Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 6

"Brummmmb..." Kukendari mobilku keluar dari parkiran kampus. Sepanjang jalan aku merasa melayang, rasanya aku ingin cepat tidur. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 6

Nah...terlihat sudah tikungan dekat rumahku, aku semakin tidak tahan, sakit kepalaku kian menjadi-jadi, perlahan penglihatanku mulai buram. Uhhh...sakit, dan aku tetkejut, ada sesuatu yang blur didepan sana. "Dakkk..." Aku membanting setir kekanan dan menabrak pohon besar. "Ibu..." Teriakku dan gelap, aku tak sadarkan diri.

"Ibu...ibu...ibu..." Panggilku. Aku diantara gerbang mimpi dan kenyataan. Kepala ku terasa berat dan sakit, sayup-sayup ku dengar suara ayah.

"Rey...sayang, ini ayah". Suaranya diiringi isakan.

Kucoba membuka mata...tapi tak kutemukan setitik cahayapun, semuanya gelap.

" yah...nyalakan lampunya, Rey tidak bisa melihat apa-apa, Rey takut" rengekku.

"Sayang tidak apa-apa...segera Rey akan baik-baik saja dan tak kegelapan lagi, ayah janji" suaranya bergetar.

"Maksud ayah apa? tolong yah nyalakan saja lampunya, biar Rey bisa liat, ini gelap sekali" kataku panik.

"Nak Rey kami minta maaf, karena kecelakaan itu nak Rey mengalami kebutaan, ada beberapa pecahan kaca mobil yang mengenai kornea mata hingga menyebabkan kerusakan permanen. Untuk sementara kita hanya harus sabar dan tetap berdo'a, harapan itu selalu ada". Suara orang asing yang ku tebak adalah dokter itu bagai bilah yang menghujam jantungku berkali-kali, pedih rasanya. Aku terisak, tapi tak ingin berteriak, sebab ku tau itu takkan mengembalikan penglihatanku. Menyesal ? Apa yang harus ku sesali? Haruskah ku hujat Tuhan yang memberiku takdir begitu buruk, kesialan demi kesialan yang tak pernah padam.

Tuhan...bukankah seharusnya aku sedang duduk manis melihat karmaMu bekerja pada orang-orang yang selama ini merebut kebahagiaanku? Hanya hati yang mampu brkata. Kini aku hanya gadis buta.

Kurasakan tangan hangat ayah menggenggam tanganku, meski aku tak melihat tapi aku tau ayah terisak, mungkin menangisi takdirku yang begitu tragis.

" Nak Rey, maafkan ibu...selama ini ibu ingin selalu menyapa dan dekat dengan nak Rey. Tapi bagaimana bisa, sementara kehadiran ibu saja sudah cukup mengahncurkan perasaan nak Rey, sungguh ibu tak bisa berbuat apa-apa". Suara itu...suara wanita asing yang terdengar lembut dan berat, tapi sungguh tak pernah ingin ku dengar. Seumur hidupku hanya berharap kehadirannya bersama alien kecil itu hanyalah mimpi. Bertahun-tahun aku berharap bangun dan menemukan kehidupanku yang dulu, bersama ayah dan ibuku.

Aku hanya terdiam, mencoba menepis bayang-bayang wanita murahan itu, dan ku anggap tak ada.

" Nak Rey, silahkan benci ibu...karena memang itu yang harus ibu terima selama nak Rey belum mendapatkan jawaban atas semua ini, tapi sedikitpun ibu tak pernah ingin melukai hati nak Rey, ini takdir nak...ini benar-benar tak seperti yang nak Rey sangkakan". Suaranya parau, bercampur isak tangis yang kuanggap hanya akting dan air matanya adalah air mata buaya.

"Cukup selama ini aku merasa menjadi asing dirumahku sendiri, setiap hariku seperti dalam semak berduri, bagaimana bisa seorang ibu seperti anda tega menghancurkan kebahagiaan ibu lainnya, merenggut ayah dari anak lain, sementara anda juga memiliki anak". Aku bersuara dengan penuh emosi, tangisku pecah.

Kurasakan dekapan hangat ayah...yang selama ini selalu kutolak, seperti saat ini aku mencoba menghindari dekapan ayah.

"Sayang...tak perlu memikirkan banyak hal, yang terpenting saat ini bagaimana Rey bisa cepat sembuh, ayah janji akan lakukan yang terbaik, ayah akan menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab".

Ayah tetbata-bata sambil memegang erat tanganku.

"Tolong biarkan Rey sendiri". Kataku masih terisak.

Perlahan ayah melepaskan genggamannya, kemudian berlalu mengajak wanita murahan itu turut bersamanya.

Aku masih disini, diruang berbau khas rumah sakit, masih gelap dan aku tak tau ada berapa banyak cahaya, bahkan aku tak bisa menebak baju warna apa yang kupakai sekarang.

Bahkan dalam gelap aku berharap ibu datang, meski hanya sekali melemparkan senyuman manisnya hanya untuk menyemangatiku. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 6

"Krekkk" suara pintu terbuka.

"Hay...nona, coba tebak siapa yang datang?" Seseorang menyapaku dengan nada centil, dan aku langsung tau bahwa itu suara Nita.

"Masih betah disini?" Ani meledek.

Aku tersenyum meski dalam gelap, mereka selalu ada disaat aku merasa sendiri, betapa bahagianya gadis buta ini memiliki sahabat seperti mereka.

"Yakin gak mau sembuh? Padahal aku udah nabung ni buat traktir kamu makan siomaynya bang Madun". Dahiku mengernyit...telingaku meraba suara gokil itu, suara pria konyol yang membuatku hampir putus asa dan tak percaya bahwa cinta itu ada.

"Ahh...belum kepikiran lagi makan siomay, giman bisa dalam keadaan buta seperti ini". Aku berkata dari hati terdalam, hingga nadaku begitu pilu.

"Rey...gak perlu gitu, yakin aja semua akan baik-baik saja, papamu sedang sibuk mencari donor mata, setelah ditemukan, kamu akan kembali jadi Rey yang dulu. Lagian walaupun kamu buta, kami akan tetap jadi sahabtmu". Nita dan Ani memelukku, menambah suasana haru semakin menjadi.

"Aku juga siap jadi tongkt bermata" Dani cekikikan menawarkan jasa, seperti biasa dia selalu bisa mencairkan suasana. Kamipun tertawa bersama.

Tak terasa sudah seminggu aku berada dirumah sakit. Setiap hari hanya beragendakan pemeriksaan, minum obat, istirahat, sesekali sahabat-sahabat menjengukku. Aku mulai jenuh.

"Krekkk" suara pintu dibuka.

"Sayang...bagaimana hari ini, apakah rasanya sudah lebih baik?" Ayah menyapaku, kali ini tampaknya ayah datang sendiri.

"Masih sama yah...gelap". Jawabku singkat.

"Sayang...ayah bawa kabar baik untukmu, kita sudah dapatkan donor mata, sebentar lagi Rey pasti bisa melihat". Ayah terdengar bersemangat dalam tangisnya, mungkin terharu mendalam sekaligus iba kepadaku.

Aku merasa begitu lega hingga tak bisa berkata-kata, aku hanya tak sabar menunggu waktu itu tiba. Saat dimana semua berjalan normal kembali dan aku berhenti jadi gadis cacat.

Jadwal operasiku sudah ditetapkan, kata dokter kornea mataku akan diganti dengan kornea mata baru dan aku akan kembali melihat dunia yang indah, kembali bersuka ria bersama sahabat-sahabatku. Ahhh...tak sabar menanti hari esok, hari baru yang akan penuh warna, setidaknya harapan itu masih ada.

Dalam lelapku, kulihat ibu...dengan kebaya putih kesayangannya, tanpa menyapaku ibu hanya tersenyum penuh arti, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi ibu berdiri dikejauhan hingga aku tak bisa memeluknya, hal yang selalu kurindukan meskipun hanya dalam mimpi.

Ibu melambai-lambai kemudian hilang dalam lorong kelam.

"Ibuuuu ..." Teriakku terbangun dari tidur.

"Sayang...kamu kenapa?" Ayah dengan sigap memelukku.

Aku hanya terus menangis merasakan gelap yang semakin pekat meski aku telah bangun dari mimpi.

Pagi ini aku bangun dengan penuh semangat, hari baru akan segera tiba. Ya hari ini jadwal operasi penggantian kornea mataku, ada rasa haru juga deg-degan yang mengiringi seolah berirama.

Detak jantungku berpacu memburu, seakan ini adalah hari dimana waktu berhenti dan hanya aku yang bergerak gelisah menanti.

Terdengar dokter dan perawat siap membawaku keruang operasi.

Sayup-sayup suara ayah menguatkan dan suara semu wanita yang ku benci disetiap detik waktuku. Dia mendo'akan dengan kalimat terpanjangnya, do'anya tak terdengar seperti mengharapkan kegagalan operasiku seperti yang selama ini ada dalam pikiranku. Entahlah...mungkin saja itu hanya siasat buruknya agar tetap ada disisi ayahku. Aku tak mau peduli, yang aku mau sembuh, bisa melihat kembali dan menunggu Tuhan menayangkan karma yang selama ini inginku lihat.

Tuhan...kuserahkan semua padaMu, tolong sembuhkan aku. Do'a pendek dengan asa sepanjang angan hatiku meminta.

Beberapa waktu berlalu, aku terbangun dari tidur panjang. Dengan mata yang masih ditutup perban, dengan aroma khas yang masih sama. Dokter bilang hasilnya akan terlihat besok, ketika perban dimataku sudah boleh dibuka. Jika boleh sesuai inginku, rasanya detik ini juga ingin ku buka perban dimataku, aku sudah tak sabar.

Waktu berjalan begitu lambat, gadis buta ini masih saja hanya bisa meraba-raba.

Kusemangati diri, menguatkan hati untuk kenyataan yang akan kuterima esok. Aku hanya punya keyakinan bahwa aku pasti bisa melihat kembali. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 6

- Bersambung -