Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Berujung

Aku mendengar gemericik air dari kamar mandi, tanda suamiku sedang mandi.

Aku melihat ponselnya diatas nakas, aku mengambil ponselnya lalu duduk ditepi kasur. Iseng-iseng aku membuka aplikasi kamera miliknya mulai ber'selfie' ria. | Cerpen Sedih Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Beurjung

sambil menenunggu suamiku selesai mandi. Aku mengecek satu persatu hasil fotoku tadi, tak sengaja aku melihat foto dimana ada perempuan itu sedang berselfie dan suamiku tertangkap kamera juga bersama teman-temannya dan ada terlihat botol-botol minuman berakohol. Kemarin sewaktu aku mengecek ponselnya, foto itu belum ada dan lagi foto itu seperti diambil saat malam hari.

Dan semalam suamiku -Rean- juga tidak pulang, katanya dia keluar kota. Aku cek-cek lagi foto-fotonya dan yang membuat hatiku gemuruh menahan marah dan tanda tanya besar. Ada foto suamiku dengan perempuan itu pose suamiku mencium pipinya, perempuan itu yelin, yang aku tahu mantan pacar suamiku. dan yelin juga sudah menikah yang aku tahu. Tapi foto ini tidak mungkin foto masa lalu mereka, terlihat dari baju yang suamiku pakai. Itu baju sebelum dia pergi semalam. Yang katanya keluar kota.

Tiba-tiba Rean keluar dari kamar mandi menatapku tajam, dan langsung merebut ponselnya yang aku pegang, dengan kasar.

"apa yang kamu lakukan, Tia?." katanya membentakku. Aku yang memang sudah kesal melihat foto-foto itu, tersulut juga emosiku.

"apa salahnya, aku mengecek ponselmu. Apa ada yang kamu sembunyikan?." tanyaku marah.

"kamu bilang keluar kota. hah. Semalam,?

kenyataannya. Lihat foto itu. Itu yang kamu bilang luar kota" sambungku, aku tertawa tapi air mataku juga keluar saking kesalnya.

dia mengecek ponselnya dan sepertinya dia baru sadar kalau ada foto itu.

"aku tidak sengaja bertemu dia disana, lalu itu salahku?. "

"oh, tidak sengaja. Tapi berfoto sampai cium-cium segala, itu wajar?

Dia juga sudah punya suami, kan?. Dasar perempuan gatal"

Rean mendelik mendengar perkataanku, itu kenyataan. Mana ada perempuan baik-baik berlaku seperti itu.

Menerima saja dicium pria lain.

"dia sudah bercerai" ucapnya

"oh pantas, sudah bercerai. Pantas ngincar suami orang. Apalagi kalian mantan. Berharap bisa balikan lagi, sama-sama gatal kalian berdua, kamu gatal dan dia janda gatal" ucapku berapi-api sambil menujuk wajahnya. Rean terlihat emosi lalu mendorongku kedinding dengan keras membuat punggungku sangat sakit.

Dia balik menunjuk wajahku.

"jaga ucapanmu tentang yelin, dan lagi ini bukan urusanmu" dia membuka lemari dan memakai celana pendek kemudian ia ingin beranjak keluar kamar mengakhiri perdebatan.

Aku yang terlanjur sakit hati tak bisa diam begitu saja.

Aku melempari Rean dengan bantal dan mengenai punggungnya.

Akupun berlari ketempatnya, memukul Rean dengan sekuat tenagaku.

"aku istrimu, wajar aku ikut campur. Hargai aku sedikit saja apa kamu tidak bisa. Hah?." aku bicara sambil menangis, dan masih memukul Dada Rean.

aku sakit hati.

Selama ini aku diam saja dengan perlakuan dinginnya terhadapku.

Tapi tidak kali ini.

Rean menangkap tanganku yang masih terus memukulnya, Dia membentakku lagi. Tapi yang semakin membuatku sakit hati adalah perkataannya.

"bagiku kau hanya ibu Rayyan, tapi aku tidak pernah menganggapmu istriku. Jadi jangan bersikap seolah-olah kau berhak untuk mengaturku. Mengerti" Rean mendorongku hingga aku jatuh dan terduduk dilantai sambil menangis.

ia berpakain rapi dan ia pergi dengan membanting pintu. Bahkan ia baru pulang subuh tadi.

Aku menangis terisak, membayangkan nasib rumah tanggaku. Apa masih kurang kesabaranku selama ini?.

Aku bersyukur Rayyan sudah berangkat kesekolah. | Cerpen Sedih Rasa Sesalku Yang Tidak Pernah Beurjung

Jadi ia tidak perlu mendengar pertengkaran orang tuanya.

Aku tidak bisa membayangkan wajahnya yang ketakutan setiap mendengar perkelahian kami.