Senja tak selamanya jingga. Senja bisa saja berubah warna.
Tak hanya jingga, kelabu pun pernah aku jumpa. | Cerpen Sedih Senja Berwarna Jingga Yang Hilang
Senja hari ini, adalah senja ke sekian kali yang tanpa pelangi yang pernah singgah dihidupku. Namun seperti biasa, bagaimanapun rupa senja, warna senja, aku tetap menikmati dan mengagumi keindahannya. Karena senja yg hanya bisa dinikmati sekejap saja, mengajarkan kita agar kita menghargai kehidupan kita yg sementara.
Lamunanku buyar, inspirasiku pudar, catatan yg digoreskan pena ku terhenti, telingaku dengan cepat merespon suara yg datang, "Nuri! Hey sedang apa kau disini? Lama tak jumpa ya? Bagaimana kabarmu?". Deg! Jantungku serasa berhenti ketika mataku menatap mata yg dulu pernah berseri ketika memandangku. Namun pancarannya saat ini, jauh dari apa yg ku bayangkan.
Mata yg dulu membuatku jatuh hati, kini memberi arti seolah 'hati ini telah terisi, silahkan cari yang lain lagi'. "Oh, hey. Aku baik, kamu?", responku agar dia tak menatapku dengan pandangan heran itu lagi saat dia menyadari bahwa aku bengong memikirkannya tadi.
"Yaa seperti yg kamu lihat, aku juga baik. Kamu belum jawab pertanyaanku, sedang apa kamu disini? Dan buku yg dipegangmu?", dengan cepat tangannya merebut buku kumpulan karangan cerita-ceritaku yg tak pernah ada endingnya, selalu gantung, gak jelas. "Hey cerita macam apa ini? Mengapa tak ada endingnya? Jangan bilang kalau kamu hanya membuat penggalan-penggalan cerita agar pembacanya penasaran dengan kisah lanjutnya, yg padahal kamu tidak akan menyelesaikannya. Ahaha kok kamu lucu", ledeknya. Aku hanya cemberut sambil merebut kembali buku itu dari tangannya.
"Ceritaku tak kunjung selesai, karena cerita ini memang murni pengalamanku. Cerita ini sama seperti hidupku, yg tak pernah aku ketahui endingnya seperti apa. Mungkin saat aku tau akhir dari hidupku, aku akan melanjutkan semua cerita ini", jawabku ketus. Dia hanya manggut-manggut sambil cengengesan. "Kamu sudah lama disini? Sama siapa? Kamu sendirian?" tanyanya. Dasar gapernah berubah, dari dulu kalo bertanya pasti aku selalu dicecarnya. "Aku sendirian, dan selalu ingin sendiri".
"Selalu ingin sendiri apa emang gak punya teman?", godanya. Sial! Dia tahu betul dengan sifatku yg tidak mau bergaul dengan banyak orang, sehingga sulit bagiku mendapat teman, meski cuma 'sepotong'. "Kenapa diam? Seharusnya kalo memang kamu butuh teman, kamu bisa hubungi aku, biar kamu gak kesepian. Aku siap ko stay 24jam buat kamu". Hah? 24jam dia bilang? Bissssssa bakale. "Gak usah berlebihan. Aku bisa ko sendiri", jawabku dengan nada ketus. "Kamu kok jutek sih sekarang? Cieee", godanya sambil mencubit hidungku. God, robohkan aku saat ini juga, please!
"Za! Ternyata kamu disini. Aku capek tau nyariin kamu kemana-mana, yang", teriak orang yg berlari ke arah kami berdua. Parasnya cantik menggoda, dan aku hapal betul dengan tampilan ini. Ya, Mala. Sahabatku dulu. Sebelum akhirnya dia merebut Reza dariku. Dia yg merubah senja berjingga di hidupku menjadi kelabu. "Eh hey Nuri", matanya seolah malas menatapku, hanya lengannya saja yg menjabatku.
Aku membalasnya, lalu tersenyum seolah tidak memperdulikan hatiku yg meronta agar segera pergi dari situ. "Yang, pulang yuk. Magrib nih", rengeknya sambil bergelayut manja dilengan Reza. Shit! "Yaudah kalo gitu aku duluan ya!" ujarku lalu beranjak pergi meninggalkan dua sejoli yg tak berhati itu. Pikiranku kacau mengenang kembali masa silam yg telah lalu. Ah, God. | Cerpen Sedih Senja Berwarna Jingga Yang Hilang
Seiring dengan langkahku, kini senja telah benar-benar hilang dari pandanganku. Selamat jalan senja ku, selamat datang malamku. Semoga hari esok memberikanku senja yg biru.