Resiko Menjadi Ibu Bagi Anak Anaknya

"Mamma..mamma...!" | Cerpen Ibu Resiko Menjadi Ibu Bagi Anak Anaknya

Zihan terdengar memanggil saya disela tangisnya yang riuh.

Saya yang lagi sibuk di dapur, langsung menghampiri keruang tamu.

"Astagfirullah!" Saya histeris.

Ternyata Zidan lagi dorong adiknya di dorongan bayi, tapi dengan posisi kepala Zihan sudah di bawah.

Saya gemetaran, Zidan nampak pucat karena takut dimarahi. Sementara Zihan sudah senyum saat berada dalam pelukan saya. Gemes.

"Abang Zidan, kenapa adiknya diputer-puterin kayak gitu?" Saya mulai mengintrogasi dengan nada tinggi.

"Orang doang main sama dede Zihan." suara Zidan terdengar ketakutan.

"Nggak boleh gitu Nak, nanti adiknya nggak bisa nafas, terus abang Zidan jadinya nggak punya adik lagi deh." Saya mengurangi volume suara, melihat wajah Zidan yang ketakutan.

"Maafin aku mama," nampak penyesalan dari nada suaranya.

"Aku mau punya adik, Aku mau dede Zihan nafasnya nggak hilang." kali ini suaranya disertai isak tangis.

"Iya, Abang Zidan jangan puter-puterin adek Zihan lagi ya!" sambil memeluk tubuhnya, saya bisikkan kata itu.

Sebenarnya ini kesalahan Saya karena lupa mengunci dorongan bayinya, tidak pernah ngebayangin akan seliar itu permainan Zidan. Hahaha

Masih suasana melow, tercium aroma menyengat. Ya Allah, sayur sopnya gosong.

*****

"Aku mau mainan kayak abang," Zidan merengek.

"Lah, kan itu udah sama." agak bingung dengan permintaan Zidan.

"Beda, punya abang masih bagus sedangkan Aku udah pecah." Zidan makin histeris.

Padahal barusan Saya beliin robot-robotan itu utuh. Hanya dalam waktu lima menit, punya Zidan sudah rusak. Sementara Zhafran masih bagus.

***

"Kenapa Aku mulu sih yang harus ngalah, Ma?" Zhafran nggak terima karena saya meminta dia meminjamkan robotan dia ke adiknya.

"Karena abang anak yang paling gede." Saya berusaha memberi penjelasan.

"Terus kalau paling gede, aku kebagian mainan rusak gitu?" Zhafran masih protes.

"Nggak sayang, itu sementara aja. Biar adiknya nggak nangis lagi." ujarku.

"Terus kalau Aku yang nangis, dibiarin aja?" Zhafran masih protes.

Kupeluk tubuh abang Zhafran, mencoba menenangkan dan memutus rantai protesnya yang panjang.

*****

"Mamma...mamma...!" Zihan manggil di susul suara tangisan histeris.

"Abang Zhafrannn...Abang Zidannn...!" terpaksa keluar dengan busa sabun masih di badan.

Zhafran & Zidan lagi gantian gendong Zihan.

Punya anak jarak lahir sedekat anak tangga, harus punya banyak stok kesabaran, juga harus kreatif. Jika tidak, bisa terjadi penuaan dini karena marah tiap hari. | Cerpen Ibu Resiko Menjadi Ibu Bagi Anak Anaknya