Cintaku Adalah Cinta Kita Sehidup Semati

Septrian Nugrahendi adalah seorang cowok penyendiri. Namun, sebagian orang justru lebih sering menganggapnya gila. Pasalnya, dia selalu tampak tertawa dan berbicara seorang diri, dengan berbagai macam ekspresi yang ditunjukkan. | Cerpen Sedih Cintaku Adalah Cinta Kita Sehidup Semati

Dari mulai marah, murung, bingung hingga ceria. Membuat sebagian orang lain berpikir bahwa Trian hanya jago dalam berakting. Meskipun lebih banyak yang yakin bahwa cowok berusia 19 tahun ini depresi lalu mengalami ilusi kejiwaan parah disebabkan oleh kematian salah satu murid populer di kampus ini.

Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai Dewi Kampus. Sayangnya, sang Dewi Kampus itu malah menjatuhkan tubuhnya dari lantai delapan gedung fakultas beberapa hari lalu. Membuatnya meregang nyawa seketika, tak tertolong.

"Gue tau sih dia selama ini gak laku, tapi ya masa dia meratapi kematian cewek yang udah mati? Kayak gak ada cewek lain aja," komentar salah seorang murid cowok yang selalu heran memperhatikan lagak Trian.

Teman di sebelahnya menyemburkan tawa. "Ada cewek lain pun siapa juga yang mau jadi ceweknya. Mukanya jelek gitu."

Tawa di meja itu kian kencang. "Mungkin dia cinta sama si Cinta. Kan Cinta itu cantiknya bagai Dewi Kahyangan. Dia terbius dan puff! Tergila-gila sampe sinting begitu."

Kalimat itu memunculkan satu pernyataan, "Lagian mau dia ngejar Cinta sengebet apa pun Cinta gak bakalan bisa balik suka ke dia. Ditembak ratusan kali pun, gak butuh waktu tiga detik buat Cinta nolak dia."

"Atau malah, sewaktu itu cowok nemuin Cinta, si Cinta lari ketakutan sampe akhirnya dia capek dikejar-kejar cowok jelek, terus lompat bunuh diri."

Menyadari ada kejanggalan dalam kalimatnya, pemuda ini meneguk ludah. Ia menatap wajah temannya yang tercengang. "Eh Bro, kata-kata gue barusan gak keterlaluan, kan?"

Temannya menggeleng. "Malah terdengar masuk akal menurut gue. Tapi--"

"Cinta itu cinta sejatiku!"

Kedua pemuda itu terjungkal dari kursi kayu, tersentak mendengar suara Trian yang mendadak memekik di dekat mereka. Sejak kapan dia berdiri di situ? Apa dia mendengar semuanya?

Tak elak, insiden itu mendatangkan tawa di taman kampus yang menjadi tempat para mahasiswa bersantai. Dengan sebal, kedua pemuda ini mendelik ke arah Trian, lantas berdiri.

"Dasar jomblo banyak ngayal lo!" maki salah satu dari mereka yang berusaha merapikan penampilannya.

Trian tersenyum lebar. Tampak mengerikan sekaligus aneh. "Aku bukan jomblo. Cinta udah mengikat tali cinta seumur hidup denganku. Hehehe," ujarnya antara sadar dan tak sadar.

"Kalau gitu kenapa lo nggak mati aja? Cinta udah mati kan, kenapa gak ikut mati aja bareng pasangan seumur hidup lo itu. Kehadiran lo ngeganggu tau gak!"

Salah satu dari mereka mendorong tubuh Trian hingga jatuh ke tanah. Setelah itu meninggalkannya yang menunjukkan raut wajah sedih.

"Cinta belum mati. Dia selalu ada bersamaku. Cinta kami gak terpisahkan. Benar kan, Cinta?" lalu seolah nyata Cinta ada di sana, tangannya melakukan gerakan menggenggam yang lembut pada udara kosong. "Ayo Cinta, kita pulang."

Kepergian Trian tak luput dari tatapan ngeri para mahasiswa lain. Yang semakin yakin, bahwa cowok itu memang gila.

Nama gadis itu Cinta Cantika Rahma. Seindah namanya, anak perempuan berdarah Cina-Indonesia itu tumbuh menjadi sosok anggun yang diberkati banyak cinta dari orang di sekitarnya. Cinta dari orang tua, kawan-kawan, penggemar hingga para lelaki yang amat menggilainya. Salah satunya adalah Trian, yang sudah menyukai Cinta sejak masa taman kanak-kanak mereka. Namun, keberadaan cowok penyendiri itu tak pernah disadari Cinta. Sampai hari itu datang ....

Trian berlutut, mempersembahkan setangkai mawar merah dalam pegangan pada sosok gadis yang terkejut melihat tindakannya itu.

"A-apa-apaan..." Cinta kesulitan berkata-kata.

Trian sedikit gemetaran disebabkan gugup. Ia meneguk ludah terlebih dulu sebelum berkata, "Aku cinta Cinta selama ini. Mau 'kan Cinta jadi pacarku?"

Tentu saja Cinta melotot tidak percaya mendengar pernyataan dibuntuti pertanyaan itu. Pertama, dia tidak mengenal sosok cowok udik di hadapannya. Yang dengan norak menembaknya di sisi toilet cewek. Bukannya tersanjung, Cinta justru merasa terhina.

"Lo itu siapa, sih?"

Mendengar nada suara Cinta yang sinis, membuat Trian merasa kecewa. "Aku selama ini ada di dekat kamu, Cinta," ucapnya memelas.

Cinta menatapnya jijik. "Gak peduli dan gak mau tau. Jadi jangan pernah ganggu gue lagi!"

Sewaktu Cinta hendak beranjak, kakinya malah diterkam oleh kedua tangan Trian. Membuat gerakannya terhenti.

"Apaan sih! Lepas!" geram Cinta kian sebal.

Trian menangis. "Kasih aku kesempatan, Cinta. Aku beneran cinta kamu. Aku mohon, terima cinta aku," mohonnya sambil terisak-isak.

Cinta hilang kesabaran, dengan jengkel dipukulnya kepala Trian, sukses membuat cekalan pada kakinya terlepas karena cowok itu refleks memegangi kepala.

Merasa memiliki kesempatan, Cinta segera berlari pergi. Sayangnya, arah yang ditujunya justru atap fakultas. Yang bukannya membantu, malah membawanya pada jalan buntu. Mendatangkan perasaan tak keruan yang kian meresahkan. Gadis ini mengerang frustrasi.

"Cinta!"

Suara itu membuat Cinta semakin kewalahan. Jadi, dengan terburu-buru ia mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Berniat menghubungi nomor seseorang saat mawar yang dibawa Trian dipukulkan ke tangannya. Refleks saja Cinta mengaduh kesakitan, mengakibatkan ponselnya jatuh dari pegangan.

"Cinta..."  | Cerpen Sedih Cintaku Adalah Cinta Kita Sehidup Semati

Cinta jijik menatap wajah Trian yang tampak memelas dan berair mata. Seumur hidup, ia tidak pernah merasa serisih ini pada sosok cowok yang mengaku suka padanya. Tetapi entah mengapa, cowok di hadapannya ini seolah memiliki aura lain. Ada sesuatu dari diri sosok asing ini yang menciptakan ketakutan aneh dalam dirinya.

Cinta berjalan mundur selangkah demi selangkah menghindari Trian yang juga maju mendekatinya perlahan-lahan. Namun, ketika sadar tubuhnya sudah berada di ujung sisi gedung, Cinta terkesiap. Ia menoleh, melotot mendapati ketinggian yang bisa saja merenggut nyawanya. Lalu Trian dipandanginya, yang tidak juga terlihat berniat menjaga jarak.

Cinta meneguk ludah. "Lo berhenti sekarang. Atau gue lompat!" ancamannya berhasil menghentikan gerakan kaki Trian menuju ke arahnya.

"Jangan. Kalau lompat dari situ nanti Cinta mati. Ayo, sini, sama aku aja."

Cinta menggeleng tegas, tanda menolak mentah-mentah. "Lo pergi dulu. Baru setelah mastiin lo gak akan ngeganggu gue lagi, gue gak akan lompat."

Mendengar itu Trian menunduk lesu. "Kenapa? Apa yang salah sama aku? Apa Cinta beneran gak bisa nerima aku?" tanyanya bersedih.

Cinta mendengus mengejek. "Ya lo ngaca, dong! Muka lo jelek, item, dekil, terus lo juga norak. Siapapun gak akan ada yang mau jadi cewek lo."

Trian merasa terpukul mendengar kata-kata itu. Dengan cepat maju mendekat, yang kontan saja membuat Cinta mengambil langkah mundur lantas memijak udara kosong. Cinta merasa jantungnya siap dibawa pergi. Tetapi, sebelum tubuh gadis itu benar-benar jatuh ke bawah, tangan Trian telah lebih dulu menangkap pergelangannya. Cinta menjerit histeris, tangisannya pecah. Jantungnya berdentum cepat dilanda ketakutan luar biasa.

Trian mengerang, berusaha menarik Cinta kembali ke atas. "Aku akan nyelamatin kamu, Cinta. Supaya kamu sadar betapa besar cinta aku. Habis itu, kita akan bahagia selamanya," ucapnya penuh air muka berseri-seri.

Cinta terhenyak, merasa tidak suka. Dengan arogan ia mendengus lalu berucap sengit, "Lebih baik gue mati dari pada harus hidup sama lo."

Trian tercenung, lalu melepaskan pegangannya yang melemah. Menyaksikan tubuh Cinta tertarik gravitasi hingga ke mendarat bawah sana. Lantas menimbulkan kericuhan.

Pemuda ini berbalik. Merasa patah hati, gelisah, kehilangan, sekaligus mati rasa. Satu-satunya hal yang berhasil melenyapkan perasaan duka Trian adalah ponsel Cinta yang didapatinya tergeletak tak jauh dari sana. Melihat wajah manis itu di layar ponsel tak ayal mendatangkan perasaan bahagia tak terkira.

"Akhirnya...!"

Alhasil, semua foto yang tersimpan pada ponsel itu dicetaknya untuk kemudian ditempelkan pada seluruh dinding kamar, bersama foto-foto lain yang Trian ambil melalui kamera serta ponselnya sendiri. Jumlah foto itu ratusan. Menguarkan aroma cetakan hangat nan baru berbaur dengan bau busuk yang memenuhi kamar ini. Selimut, pisau, kertas, pulpen, bantal hingga pakaian tampak berserakan di mana-mana. Lantai itu pun dikotori remahan tanah, dibasahi air, juga dijejaki belatung-belatung yang menggeliat ke sana-kemari.

Trian mengusap wajah Cinta yang tertempel di dinding satu demi satu. Ia menggumam, lalu tertawa, setelah itu menangis tersedu-sedu. "Cinta, aku cinta kamu."

Kemudian tubuh Trian jatuh, berbaring di atas lantai, tepat di sisi kolong ranjang. Di mana sesosok mayat yang ditutupi kain kafan lusuh tergeletak di bawah sana.

Trian mengulurkan tangan, mengusap wajah mayat Cinta yang sudah dipenuhi tanah, belatung hingga semut. Bau bangkainya yang menyengat seolah tak mengganggu sama sekali.

"Cinta, aku bahagia bisa bersama kamu selamanya. Hehehe. Aku cinta kamu," ungkapnya sembari terkekeh malu.

Tangan Trianmeraba-raba lantai untuk lalu meraih pisau yang ada di antara sampah-sampah.

"Aku mungkin nggak bisa bahagia sama kamu di dunia ini. Tapi di akhirat, aku pastikan kamu akan membalas cinta aku, Cinta."

Lantas satu sayatan dalam pada leher itu seketika berhasil mengakhiri hidup Trian.

Kau berhak untuk mencintai siapapun. Namun, sadarlah, tak ada baiknya memaksakan perasaan orang yang jelas tidak akan bisa mencintaimu.  | Cerpen Sedih Cintaku Adalah Cinta Kita Sehidup Semati

Meski kau bisa tetap percaya bahwa tak ada hal yang mustahil di dunia ini. Sebab, mungkin saja walaupun cintamu di dunia tak berbalas, di alam baka nantilah kau akan mendapatkannya.