Sebuah Kisah Untuk Pengantar Tidurmu

Apakah kau yakin ingin mendengar kisahku? Ada syaratnya. Pertama, jangan tidur sendiri dan kedua, jangan matikan lampu. |  Cerpen Misteri Sebuah Kisah Untuk Pengantar Tidurmu

Mari sedikit merapat karena aku akan menceritakannya dengan suara agak pelan agar tidak terdengar oleh orang lain.

Menurutmu bagaimana rasanya kalau menjadi senior dalam suatu ekstrakurikuler? Enak? Bisa menyuruh junior bahkan memarahi mereka? Hahaha. Lucu sekali jawabanmu.

Lalu bagaimana jika saatnya jurit malam? Bukankah kau akan disuruh menyamar sebagai hantu dan bertugas sendiri di salah satu pos? Tapi bisa saja menjaga pos tersebut bersama teman, itu pun kalau kau beruntung.

Ah, langsung saja kuceritakan kisah ini. Saat aku menjadi senior dalam satu ekskul. Didandani layaknya hantu dengan mukena yang bagian untuk wajah malah dikenakan di leher sehingga terbentuklah jubah putih. Wajah pun tak luput dari riasan menyeramkan. Beberapa tetes obat merah menghiasi dahi dan sekitar mataku.

Awalnya terselip rasa takut saat aku diminta menjaga pos yang terletak di bawah pohon dan sendirian. Gila! Itu adalah ide yang sangat konyol. Tapi rasa gengsiku yang tinggi memaksa diri ini untuk terlihat berani.

Aku berdiri di bawah pohon dengan ranting yang tingginya tidak jauh dari kepalaku. Dari jauh terdengar suara peserta jurit malam yang meneriakkan kata sandi dari ekskul mereka masing-masing. Saat melewatiku, mereka menjerit dan beberapa ada yang mengucapkan takbir bahkan istighfar lalu berlari sekuat tenaga. Padahal yang saat itu aku lakukan hanyalah diam. Pasti karena penampilanku.

Malam semakin gelap, bahkan bulan bersembunyi di balik gumpalan awan mendung. Aku melakukan apa saja untuk menghilangkan rasa takut yang menguat. Membayangkan hantu yang tiba-tiba muncul, ular dan segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi padaku.

Saat itu aku menari. Tiba-tiba terdengar jeritan enam gadis. Mereka adalah peserta jurit malam. Kau tahu apa yang terlintas dalam pikiranku saat itu? Bangga karena berhasil menakuti mereka? Sama sekali tidak. Bahkan aku merasa takut ketika bau anyir menari di rongga hidungku.

Aku mengendus bagian ketiak. Kuakui ketiak ini bau asam tapi yang menjadi masalah utama adalah bau anyir itu. Entah dari mana asalnya dan tiba-tiba menyeruak tanpa bilang permisi. Itu adalah bau darah.Suara orang cekikikan menggema. Terdengar jauh tapi jelas. Aku menelan ludah ketika terasa ada cairan menetes di kepala. Tangan kananku meraba bagian kepala yang terkena tetesan tersebut. Merah! Perlahan kudekatkan tangan ke hidung guna mendapatkan aromanya. Dalam hitungan detik aku terbatuk. Bahkan semua isi perutku berontak ingin keluar. Anyir, sungguh menjijikkan.

Kuarahkan pandangan pada ranting pohon tepat di atas kepala. Jantung nyaris copot bahkan tulang terasa lepas saat melihat tersangka utama dari tetesan busuk tadi. Tubuh itu dibalut kain putih penuh darah dengan ikatan di bagian kepala, pinggang dan kaki.

Makhluk itu duduk di ranting tersebut sambil mengayun-ayunkan kaki. Nyaliku semakin diuji tatkala melihat wajahnya. Busuk, seperti tulang dibalut kulit tipis dengan borok penuh belatung. Bahkan salah satu matanya terlihat menggantung.

Aku tercekat. Suara hilang entah ke mana sedangkan makhluk itu tertawa semakin keras membuat nyali menciut. Saat itu yang dapat kurasakan hanyalah lemas hingga akhirnya semua menjadi gelap sempurna.

Mengapa kau terlihat panik begitu? Maaf, bukan bermaksud menakuti. Aku hanya sekedar berbagi kisah. Barangkali kau memiliki kisah lebih menarik dariku. |  Cerpen Misteri Sebuah Kisah Untuk Pengantar Tidurmu

Maukah kau menceritakannya?