Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Berujung Part 3

Memulai babak baru dalam hidupku, tak semudah yang aku bayangkan.

Mengingat ada Rayyan yang harus aku penuhi kebutuhannya, baik materi maupun kasih sayang.

Berperan jadi ibu sekaligus ayah bagi Rayyan, terkadang aku takut dia masih merasa kurang.

Takut bila ia merasa iri melihat teman-temannya, yang tinggal bersama kedua orang tua mereka.

Berusaha menjaga perasaannya, | Cerpen Sedih Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Berujung Part 3

dari hal-hal yang bisa membuat sisi buruknya timbul.

*****

"Ray.."

panggilku

"Iya, Ma." sahut Rayyan dari arah kamar.

Mungkin ia masih bersiap-siap untuk pergi kesekolah.

Akupun duduk dikursi depan rumah sambil menunggunya selesai bersiap.

"Cepetan, Sayang. Mama. Sudah siap, nanti terlambat"

kudengar langkah kaki Rayyan seperti berlari .

"Siap, Ma. Ayo berangkat" ujar Ray yang sudah berdiri dihadapanku. Kurapikan terlebih dahulu seragam sekolahnya, Aku memang mengajarinya untuk mandiri agar ia tidak selalu bergantung pada orang lain. lalu kami berjalan menuju motor.

Yang akan mengantar kami menuju sekolah Ray.

Rutinitas setiap hari, kecuali hari libur.

Siang hari aku menjemputnya.

*******

setelah bercerai aku menolak kembali tinggal dengan orang tua, aku tidak ingin membebani mereka.

Hanya kalau ada waktu Aku dan Ray pasti menginap disana.

Dan walau Aku dan Rean sudah bercerai, aku masih menjalin baik komunikasi dengan keluarga Rean,

terkadang Ray juga ku izinkan menginap dirumah orang Tua Rean.

Kalau Rean sempat dan Ray Libur pasti diajak menginap dirumahnya. Atau berlibur.

Aku yang meminta supaya Ray jangan sampai kehilangan sosok ayahnya.

Aku juga harus pandai-pandai membagi waktuku dengan Ray, sesibuk apapun, apapun masalahnya.

Anak tetap harus jadi prioritas nomor satu.

****

setahun belakangan,

aku berjualan online.

Dengan sosial media facebook. Posting-posting.

Ada orderan, antar.

sampai aku punya tabungan sedikit, aku memutar otak berfikir usaha apa yang modalnya tidak terlalu besar tapi bisa ku kerjakan dirumah,

akhirnya aku memutuskan membuat kue dengan kepandain seandanya, lalu kutitip-titip diwarung. Dari kue aku mulai Membuat keripik kentang, singkong dan pisang.

Membuat nasi kuning, nasi uduk dan sayuran masak lainnya, tapi yang tahan sampai sore.

Dan syukurnya lumayan lancar.

Sampai aku mempunyai dua pegawai,

Satu membantuku didapur bernama mbak Lena dan mas eko adalah suaminya bertugas mengantarkan pesanan ke para pelanggan.

Selalu ada jalan jika kita ingin berusaha.

****

Ray sekarang umurnya tujuh tahun, dan sudah duduk dikelas dua sekolah dasar, aku menunggu didepan gerbang sekolah, Ray keluar dari kelas menghampiri dan menyalamiku.

"Udah lama, Ma?" tanya Ray.

"belum terlalu Lama, kok. Langsung pulang, ya."

"Ma, boleh ga makan bakso dulu? aku lapar." pintanya manja.

Membuatku gemes.

"boleh kok," akupun memacu motorku menuju Restoran yang menyediakan menu bakso.

Kami sering kerestoran ini berdua dengan Ray, kadang aku juga mengajak mba Lena dan mas Eko.

selain terjangkau makanannya juga enak-enak.

****

Selesai dengan makanan kami, aku memesan ke pelayan untuk membungkus dua porsi bakso lagi. Untuk mba Lena dan mas Eko.

***

Aku dan Ray berjalan keluar dari Restoran, tanpa sengaja Ray menabrak seorang pria yang berpakain rapi. Dan Ray jatuh.

"Hati-hati, Sayang. Minta maaf sama Om. Nya." pintaku

"Maaf, Om. Ray ga sengaja" ucap Ray kepada pria itu.

"Iya, Om. Nggak apa-apa kok, jagoan" ujar pria itu mengusap rambut Ray.

Aku masih sibuk

mengibaskan celana Ray takut ada yang kotor. Kemudian melihat pria yang ditabrak Ray, dan aku ikut meminta maaf.

Namun aku menyadari wajahnya sedikit familiar, seperti pernah lihat, tapi dimana?

Dia pun seperti kaget melihatku.

"Tiara?" pria itu bertanya.

"Iya, Saya." aku bingung kenapa ia tau namaku.

Apa dia kenal sama aku.

"kamu lupa sama aku, Ara?"

aku ingat hanya satu orang yang memanggilku dengan sebutan 'Ara'. Nggak mungkin dia. Aku melihat wajahnya sekali lagi, iya itu memang dia. Ya ampun.

"Iya ini aku Kendra" dia menyebut namanya, seperti tau apa yang sedang aku pikirkan.

"ahh.. Abang banyak berubah, wajar aku sudah tidak kenal lagi" ujar ku bergurau agar tidak gugup. Bertemu dengannya adalah hal yang aku hindari, setiap melihatnya membuat rasa bersalahku semakin menjadi.

"tidak banyak berubah, masih seperti dulu" ujarnya.

"Dia anakmu?" tanyanya menunjuk Ray. | Cerpen Sedih Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Berujung Part 3

Aku mengangguk, diapun berkenalan dengan Ray, mereka sedikit bergurau seperti sudah akrab.

Kendra menawari kami untuk makan siang, yang ku tolak dengan halus.

Aku tak enak hati, mungkin dia sudah berkeluarga.

- Bersambung -