Rona Pelangi Indah Di Ujung Senja

"Jika mencintai mu membuat ku terluka, bahkan berdarah pun akan ku jalani"

Vania menulis sebuah quotes di halaman buku diarinya. Vania belajar mencintai Reza ketika izab kabul di ucapkan Reza kemarin. | Cerpen Kehidupan Rona Pelangi Indah Di Ujung Senja

Vania berjanji kepada Ibu yang melahirkannya bahwa dia akan bahagia.

Untaian doa dan harapan membuat hikmat acara walimahan dan izab qobul pasangan tersebut, pasangan yang ditakdirkan bersama karna hutang balas Budi.

"Aku gak cinta sama kamu Van, aku benci sama kamu!" bentak Reza di kamar pengantin mereka.

"Cinta dan benci hanya beda tipis za, jangan membenci aku jika nanti akhirnya kamu mencintai ku." balas Vania dengan lembut setelah menangis karna di cerca oleh suaminya sendiri bahkan di malam pertamanya.

"Terserah apa kata mu, aku tidak mencintai mu." sahut Reza sambil mengambil bantal dan selimut lalu membentangnya di lantai.

Tak terasa bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipi terisak pedih di dalam dada, Vania mengambil sebuah sejadah dan mulai mengadu kepada sang Pencipta, air matanya pun tumpah diatas sajadah dalam diam menyesali semua takdir yang terjadi padanya.

Pagi-pagi sekali Vania sudah di dapur menyibukkan dirinya dengan sarapan yang akan dia hidangkan untuk suaminya. Nasi goreng dan teh hangat menjadi salah satu menu pilihan untuk Reza karna dia belum tahu makanan kesukaan Reza.

Vania kembali ke kamar untuk membangunkan Reza tapi terlambat Reza sudah bangun dan sedang berdiri di depan cermin membetulkan dasi yang sedang dia pakai.

"Kamu sudah bangun?" Vania melirik ke arah Reza sambil membereskan selimut dan bantal yang ada di lantai.

"Sudah, jangan urus aku urus saja dirimu sendiri." Reza melangkah pergi meninggalkan Vania dikamar pengantin mereka.

" Aku juga punya rasa sakit." gerutu Vania sambil memandangi punggung Reza suami sah nya.

" Sial" Reza membanting tas di atas meja kantor

"Lu, kenapa bro?" Seno berjalan mengikuti langkah Reza dengan wajah keheranan.

"Bingung harus bilang apa sama Gita, kemana gue kemarin?" Reza memutar-mutar handphone yang ada di atas meja.

"Lu enggak kasih tau Gita lu udah merid?" Bola mata seno hampir keluar dari tempatnya.

"Belum, gue sayang dan cinta mati sama Gita, kami juga udah mulai nyari cincin pertunangan kami, Gita gadis yang baik dan keibuan sen, gua gak bisa kehilangan Gita" tertunduk Reza di hadapan Seno.

"Kalau memang gak bisa kehilangan Gita, kenapa kemaren Lo nikahin Vania?"

"Ayah gua punya hutang Budi sama keluarga Vania, kalo dulu ayah Vania gak nolongin ayah gue gak mungkin ada kantor semewah dan semegah ini" sorot mata Reza seakan menggambarkan ketidakberdayaanya akan izab qobul yang terjadi kemarin.

"Orang tua lu tau hubungan lu sama Gita kan, kenapa maksa nikahin Vania?Seno menarik kursi agar lebih dekat dengan Reza

"Tau, orang tua gue memang mendesak gue menikah sama Gita tapi gue belom siap, jadi waktu Vania datang kerumah gue bawa surat wasiat, bokap malah maksa nikah sama Vania." Reza menjelaskan sambil menjatuhkan badannya dikursi.

"Jadi, Vania itu siapa sih?" Seno mulai ingin tahu

"Vania itu anak sahabat bokap, anak dewa penolong bokap gue tepatnya, Ibunya sakit kangker rahim dan semua harta bokapnya habis tidak bersisa untuk mengobati Ibunya, ibu Vania meninggal dan bapak nya ikut nyusul. Vania sebatang kara, dia kerumah bawa surat dan gue dipaksa nikah" sebenarnya terselip rasa iba di hati Reza tapi jelas itu bukan cinta.

" Jadi Lo gimana sekarang?" Seno menepuk pundak Reza.

" Gue bingung, jujur apa enggak ke Gita?" Reza melempar pandangannya kearahsebuah figura dirinya dan Gita.

" Gue juga ikut bingung, tapi kasian Lo si Gita sama Vania" Seno

menggaruk kepalanya.

Kling...kling....

[ Kamu kemana sih mas?, Kemaren aku hubungin kamu mau ngajak ambil cincin kita.] masuk pesan wa di hp reza

[ Maafin aku sayang, ada yang harus aku urus kemarin] Reza berusaha berbohong dia masih sangat mencintai Gita dan takut kehilangan perempuan cantik itu.

Tiba-tiba mereka mendengar suara ketukan pintu.

" Pak reza, bapak sudah ditunggu diruangan meeting" Susi memberitahu jadwal meeting Reza.

" Yok sen, kita harus kerja" Reza berlalu meninggal kan ruangannya di susul Seno dari belakang dan Reza tidak sadar handphonenya tinggal diatas meja

[ Ya udah, nanti aku kerumah kamu ya, kamu enggak lagi dirumah ibu kan?] Pinta Gita. Tapi pesan itu tidak di baca hanya meninggal kan centang dua. | Cerpen Kehidupan Rona Pelangi Indah Di Ujung Senja                                                - Bersambung -