Cinta Yang Terlarang Ini Dosa Siapa

"Kalau berjalan pakai mata!" | Cerpen Cinta Cinta Yang Terlarang Ini Dosa Siapa

Bentak gadis cantik SMA siswa baru beralis lentik itu.

"Gila loe, emang mata bisa jalan?" Tanya balik cowok ganteng dengan nama yang tertulis dibaju putih Raditya Bagaskara Seruyanyah dengan mata menghunjam tajam.

Awal masuk sekolah di bangku SMA.

Seperti pada umumnya, hari pertama sekolah adalah hari dimana penuh semangat baru, teman baru dan suasana baru bahkan pacar baru.

Setelah kita saling sosialisasi untuk mengenal satu sama lain. Maka banyaklah teman baru yang kita temui. Di hari-hari berikutnya ada yang sebagian jadi pacar baru, atau sekedar teman tapi mesra. Dan ada juga menjadi sahabat atau malah bermusuhan berebut pengaruh di sekolahan.

Tujuan Raditya di sekolahkan oleh orang tua adalah untuk belajar bukan untuk pacaran. Namun semua itu berubah dan tidak sesuai tujuan saat dia mulai mengenal seorang gadis bernama Dita. Itulah pertama kalinya ia jatuh cinta.

Sedari kecil dia memang tak mengenal apa itu kasih sayang seorang ayah hanya mamanya yang selama ini mencurahkan kasih sayangnya seutuhnya untuk dirinya. Pernah suatu hari Raditya bertanya padanya kenapa mama tidak mau menikah lagi agar ada yang mendampinginya namun Eva hanya tersenyum dan selalu menghindar.

Sandang pangan ataupun materi memanglah Radiya remaja tidak pernah kekurangan dan semestinya harusnya disyukuri namun kenyataan tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah tetap saja ada yang kurang. Ia sejujurnya tidak mau menyakiti mamanya gegara pacaran namun semua itu berubah pada suatu hari saat ospek di salah satu sekolah SMA di Jakarta.

Gadis yang dari ujung kaki hinnga rambut hampir memiliki kemiripan dengannya itu seandainya dia itu laki-laki dan tiba-tiba menabrak begitu saja saat di lorong sekolah menuju kantin.

"Kalau berjalan pakai mata!" Bentak gadis cantik SMA siswa baru beralis lentik itu.

"Gila loe, emang mata bisa jalan?" Tanya balik cowok ganteng dengan nama yang tertulis dibaju putih Raditya Bagaskara Seruyanyah dengan mata menghunjam tajam.

Dita yang jengkel lalu pergi begitu saja dan menganggap peristiwa itu akan berlalu lenyap di telan waktu. Namun lagi-lagi ternyata ia kini justru harus satu ruangan dengan Raditya di kelas X A yang mana disitu merupakan kelas favorit dan unggulan.

"Ngapain loe ngikutin gue?" Tannya Dita dengan tatapan mata yang melesat seperti kunai senjata ninja. Hatinya jenggkel kenapa juga harus bertemu cowok gaje seperti itu.

"Siapa juga yang ngikutin loe! Gila loe asal jeplak aja," balas cowok dengan gaya rambur Clasyy Haircut itu dongkol lalu pindah duduk di bangku bersebrangan denganya.

Seperti hari-hari berikutnya mereka berdua seperti kucing dan anjing yang selalu bertengkar meski itu hanya hal sepele. Perseteruan itu bukanya berhenti namun malah makin menjadi saat mereka sudah naik kelas dan sialnya lagi, ternyata di kelas XI IPA mereka bertemu lagi.

Memang benar adanya selama setahun Raditya hanya fokus pada kegiatan sekolahnya saja dan tidak peduli sama sekali dengan para cewek yang mencoba mendekatinya. Bukan tanpa alasan ia menjadi cool dan selalu menghindar dengan yang namanya kaum hawa.

Raditya tidak ingin menyakiti perasaan ibunya yang mana selama ini melarangnya untuk berpacaran. Apalagi sampai menyakiti hati wanita.

"Ke kantin yuk," pinta Kanya gadis cantik teman masa kecilnya itu.

"Iya ayo.. Jangan menyendiri aja loe entrar kesambet," sahut Rayon dengan menarik tangan Radit memaksa, "kalau loe kagak ikut.. Kanya kagak mungkin mau.. Ayo.." Imbuhnya.

Kanya cewek bermata indah pelangi dengan potongan poni yang menjuntai kesuatu sisi itu sudah lama menjadi incaran Rayon namun selalu ditolaknya dan memilih mengejar-ngejar Radit cowok cool yang selalu mengacuhkan dirinya.

"Iya .. Iya.. ayo," ucap Raditya mengikuti kemauan teman-temanya itu. Saat baru saja hendak melangkah keluar dari pintu dalam kelas tanpa sengaja Dita yang sedang asyik mengobrol dengan teman-temanya tertabak oleh radit dan minuman kaleng dingin segar itu membasahi bajunya.

Tentu saja Dita meradang marah dan membalas kembali dengan menyiramkan air sisa minumnya itu di wajah Radit.

"Gila loe..! Kotor semua ni!" Bentak Cowok Cool itu mengelegar seperti petir yang menyambar. Tanganya mengepal dengan mata merah saga seakan siap menerkam.

"Ayo pukul..! Pukul saja kalau berani," Dita balik menantang.

"Kalau loe bukan cewek pasti sudah gue tonjok tu muka," balasnya dengan gigi gemretak namun entah mengapa saat mata itu saling menatap seketika emosi itu menghilang entah kemana.

"Apa?" Tantang Dita lagi. Kanya yang melihat semua itu entah mengapa hatinya terasa perih dan sakit. Bukan karena Raditya di siram air minum kaleng itu namun lebih pada tatapan mata mereka yang seolah ada cinta.

"Bisa saja mereka pura-pura selalu bertengkar namun sebenarnya saling cinta," bisik Kanya dalam hati yang langsung menggegam erat tangan Radit dari situ.

"Loe gak apa-apa Dit?" Tanya Kanya namun Cowok itu pergi begitu saja meninggalkannya menuju toilet pria untuk membersihkan bajunya.

"Gue tau Dit.. Loe sebenarnya suka kan ama Dita?" Tanya Kanya dalam hati. Tak terasa tirta bening itu melompat begitu saja membasahi pipinya.

Hari-hari berikutnya setelah kejadian demi kejadian yang seolah terulang seperti sebuah karma dari alam semesta. entah mengapa Radit pun mulai dihantui bayang-banyang wajah Dita.

Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak selalu teringat akan senyum khasnya meski hanya curi-curi pandang saal melihatnya. Seolah O2 dari hembusan nafas mereka seperti senyawa. Entah senyawa Al kali atau apa? Yang jelas logika mulai lumpuh.

Cinta tumbuh bukan karena menemukan orang yang sempurna. Melainkan karena kemampuan menerima kelemahan-kelemahan orang itu secara sempurna. Namun benarkah Dita cinta sejatinya Radit? Atau karena ada hubungan? Yang mana mereka tidak tau sama sekali.

Pikirannya seperti gelombang elektomagnet dari ingatan yang tak akan terpisahkan, yang menyimpan kenangan hari ke hari yang telah terlewati. Meski itu adalah sebuah pertengkaran namun entah mengapa justru hatinya terpaut pada Dita.

Mungkinkah Raditya jatuh cinta padanya? Dita hanya dirinya yang selalu mengganjal hatinya. Lalu bagai mana dengan Kanya? Yang selalu berharap cinta.

"Hai ngelamunin apa loe?" Tanya Kanya pada suatu senja yang tanpa di undang datang kerumah Radit. Sontak ia pun kaget.

"Ada apa kesini?"

"Ngusir ni .. Maksudnya?'' Tanya Kanya sedikit jengkel.

"Gak.. Maafin gue kalau udah menyinggung perasaan loe!" Balas Raditya mempersilahkan Kanya duduk disebelahnya.

"Dit.. Mama nanti pulang telat ada ururan mendadak di kantor."

"Ma.. Apa gak bisa besok," balas Radit.

"Kok gak ngomong bawa teman kesini Dit?"

Tanya Eva mengalihkan pembicaraan. Semenjak di tinggal Surya, ia memang mengurusi perusahan dan membersarkan anaknya sendirian. | | Cerpen Cinta Cinta Yang Terlarang Ini Dosa Siapa

Memang pada awalnya Eva tidak mengerti sama sekali dengan perusahaan peninggalan suaminya itu karena Surya dulu selalu hidup sederhana dan memulai usahanya sendiri dari nol tanpa meminta bantuan keluarganya.

"Sore Tante.. ," sapanya dengan mencium tangan ibunya Raditya itu.

Tentu saja Eva simpati dengan Kanya, hari gini masih ada gadis yang sopan seperti itu.

"Oh iya.. Tante tinggal dulu ya." Pamit eva pada mereka setelah mencium kening jagoanya itu. Sopir lalu mengantar ibunya Radit pergi dan tentu saja mereka kini hanya berdua di rumah.

"Mau minum apa Anya?

"Apa aja Dit.. Yang penting Loe Ikhlas."

Kanya memang bukanlah anak orang yang kaya raya seperti Raditya. Bahkan ia bisa sekolahpun karena beasiswa akan tetapi selama ini hanya Raditlah yang selalu membantunya bahkan di luar kelas.

Dari kecil ia sudah yatim piyatu tanpa tau siapa orang tuanya. Panti asuhan tempat tinggalnya itu dulu donatur utamanya adalah keluarga Surya yang kemudian diteruskan oleh ibunya Raditya sampai saat ini.

Menurut cerita ibu panti dan kakak-kakak panti yang lebih dewasa dari pada Kanya pernah bercerita kalau Papanya Raditya dulu suka menghabiskan waktu di panti dan sangat menyayangi anak-anak disana.

Raditya dulu sering diajak mamanya kepanti itulah awal mereka kenal dan akrap hingga mereka masuk SMA. Bisa dikatakan Kanya bisa sekolah berkat Mamanya Raditya.

"Ini minum dulu," ucap Raditya dengan menyuguhkan minuman dingin di atas meja.

"Gua kesini sebenarnya mau minta loe ajarin gue PR Matematika," ujar Kanya sambil mengeluarkan buku pelajaran.

"Ya udah mana .."

Mereka pun akhirnya belajar bersama di teras depan dan ternyata tiba-tiba hujan deras.

"Kita belajar didalam aja ya," Pinta Raditya dan merekapun masuk keruang tengah. Ada alasan kenapa Raditya tidak mengajak Kanya masuk karena Bibik rumah itu sedang pulang kampung. Jadi kini mereka tinggal berdua saja.

Hingga semua PR itu selesai hujan bukanya berhenti malah semakin deras dan gemuruh petir pun makin menggelegar.

"Loe laper kagak? Yuk kita masak.. Mau beli diluar juga hujan deras kaya gini." Pinta Raditya. Bukanya mengdengar panggilan itu, Kanya malah terbuai memandangi wajah gantengya Raditya.

Dalam benaknya ia berharap suatu hari nanti bisa mempunyai suami sebaik Raditya. Ah.. Sekolah aja belum lulus udah mikir nikah?

"Iya ayo.. Dengan senang hati," jawabnya Kanya langsung berdiri senang namun itu malah yang membuatnya terpeleset terjatuh. Untung cowok ganteng itu segera menangkapnya.

Waktu seolah berhenti saat Kanya dalam dekapan Raditya yang tanpa sengaja kini tubuh itu menindihnya. Jantungpun bergetar saat sorot mata saling menatap mengikat seperti magnet dengan kutub yang berbeda.

Hampir saja bibir manis Kanya menyentuh bibir Radit, begitu dekat begitu kuat. Kuat untuk segera mengecupnya. Raditya bisa saja melumat bibir Kanya namun entah mengapa justru bayangan Dita yang ada dalam pikiranya.

"Maaf...'' ujar Putra Surya itu mendorong gadis cantki begitu saja. Tentu saja Kanya malu akan tragedi itu dengan segera bola matanya mencari cara mengalihkan suasana ganjil itu.

Neutron-neutron dengan cepat merangkai saat Kanya melihat foto Ayah Raditya yang masih terpajang rapi sejajar dengan foto-foto keluarganya di situ.

"Papa loe dulu ganteng juga ya Dit? Pantes nurun ke anaknya. Gue bahkan tak tau siapa kedua orang tua gue." entah mengapa bibir kanya begitu mudah mengurai kata-kata yang justru membuat kepedihan dalam hati Raditya yang selama ini sangat merindukan kasih sayang seorang Ayah.

Ayah yang tak tau dimana rimbanya.

Bahkan untuk Zarah ke kuburanya pun tak tau? Apakah papanya Raditya masih hidup? Lalu kemana saja selama ini jika memang ia Surya masih ada? | Cerpen Cinta Cinta Yang Terlarang Ini Dosa Siapa