[Abang.. kerja capek bangett ya.. bosku kayak anu. BM]
Keluh suatu ketika chat dengan abang | Cerpen Sedih Secarik Catatan Hati Seorang Suami Part 3
[Baru begitu aja ngeluh, mau abang ceritain pengalaman abang dulu] seperti biasa abang dalam memberikan sudut pandang selalu menceritakan pengalamannya.
[Apa itu BM ] lanjutnya.usia yang jauh terpaut membuat abang kadang tidak paham dengan istilah-istilah yang kugunakan dalam berkomunikasi dengannya.
[Banyak mau oom.. ketahuan yaa angkatan tua. Hahaha]
[Om om, nggak sopan. Tua-tua juga kamu demen hahaha]
[Siapa?] Balasku
[Apanya?] Balasnya seperti biasa chat diselingi tak jelas ngalor ngidul.
[Cuss lah ceritaa lama deh hahaha]
[Cas cus cas cus.. hmmm]
[Iya-iyaa maaaf abang Radiga Ganendra yang aku tiiiiitt]
[Yang apa kok di sensor?]
[Lah pake dibahas. Cepatlaaah ceritaaaa hahaa. Abang tau nggak sepertinya pekerjaan ini bukan bidangku. Aku nggak suka disuruh-suruh bos seenak udelnyaaaa]
[Hahaha.. jadi ndut kamu itu sebenarnya enak lho. Kalau jaman abang dulu waktu SMA dikasih jatah sama ibu abang 25 rb. Buat seminggu. Buat angkot sama jajan. Buat angkot sama jajan sih cukup. Tapi buat anak muda ganteng kayak abang ini tak cukup lah untuk keperluan anak muda. Jadi abang kerja cuci mobil dan jadi loper koran ] "narsis tingkat kabupaten kota" batinku
[Dan pas abang lulus kuliah abang diterima kerja di bank yang baru saja di bentuk. Tau lah bank apa. Pada waktu reformasi bertepatan juga dengan krisis moneter yang membuat bank-bank itu digabung menjadi satu. Kerjaan abang 1-3 bulan pertama menghimpun ulang data nasabah di ruang arsip yang penuh debu. Jaman dulu kan belun ada komputer. Setiap pulang kerja baju kotor semua seperti habis jadi kuli bangunan. Sampai ibu abang bilang. "Kamu kerja di bank apa kerja dimana kok bajunya kotor semua". Kalau jaman kamu sekarang sudah enak. Tinggal duduk senyum, komputer tinggal klik, tapi sudah ngeluh] abang melanjutkan chatnya.
[Hemm.. iya sih.]
[Bersyukur ndut. Diluar sana banyak yang pengen punya kerjaan kayak kamu] abang menasehati.
[Lha abang aja terus resign kan???] Aku membela diri.
[Iya tapi abang lama juga kerja disana]
[Trus kenapa abang resign??]
[Males abang sama bos abang. Tidak menghargai bawahan. Kerjaannya abang semua yang disuruh handel. Tapi nggak ada terimakasih. Ya udah berhenti aja. Ada tawaran kerja juga yang lebih menjanjikan]
Chat dengan abang selalu mengobati ketika aku berkeluh kesah tentang pekerjaan yang baru kujalani. Tanpa mendoktrin, abang selalu bisa memposisikan dirinya sesuai dengan suasana yang ku harapkan. Itu yang semakin membuatku merasa semakin nyaman. Semakin dewasa pemikiran dan usiaku aku menanggapi hubungan dengan abang adalah hubungan simbiosis mutualisme era baru. Saling menguntungkan dengan kenyamanan tersendiri tanpa merugikan dan menyusahkan satu sama lain. Tak terpikir untuk mencari pasangan dalam kehidupan yang nyata. Walaupun sesekali aku kadang pergi berkencan dengan laki-laki yang mendekatiku tentu tanpa bilang pada abang. Prinsipku aku tak tau apa yang dilakukannya disana sekalipun aku memujanya. Jadi sah saja jika dia pun tak tau apa yang kulakukan. "Ini hubungan ala orang dewasa!" Pikirku. Seorang gadis 24 tahun yang kadang labil.
*****
[Itu dimana?] Chatku ketika melihat abang mengganti foto profil dengan foto sebuah pantai yang sangat indah, terlihat sebuah cottage diatasnya. Indah sekali!
[Pulau surga. Mau kesana?]
[Mauuu] aku merasa kok aku mauan jadi cewek.
[Nanti kita honeymoon kesana ya] cess.. hati meleleh, hidungnya pasti ngembang lagi dong.heheh!
[Iya. Sebulan yaa disana] aku menggoda.
[Jangan kelamaan disana. Nanti pulang-pulang anak kita kayak kodok banyak kembarnya hahahhaaa]
[HAHAHHAHAHAA]
[Hahhaaaaaa. Abang beneran belum nikah?] Lanjutku. Ku beranikan bertanya. Agak lama abang membalas membuatku sedikit curiga.
[Iya..]
[Kenapa belum menikah? Kan kalau menikah enak ada pasangan, kalau nikahnya sdh berumur kasihan anaknya nanti. Nggak bisa ditemani sampai dewasa] aku menirukan ucapan orang-orang yang sering menyuruh agar cepat menikah.
[Ya belum dapat yang pas aja. Kamu sih nggak mau dipoligami.hehehe :p]
[Mulai deh.. ]
[Menikah itu memang salah satu bentuk ibadah ndut. Tapi kalau belum siap untuk apa dipaksakan. Masalah punya anak, rejeki anak itu sudah Allah atur. Tidak jadi jaminan yang punya anak diusia muda, meninggal ketika mereka sudah tua. Harusnya kamu yang sudah harus siap menikah. Karena perempuan itu beda dengan laki-laki. Perempuan itu punya masa "expired". Semakin tua semakin berkurang pesonanya. Punya masa manepouse. Beda dengan laki-laki semakin matang semakin banyak yang mau. Tinggal pilih saja. Apalagi anak-anak sekarang cantik-cantik dan cepat sekali dewasanya. Ada saatnya masamu tergeser dengan yang muda-muda. Dan kalau kamu pemilih kamu nggak bakal kebagian. Karena sudah tidak bisa bersaing. Laki-laki pasti kalau cari istri yang muda yang cantik kalau sudah mapan tinggal pilih saja. Laki-laki biar sampai tua tetap berfungsi sebagai laki-laki] "obrolan orang dewasa" batinku membaca chatnya. Bener juga.
[Ya sih. Nantilah kalau pengen aku nikah. Aku pengen liburan nih cuti nanti. Abang aturkan itenerarynya ya. Aku terima beres. Mau naik gunung]aku membalas chatnya mengalihkan pembicaraan. Selain menjual gear buat traveler abang juga menyediakan paket-paket jalan-jalan. Aku tidak pernah matre dalam hubungan ini walau ku tahu aku bisa saja meminta ini itu padanya.
[Oke tapi nanti gabung aja ya sama traveller yang lain. Biar hemat. Nanti abang ikut juga deh ngeguide kamu biar nggak nyasar]
[Aku sudah nyasar kali]
[Hah nyasar kemana?]
[Kehatimuuuu.. eaaakkk ]aku menggombal untuk kesekian kalinya..
Aku semakin penasaran dengan sosoknya yang kutahan untuk tidak mencari tahu informasi lebih dalam lagi tentangnya. Akhirnya ku beranikan diri mengetik namanya dalam situs pencarian terbesar malam itu.
Jeng jengg.... !!!
Namanya terpampang disebuah situs yang mencantumkan informasi-informasi pekerjaan bergengsi itu. Lalu beberapa media online pun meliputnya sebagai pembicara di sebuah event atas statusnya sebagai CEO dan untuk pertama kalinya aku melihat wajah abang lewat sebuah foto.
Ttidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya. | Cerpen Sedih Secarik Catatan Hati Seorang Suami Part 3
- Bersambung -