Berusaha Keras Mengejar Jodoh Impian

Hubunganku dengan gadis facebook kandas di pertemuan pertama. Di inbox ia mengira aku merendah saat kubilang tidak seganteng foto profil. | Cerpen Motivasi Berusaha Keras Mengejar Jodoh Impian

Padahal sudah kukatakan bahwa itu cuma sudut yang pas. Aku sudah jujur, namun ia kabur. Kita putusan, sebelum ketemuan.

Aku menjelajah lagi, mencari calon permaisuriku. Kali ini aku beruntung, kami ketemuan dan bisa bertatap muka. Tidak lama, karena tiba-tiba dia ada urusan mendadak. Setelah itu di facebook ia menghindariku. Aku bertanya di inboxnya, kenapa kau menjauh? Dia menjawab karena aku lumayan, dan lumayan tidak cukup baginya. Aku memberikan klarifikasi berdasarkan buku motivasi yang kubaca, bahwa lumayan tetaplah lumayan, tetap perlu di apresiasi. Ia menjawab singkat "Lumayan jelek".

Ia jujur, aku yang hancur.

Menggenapi kisah kopi darat pertamaku. Alasannya klise : kita beda keyakinan. Aku yakin diriku ganteng, sedangkan dia tidak.

Aku trauma, tidak mau lagi mencari jodoh di dunia maya. Aku harus mencari di dunia nyata. Aku percaya bahwa akan ada keajaiban. Bahwa ganteng tidak hanya rupa, namun hati.

***

Hari Minggu, tiba-tiba aja pengen sholat maghrib di masjid. Eh kok bahasan ceramahnya pas ya. Ustadz bilang wanita itu dinikahi karena kecantikannya, hartanya, keturunannya, atau agamanya. Nikahilah karena agamanya maka kau akan beruntung.

Ustadz menambahkan, "... bila ada gadis yang agamanya baik, cantik, keturunan orang baik, pintar mengelola harta, wah ini calon terbaik."

Detik itu juga pandanganku berubah, mataku berbinar, aku bersemangat. Aku harus bertemu sosok ideal itu. Aku berdoa agar segera dipertemukan dengannya.

Eh, pucuk dicinta ulam tiba. Pas di parkiran masjid aku bertemu dengan gadis idaman. Cantik dan agamis. Jilbab lebarnya tidak bisa menyembunyikan kecantikannya.

Aku mulai stalking ke Hendra, temanku yang sudah lama jadi jamaah di masjid. Namanya Hafiza, anak kepala desa, lulusan sarjana ekonomi

Kurang apalagi coba? Cantik Iya. Agamis tentunya. Anak pejabat desa. Dan bakalan hebat mengelola harta. Perfect, sempurna.

Aku memutuskan bahwa ia lah tambatan hatiku dan menyudahi pencarianku. Aku berniat bertamu ke rumahnya dan melamarnya. Minimal taaruf. Betul kan penulisannya? Hendra yang bilang begitu.

***

Senin malam, aku bertamu ke rumah kepala desa untuk mengutarakan niatku. Aku katakan bahwa empat kriteria telah ada pada anaknya, dan aku berniat mempersuntingnya.

Pak Kades kaget, tampak keheranan. Jelas saja ia keheranan, karena tak menyangka orang sepertiku punya motivasi dan keberanian di atas rata-rata warga desa. Sepertinya aku orang pertama yang melamar anaknya. Bangga.

Beliau minta waktu untuk diskusi sebentar dengan anaknya. Tidak sampai lima menit, beliau keluar. Deg-degan, dan akhirnya, keputusan diberikan.

Aku ditolak, hikz.

Ustadz sepertinya kurang memberi kriteria deh. Seharusnya selain kriteria 4 tadi, harus ada kriteria lain : gadis itu mau sama kamu :D

***

Seandainya aku dengarkan nasihat Hendra ya. Dia bilang "Tong, sabar dulu, pantaskan diri." Sayangnya sampai sekarang aku ga ngerti maksudnya apa. Besok deh ta tanyain apa maksudnya.

Tapi sepertinya maksudnya adalah bahwa ada gadis lain yang lebih cantik, lebih agamis, lebih kaya, lebih terhormat. Yang lebih pantas untuk diriku dan mau bersabar menungguku.

Betul begitu pemirsa? | Cerpen Motivasi Berusaha Keras Mengejar Jodoh Impian