Aku tidak menyangka jika kehadiran ku di kampung memang telah di nantikan pakde ku. Ku akui memang aku jarang pulang sejak aku mengadu nasib di kampung orang, apalagi aku juga telah berkeluarga. Selama ini keluarga tak pernah memberi kabar mengenai keadaan pakde. Mungkin karena aku jarang mengabari mereka, jadi mereka pikir aku telah melupakan mereka. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 8
Rencana kepulanganku terpaksa ku undur. Entah sampai berapa hari. Pikiranku jadi bertambah ruwet. Satu sisi aku harus memikir kedua anakku dan suami. Sementara disini juga sedang berduka. Keinginanku sebenarnya ingin melewati 7 hari nya pakde, tapi sepertinya ga mungkin aku terlalu lama juga. Kasihan anak-anak dan suamiku. Apalagi suamiku tidak tahu kondisinya nantinya. Aku putuskan tiga hari saja di kampung.
Selama prosesi pemakaman pakde, Alhamdulillah tidak ada hambatan yang berarti. Sepertinya almarhum pakde dimudahkan jalannya. Semoga beliau khusnul khotimah, amin. Begitu selesai dikubur, hanya aku yang bertahan. Semua keluarga dan warga kampung sudah duluan meninggalkan pemakaman itu. Hanya tersisa aku sendiri. Rasanya aku masih tidak percaya kalau pakde bisa secepat itu meninggalkanku. Padahal belum genap sehari aku bertemu beliau, belum plong rasanya aku melepas kangen dengan pakde.
Aku coba merenung, mengingat masa-masa kebersamaan ku bersama pakde. Mendadak tubuhku terasa dingin dan bulu kudukku mulai meremang. Semakin lama tubuhku terasa semakin berat. Dugaan ku benar, ternyata sosok yang menyambut aku di gerbang pemakaman tadi, sudah mulai mendekatiku. Aku kira dia hanya numpang lewat. Ternyata tidak, sengaja menunggu moment yang tepat untuk menemuiku. Entah kenapa semakin hari aku semakin jelas melihat sosok-sosok mereka. Semakin aku takut, maka semakin jelas mereka mendekatiku.
Aku coba awasi keadaan sekitar, sekeliling yang tampak hanya nisan yang telah usang. Ditambah beberapa pepohonan dan sedikit ilalang menambah kekumuhan makam tersebut. Akhirnya mataku tertuju pada satu sosok yang sedari tadi mengawasi ku. Bukankah tadi dia berdiri di gerbang makam. Kenapa sekarang sudah berdiri di sebuah makam. Sosok ini aneh, walau wajahnya menyeramkan, tapi ekspresinya seperti sedih. Aku hanya sebentar menatapnya, tak berani aku lama-lama karena jantungku semakin lama semakin cepat degupannya.
Aku kembali fokus pada kenangan ku bersama pakde. Aku pandangi batu nisan dan makam pakde yang masih basah. Tanpa terasa air mataku menetes. Padahal dari rumah tak ada satupun air mataku menetes, aku mampu menahan kesedihanku. Terakhir sebelum pulang, aku bacakan doa buat pakde. Akupun berdiri, ku lihat kembali sekelilingku. Aku pikir sosok tadi masih ada. Ternyata sudah menghilang entah kemana. Baru kakiku mau melangkah, mendadak aku mendengar sebuah suara.
Samar-samar terdengar. Sepertinya dari arah sosok yang berdiri tadi. Aku coba konsentrasi lagi, kucari betul-betul sumber suara tersebut. Langkah kaki ku seperti ada yang gerakkan untuk mengarah ke suatu tempat. Aku terus melangkah hingga tiba di sebuah makam, yang sepertinya aku tidak asing akan makam tersebut. Mendadak terlintas langsung dalam pandanganku, seperti sebuah kejadian seorang bapak, yang kematiannya juga tragis. Dia di bakar hidup-hidup bersama anak-anak dan istrinya. Dan yang membakar itu orangnya banyak. Dan lagi sepertinya aku mengenal orang-orang yang membakar bapak itu dan keluarganya.
Astaghfirullah bukannya itu orang-orang kampung wargaku. Kenapa ini? Apa hubungannya warga kampungku dengan bapak itu dan keluarganya? “Mba…mba, mba” terdengar suara lelaki menyapaku. Ternyata seorang bapak tua renta yang menegurku. “O maaf pak, bapak siapa ya?” tanyaku setengah sadar. “Saya penjaga makam ini, kenapa mba melamun di makam pak Bodo, apa mba keluarganya?” tanya bapak itu. “Siapa pak bodo itu pak? Saya ini ponakannya Pakde Wito” jawabku. “Pakde Wito yang tadi baru dikubur, kamu ponakan yang sering dulu dibawa ke sawah sama pakde itu yo…” kata bapak itu sambil tersenyum. “Kok bapak tau…??” tanyaku terheran-heran.
Singkat cerita aku dan bapak penjaga makam itu asyik ngobrol ngalor ngidul. Sampai pada cerita mengenai pak Bodo, dan kaitannya dengan pakde ku. Bapak itu menceritakan asal mula kejadian tragis tentang pak Bodo dan keluarganya. Pak Bodo itu dulu adalah seorang juragan di kampung. Diantara warga kampung beliau adalah orang yang paling kaya. Sayang pak Bodo ini terkenal kikir dengan warga kampung, sehingga beliau tidak di senangi warga di kampung.
Hasil kekayaannya pun banyak warga yang tidak tahu asalnya, karena beliau ini tidak bekerja, tidak memiliki usaha maupun memiliki sawah ataupun kebun. Desas-desus di kampung, pak Bodo ini sering melakukan perdukunan, sehingga hasil kekayaan ini pasti dihubungkan dengan dunia dukun tersebut. “Tapi diantara warga kampung yang tidak senang, hanya ada satu orang yang tetap menjadi sahabat pak Bodo tersebut yaitu pakde mu, Pakde Wito.” Kata bapak penjaga makam tersebut.
Hasil kekayaannya pun banyak warga yang tidak tahu asalnya, karena beliau ini tidak bekerja, tidak memiliki usaha maupun memiliki sawah ataupun kebun. Desas-desus di kampung, pak Bodo ini sering melakukan perdukunan, sehingga hasil kekayaan ini pasti dihubungkan dengan dunia dukun tersebut. “Tapi diantara warga kampung yang tidak senang, hanya ada satu orang yang tetap menjadi sahabat pak Bodo tersebut yaitu pakde mu, Pakde Wito.” Kata bapak penjaga makam tersebut.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, tapi perutku sudah tidak bisa diajak kompromi. Dengan sangat terpaksa, aku berpamitan dengan bapak penjaga makam itu. Namun sebelum pergi, aku sempatkan baca Al Fateha buat almarhum pak bodo, makam yang tadi jadi tempatku melamun. Begitu selesai aku sekilas mendengar seseorang mengucapkan terima kasih. Reflek ku cari asal usul suara itu. Sementara bapak tadi tiba-tiba juga sudah tidak ada didekatku. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 8
Ku percepat langkahku keluar dari pemakaman itu. Sampai akhirnya tibalah aku di rumah keluargaku. Ketika tiba di rumah, sepintas aku merasa ada yang aneh dari tingkah orang rumah. Kok tidak ada raut kesedihan di wajah mereka.
Apa menurut mereka meninggalnya pakde adalah sesuatu yang biasa? Atau mereka sudah ikhlas ditinggalkan pade? Atau kah? Atau kah? Ataukah lainnya? Aku coba khusnudzon aja, mungkin keluarga ku sudah ikhlas dengan kepergian pakde.
Mungkin ini hanya perasaanku, karena terbawa suasana kenangan dengan pakde. Namun keadaan dirumah tidak bisa disembunyikan, tetap aku merasa ada yang aneh. Tidak ada kesibukan sebagaimana pada umumnya. Biasanya orang pada sibuk memasak, warga pada rewangan (membantu). Semua kebiasaan itu benar-benar tidak ku lihat. Wargapun satu orang tak ada yang terlihat batang hidungnya. “Kok aneh ya,” batinku.
Aku coba beranikan diri bertanya pada salah satu sepupuku.Yang kudapat malah jawaban yang ketus. Begitu juga ku tanya hal yang sama pada istri pakde. Malah lebih jutek jawabnya. Aku malah bingung sendiri. Aku putuskan pergi ke warung untuk membeli perlengkapan mandiku.
Karena terburu-buru waktu berangkat aku lupa membawanya. Sampai di warung, aku melihat ada beberapa ibu-ibu yang sepertinya sedang bergosip ria. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tapi kalau dilihat dari cara mereka melihatku, sepertinya ada hubungan denganku juga. Ah aku coba cuek sajalah. Karena aku sudah terbiasa hal-hal seperti itu. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 8
Di daerah tempat tinggalku hal begitu sudah biasa, malah menurutku lebih extreme lagi. Ga hanya level kampung, bahkan bisa level dunia, karena menjadi viral.
- Bersambung -