Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 9



Sepulang dari warung aku tak sengaja bertemu dengan teman kecilku. Namanya Mimin, (bukan nama admin lho ya). | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 9

Lama tidak ketemu ternyata si Mimin tidak banyak perubahan. Masih tetap sederhana, namun tetep awet muda dan bertambah cantik. Dan sekarang Mimin pun sudah berkeluarga. Rupanya dia juga ada dengar kabar kalau padeku telah tiada, dan dia yakin pasti aku ada.

Makanya Mimin memang berniat menemui aku. Aku bawa Mimin cari tempat nongkrong buat kami bisa ngobrol lebih nyaman sambil melepas rindu. Begitu Mimin mulai cerita menyinggung soal pakdeku, disitulah mimik wajah Mimin berubah lebih serius lagi.

Mimin pun mulai bercerita. Beberapa tahun terakhir, banyak kejadian aneh di kampung. Semenjak ada warga yang baru pindah dari kota. Ternyata warga itu Pak Bodo dan keluarganya. Awal mulanya keluarga pak Bodo ini hidupnya sederhana, ramah dengan warga, mudah membaur dan ringan tangan.

Lambat laun ada perubahan pada sikap Pak Bodo dan keluarganya pada orang kampung. Terlebih semenjak beliau menjadi orang kaya baru. Mungkin jika saja Pak Bodo bekerja dan memiliki usaha, warga tidak akan menaruh curiga. Pak Bodo memang sangat kaya, sayang dia tidak perduli dengan warga kampungnya. Memiliki harta yang berlimpah, istri yang WOW dan ini tidak hanya satu, belum lagi asset-asset berharga yang lainnya.

“Hanya satu yang Pak Bodo segani semasa hidupnya, yaitu pakde mu, Pakde Wito” kata Mimin. Memang hampir semua warga menaruh hormat pada pakdeku. Beliau terkenal murah hati dan suka bergaul dengan warga. Dan kuakui pakde juga memiliki sedikit keahlian dalam ilmu pengobatan. Pak Bodo ini memang manusia yang tak pernah puas akan kenikmatan dunia.

Semua yang diinginkan olehnya harus terpenuhi. Hingga suatu hari Pak Bodo ini berkunjung ke rumah pakde Wito, kebetulan pakde Wito tidak ditempat, sedang keluar ke kampung sebelah. Jadi hanya istri beliau yang bertemu dengan Pak Bodo. Sejak pertemuan itu pak Bodo rupanya jatuh hati dengan istri pakde Wito. Gayung pun bersambut. Istri pakde rupanya tergiur dengan harta pak Bodo. Jadi iman istri pakde pun runtuh.

Akhirnya mereka berdua, pak Bodo dan istri pakde, menjalin hubungan terlarang. Demi memuluskan rencana mereka, pakde dibuat sakit-sakitan dan buta secara perlahan-lahan. Semua rencana ini ternyata didukung juga oleh anak-anak pakde. Mereka semua sudah termakan bujukan pak Bodo.

Apalagi dengan hartanya yang berlimpah. Guna memuluskan rencananya, Pak Bodo dan istri Pakde ‘mengerjai’ Pakde Wito melalui cara ‘halus’ yaitu bantuan sang dukun. Rencana mereka berhasil, Pakde akhirnya jatuh sakit. Hari demi hari kondisinya semakin menurun. Tidak hanya itu, kedua mata Pakde pun dibuat buta oleh sang dukun. Semua atas perintah istrinya Pakde sendiri.

Walaupun dalam keadaan buta, pakde tahu akan kebohongan istrinya. Pakde tetap tidak berubah sikap dan hatinya. Dia masih setia mencintai istri dan keluarganya. Banyak warga yang menaruh simpati pada pakde. Namun tidak bisa berbuat banyak. Karena istri dan anak-anaknya melarang warga untuk menjenguk Pakde.

Namun ibarat pepatah sepandai-pandai tupai melompat, pasti akhirnya jatuh juga. Hari naas itupun telah tiba. Warga sudah begitu kesal dan marah dengan kelakuan pak Bodo. Warga sudah tak perduli dengan kekayaan pak Bodo. Merekapun bertindak anarkis. Rumah yang megah itu dalam sekejap hangus terbakar.

Beberapa anggota keluarga pak bodo sempat melarikan diri. Sementara pak Bodo dan istri serta beberapa anaknya, sepertinya ikut menjadi korban di rumah itu. Ini dibuktikan dengan jasad yang ditemukan di TKP. Namun anehnya hanya jasad pak Bodo yang tidak ditemukan.

Semenjak kejadian itu, dikampung selalu terjadi kejadian yang aneh. Hampir tiap warga di temui arwah pak Bodo. Dan wujud yang selalu ditampakkan cirinya bukan orang melainkan sosok yang aneh dan menyeramkan. Menurut sebagian warga yang pernah melihatnya, sosok itu hitam gosong, hanya mata yang bercahaya merah dan gigi berdarah yang terlihat jelas.

Rambutnya panjang terurai sampai menyentuh tanah. Dan tanda-tanda dia hadir adalah aroma yang khas, yaitu bau sesuatu yang dibakar atau hangus. Waktunya pun tidak harus malam. Kadang pagi dan siangpun bisa hadir.

Aku yang mendengar ciri-ciri yang diceritakan Mimin, sedikit terkejut. Sepertinya itu sosok yang kulihat di pemakaman tadi, batinku. Sedikit demi sedikit pertanyaanku mulai terjawab. Kembali ke cerita Mimin. Sosok itu paling sering ke rumah pakde Wito. Ini diperkuat dengan kesaksian beberapa warga yang sempat melihat sosok itu bolak balik di rumah pakde. Namun warga tak satupun yang berani bertanya pada keluarga pakde.

Apalagi sejak kejadian itu, istri pakde berubah drastis. Kehidupannya cenderung berlebihan. Berbanding terbalik dengan keadaan pakde. Semakin lama semakin lemah kondisinya. Dan itu tidak dihiraukan oleh istrinya. Setiap ada warga yang mau menjenguk pakde, pasti dilarang oleh istrinya. Pernah juga warga meminta bantuan pak RT untuk membawa pakde berobat ke dokter, istrinya tetap melarang. Pak RT dan beberapa warga malah diusir.

“Beruntung kamu bisa datang Mel, karena pakde sudah lama ingin bertemu kamu, mungkin karena kamu yang membuat pakde masih bisa bertahan hidup, hingga akhirnya…” kata Mimin. Aku langsung tertunduk, dan tanpa terasa air mataku mulai menetes. Ada sedikit perasaan bersalah terhadap almarhum pakde. Teringat masa lalu sewaktu aku harus melupakan keluarga di kampung.

Sewaktu aku berselisih dengan bude (istri pakdeku). Karena aku merasa benar dan membela hak ku. Karena ego juga, aku harus melupakan seseorang yang menyayangiku. Padahal waktu itu pakde juga turut membelaku, karena aku merasa tidak nyaman lagi, terpaksa aku harus melupakan semua kenangan ku bersama pakde dan keluarga di kampung. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 9

“Mel, mel…” suara Mimin menyadarkanku. “Oya maaf Min, aku melamun…” sambil menghapus air mataku. “Min kamu ada mencium sesuatu ga?” tanyaku pada mimin tiba-tiba. “Ga ada bau apa-apa Mel…” Mimin heran. Bulu badanku mulai bereaksi, semuanya merinding. “Ya udah Min, aku balik dulu ya, takut orang rumah mencari aku…” sengaja ku alihkan agar Mimin tidak curiga. Padahal di belakang Mimin tadi muncul sosok yang dibicarakan aku dan Mimin.

Bergegas aku melangkah menuju rumah padeku. Aku lihat dari kejauhan rumah tampak sepi. Entah apakah hanya perasaanku saja. Aku jadi ragu-ragu memasuki rumah pakdeku. Semakin dekat langkahku memasuki pekarangan rumah pakde, tiba-tiba ada sekelebat sosok hitam yang lewat samping rumah pakde, dan menembus masuk rumah. Aku segera masuk ke dalam rumah coba mencari kelebatan hitam tadi.

Sudah ku cari ke mana-mana. Tetap nihil. Mendadak muncul bau tak sedap, seperti bau hangus, bau yang pernah ku cium sewaktu di pemakaman dan waktu ketemu Mimin tadi. Arah bau itu coba ku ikuti. Semakin lama semakin menyengat. Dan arahnya sungguh diluar dugaanku. Astaghfirullah…

“Ngapain kamu disini!!!” bentak budeku begitu keluar dari kamarnya. “Maaf bude, tadi cari Hp saya lupa naruh dimana, cari dimana-mana tapi belum ketemu…” tiba-tiba terbersit ide tuk mengatakan soal Hp. Sengaja ku sembunyikan niatku tadi, agar bude tidak curiga. “Itu Hp mu di lemari dekat TV…” kata bude. “Terima kasih bude” ku tinggalkan bude dengan tatapannya yang sinis. Hampir saja aku terciduk. Sumber bau itu berasal dari kamarnya

Pukul 2 siang. “Astaghfirullah…aku lupa dzuhur ku” segera ku ambil wudhu, ternyata aku hampir melupakan kewajibanku sebagai umat-Nya. Langsung ku menuju ke kamar sepupuku yang sudah disiapkan memang untukku, sementara aku disini. Kebetulan kamar sepupuku bersebelahan dengan kamar bude. Ketika aku melewati kamar itu, ada bau yang sudah ku hafal aromanya. Aku cuek saja, langsung saja ku jalan kan kewajibanku.

Alhamdulillah…telah selesai ku laksanakan kewajibanku. Baru mau ku tutup dengan doa-doa, lagi-lagi aroma tak sedap itu muncul. Kali ini lebih tajam menusuk hidungku, sepertinya bau itu sangat dekat denganku. Aku tidak jadi berdoa, kucoba lagi cari di kamar ku, tidak ada kutemukan, diluar dari jendela kamarpun tidak ada ku temukan. Ku coba lupakan bau itu.

Aku duduk istirahat sejenak di ranjang, lalu ku coba baca Ayat 4. Baru hendak ku mulai dengan bismillah, di kasurku sudah ada sosok yang berbaring. Lengkap dengan kain kafan yang tampak lusuh dan wajah hitamnya. Langsung ku pejamkan mataku, ku konsentrasi pada bacaanku tadi. Tapi sulit sosok itu terbayang terus…karena ia persis di atas ranjangku. Ku alihkan pandanganku ke bawah ranjang, seolah-olah tidak melihat kejadian tadi. Kembali ku pejamkan mataku.

Tapi kakiku terasa seperti ada yang menyentuh. Dingin seperti es. Dan aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Terus aja aku konsentrasi, ku baca terus Ayat 4 itu. Aku malah mendengar suara anak-anak tertawa. “Ya Allah…” dalam hatiku. Aku teriakpun ga bisa.

Dan akhirnya aku tidak sadarkan diri. Menjelang maghrib aku baru terbangun. Aku coba mengulang memori siang tadi. Kepalaku langsung terasa sakit. Aku coba lagi mengingat, malah bertambah sakit kepalaku. Ah sudahlah, aku lupakan. Segera ku ambil perlengkapan mandiku, sebelum maghrib tiba.

Byur…byur…byur… Segar banget, air di kampung memang terasa natural, beda banget dengan di kotaku tinggal. Dug dug dug… dug dug dug... Aku hentikan aktivitas mandiku. Sepertinya ada yang mengetuk pintu kamar mandiku. Buru buru aku pakai handuk dan pakaianku. Ketika ku buka pintu ternyata nihil. Ku coba lihat kiri kanan, tetap tidak ada seorangpun.

Mendadak muncul lagi bau yang aneh, selain busuk bercampur hangus. “Aduh apalagi ini Gusti, cukup sudah…” batinku menjerit. Aku coba kembali menolehkan kepalaku ke dalam kamar mandi.

Astaghfirullah… ada sosok wanita lagi duduk diatas bak mandi. Dia menunjukkan wajah yang penuh amarah. “Ya Allah…” pekikku. Aku langsung berhambur keluar. “Mba Mel kenapa?” tanya sepupuku melihat aku keluar tiba-tiba dari kamar mandi. “O, tidak apa apa de” ucapku menutupi ketakutanku.

Mandiku jadi persingkat. Bergegas ku ke kamar tuk bersalin. Sambil ku berpikir, kenapa seharian ini begitu intens gangguan yang ku alami. Padahal hari belum juga beranjak malam. Apa rumah pakde sekarang begitu angker ya, dalam hatiku. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 9

Atau apa yang dikatakan Mimin tadi siang memang benar?

- Bersambung -