Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 3

Pagi ini...aku termangu pada bingkai jendela kamarku, aku menatap bias-bias cahaya hangat yang menembus celah pepohonan, embun sejuk menerpa wajahku, sungguh ku rasakan sentuhan ibu, sentuhan yang tiada duanya dan takkan terganti. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 3

Tok...tok...tok... "Non, diminta tuan sarapan bersama, ada yang ingin disampaikan" suara bi Inah terdengar mendayu-dayu.

"Ya bik...nanti Rey kesana" meski sebenarnya aku tak ingin, hatiku juga kekeh tak mau, tapi biar bagaimanapun aku tetaplah anak ibuku yang manis dan santun terlebih kepada orangtua. Aku berjalan gontai meski rambutku masih basah dan badanku terasa segar, tidak dengan hati dan pikiranku.

Aku duduk memposisikan diri pada kursi makan kosong yang berada tepat didepan ayah, tentu dengan muka masam. Ku lihat ibu dan anak dari dunia lain (Rehan dan ibunya) itu juga berhadapan. Perlahan ibu Fatimah melemparkan senyuman padaku, tapi aku tak membalas, justru amarahku berkobar dalam dada.

"Rey...beberapa hari kedepan ayah akan melakukan perjalanan dinas keluar kota". Ayah membuka obrolan.

Aku hanya mengangguk pelan seolah tak peduli, tak seperti dulu aku selalu bergelayut manja ketika ayah mengumumkan akan dinas keluar kota, aku selalu merengek untuk ikut.

" baik-baik dirumah, dan cobalah untuk mengenal ibu Fatimah dan Rehan dengan baik" tambah ayah.

Ishhh...wejangan macam apa ini, sepagi ini aku harus menyeruput kopi pahit (istilah) dirumahku sendiri. Aku tak menjawab, asik bermain dengan sendokku.

Sementara ibu Fatimah sejenak menghentikan kunyahannya dan menimpal "tidak apa-apa bi, (panggilan sayang mungkin) pelan-pelan nak Rey akan segera mengenal aku dan Rey (Rehan)".

" bi...Rey (Rehan) boleh jagain kak Rey (aku) gak? Tanya bocah ingusan itu semangat. Rey (Rehan) kan anak cowok jadi harus melindungi umi dan kakak". Tambahnya.

Ayah mengusap kepala si bocah tengik itu.

"Iya boleh...Rey harus jaga umi dan kakak ya, dan Rey gak boleh nakal dirumah" pesan ayah.

Aku yang sedari tadi mengunyah tak merasakn nikmatnya makan, semua terasa hambar. Andai aku berdaya, ingin ku hempaskan semua yang tertata dimeja makan.

"Rey...mau dibawakan oleh-oleh apa? Tanya ayah.

" tidak usah, Rey gak mau apa-apa" jawabku lemah. Aku yang dulu selalu membuat list oleh-oleh sendiri serasa sudah mati, Rey yang dulu ceria sudah tak ada.

Aku bersiap-siap berangkat kekampus, kurapikan pakaian, rambut dan segera ku pakai sepatu. Tak ku sangka sedari tadi ad sesosok alien kecil (bagiku) terus saja memperhatikan gerak gerikku.

"Kak...Rey (Rehan) punya coklat, kakak mau?" Sapanya sok dekat sambil menyodorkan coklat mungil ditangan kanan dan kirinya.

"Gak...aku gak suka coklat" jawabku ketus tanpa melihat wajahnya. Padahal coklat adalah kesukaanku tapi tidak ketika kuterima dari tangan anak haram seperti Rehan. "Terus kakak sukanya apa?" Tanyanya tanpa dosa.

"Aku lebih suka kamu dan ibumu tak pernah masuk kerumahku dan merebut ayahku" ku jawab tegas, kali ini aku menatap sinis padanya yang tampak bingung dan tak mengerti kata-kataku.

Ahhh...anak kecil ini hanya akan terus mengikis akal sehatku, dia terus saja membuatku merasa tolol. Percuma saja kukatakan inginku kalau anak seusianya tak bisa memahaminya.huhhh....

Langkah ku kini memasuki gerbang kampus, tempat dimana selalu kudapati kesenangan, orang-orang yang menyenangkan. | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 3

Ada banyak cerita bermula ditempat ku belajar ini. Tentang sahabat juga cinta.

"Hei...Rey" Dani menepuk pundakku.

"Kamu Dan" kataku sedikit kagok campur salting.

"Oh ya Rey, tumben sendirian...biasanya juga sama Ani dan Nita". Dani celingukan.

"Tau tuh mereka belum pada dateng atau mungkin sudah masuk duluan". Jawabku enteng.

"Darrr..." Ani dan Nita mengagetkan kami.

"Ciyeee pagi-pagi dah beduaan aja sampe lupa temen" Ani meledek.

"Iya ni serasa kampus milik berdua" Nita tak mau kalah.

"Apaan si, biasa aja lah...aku kan mau jadi gurunya si Rey biar bisa tanem padi disawah" Dani justru keluar jalur. Padahal ku harap dia salting atau apalah yang mengarah pada kode bahwa dia pun punya perasaan yang sama denganku. Ahhh...cowok satu ini, apakah dia benar-benar hanya satu didunia ini? Hanya hatiku yang terus berbisik menggerutu atas hal yang ku rasakan sendiri.

Ani dan Nita tertawa puas diikuti renyahnya tawa Dani yang seolah meledekku.

Tik...tok...tik...tok...waktu terus berjalan, langkahku semakin kuat menopang diri, asaku masih panjang. Biarlah kisahku pahit kini tapi ku harap kelak akan berakhir manis, semanis senyum Dani si anak petani yg bertahta dihatiku.

Baru saja kakiku menapak teras rumah diiringi dendangan kecil penghibur hati, kudengar sayup-sayup suara gaduh didalam rumah. Buru-buru aku berlari kecil memastikan tak ada keributan. Dan ku dapati pemandangan mengejutkan. Ibu Fatimah sedang memapah bik Inah dibantu mang Odeng (tukang kebun). Bik Inah terlihat lemas tak berdaya.

"Nak Rey ibu harus membawa bik Inah kerumah sakit secepatnya, bik Inah terpeleset dikamar mandi, ibu titip Rey (Rehan) ya, hanya sampai bik Inah mendapat perawatan, ibu akan segera kembali" suaranya terengah-engah berpacu dengan waktu.

Aku yang kaget dalam bengongku tak menjawab apa-apa, aku hanya memikirkan bik Inah yg telah tinggal bersama kami sedari aku kecil. Aku terus terdiam (masih shock) sembari menatap mereka berlalu.

"Kak...Rey (Rehan) mau pipis" tuyul kecil itu membuyarkan lamunanku, aku baru sadar bahwa ibunya yang tak tau diri itu baru saja menitipkan anaknya padaku, sungguh tak tau malu dan aku terpaksa mau demi kebaikan bik Inah.

"Ya terus kenapa...kamu sudah besar, emang gak bisa ke toilet sendiri" kataku ketus. "Rey (Rehan) gak bisa buka celana kak, ini talinya kenceng" dia menunjuk sabuknya.  "Coba sini" kataku sewot. Benar saja dengan celana levis dan sabuk yang ckup erat dipinggangnya tentu dia tidak akan bisa membukanya, sedangkan aku saja kesulitan, sebab bocah ini berbadan gempal dengan perut buncit.

"Makasih kakak Rey..." | Cerpen Kehidupan Rey Gadis Kuliahan Yang Penurut Dan Manis Part 3

Katanya sambil berlari menuju ke toilet. Huhh..betapa sialnya hariku harus menjaga anak yg bahkan tak pernah kuharapkan kehadirannya. Getir ! Rasanya seperti minum jamu kunyit tanpa asam.

- Bersambung -