datang agar aku bisa mengadu pada bintang tentang aku yang merasa terhakimi. Kini aku tak lagi menyusulnya, aku hanya melangkah sebisaku.
‘Brukkkkk’ saat itu banyak orang yang mengerumuniku dan pandanganku mulai meredup, seketika itu pula aku tertidur. Saat aku terbangun dan membuka mata, semuanya gelap seakan mataku masih tertutup. Aku tak percaya, bagaimana bisa semua jadi gelap, bahkan lebih gelap dari malam, ku kira ini hanyalah minpi.
Dan ternyata kini aku buta, tak bisa membedakan kapan pagi, siang, sore juga malam. Semua gelap, ketakutanku telah menjadi nyata, harapanku menatap bintang dan mengadu pada bintang telah sirna. Kini bintang tak lagi bercahaya dimataku. | Cerpen Sedih Bintang Yang Tidak Lagi Bercahaya