Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 6

Selesai acara arisan hari itu, badanku serasa pegal semua.

Hari ini sungguh hari yang melelahkan. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 6 

Aku tak sanggup lagi untuk membantu membereskan rumah.

Anak-anak ku suruh adikku menjaganya, aku mau istirahat sebentar.

Ketika ku rebahkan badanku di ranjang, langsung aku memasuki alam bawah sadarku.

Hadir dalam mimpiku seorang pria yang begitu tampan, dan wajahnya seperti pernah ku kenal.

Pria itu ternyata mantanku waktu kuliah.

Sosok ini memang dulunya orang yang sangat ku cintai, tapi takdir berkata lain.

Kami harus berpisah.

Entah bagaimana kabarnya sekarang, aku tidak pernah lagi berhubungan dengannya.

Dalam mimpi itu dia membawa aku ke suatu tempat yang begitu indah, hingga dia berusaha untuk mengajak aku ‘berhubungan’.

Aku menolaknya secara halus, tapi dia tetap berusaha dan akhirnya dia marah besar karena aku tidak mau menuruti keinginannya.

Aku hanya bisa menangis.

Dan dia bersumpah, jika aku tak bisa memilikinya, maka tak seorangpun boleh memilikinya juga.

Aku langsung tersadar, aku coba mengulang memori mimpi itu.

Mencoba mengurai arti mimpi itu. Hasilnya nihil, aku tak mampu mengartikannya.

Malamnya ketika aku dan suami sedang asyik menonton tv.

Aku dapat kabar kalau pakde ku (kakak dari ibuku) di kampung sedang sakit keras dan sepertinya hanya menunggu hari, begitu kata keluargaku di kampung.

Aku harus mengambil keputusan yang berat.

Satu sisi jika aku memilih tidak pulang kampung, aku akan jadi bahan omongan dengan keluargaku, apalagi pakde adalah satu-satunya keluarga dari ibu yang masih tersisa.

Namun jika aku pergi, suamiku tidak ada yang menjaga dan memperhatikannya.

Apalagi dalam kondisi seperti sekarang.

Huffff…sungguh pilihan yang tidak mudah.

Ujian yang terus menerus datang silih berganti.

Setelah ku bicarakan dengan suamiku, akhirnya ku putuskan aku pulang kampung selama 1 hari saja.

Jadi ku pilih jadwal penerbangan hari sabtu agar minggu aku sudah balik ke rumah.

Anak-anak ku titipkan dengan adikku yang kebetulan sudah punya anak juga.

Aku pikir jika ada temannya mereka tidak akan rewel.

Suamiku… ini yang membuatku merasa berat sekali untuk meninggalkannya.

Mungkin jika semua dalam keadaan normal saja, aku tak akan ambil pusing.

Tapi sudahlah semua sudah ku putuskan bersamanya.

Tibalah aku di bandara.

Setelah check in aku menelpon anak-anak, karena biar bagaimanapun sesaat berpisah dengan mereka rasanya kangen berat.

Entahlah naluri sang ibu memang tetap tak bisa lepas dari kodratku sebagai wanita.

Setelah itu kucoba hubungi suamiku. Telponku pertama tidak diterima.

Kucoba lagi, terdengar nada dering sekali, lalu dua kali, dan ketiga kalinya terdengar suara lengkingan, ”…hihihihihihihi”

Astaghfirullah…reflex langsung terlempar HP ku dari genggamanku.

Orang yang berada di depanku pun terkejut, mungkin di kira aku sengaja melempar HP ku.

Langsung ku raih kembali Hp ku.

Dengan senyum-senyum guna menutupi rasa malu ku.

Ku lihat di layar HP masih aktif panggilannya.

Ku coba matikan Hpku. Lalu kunyalakan kembali. Ku coba lagi hubungi suamiku.

“Assalammualaikum ma…” suara suamiku.

“Alhamdulillah, waalaikumsalam yah…” syukurlah dalam hatiku.

Lumayan 5 menit aku ngobrol ngalor ngidul dengan suamiku. Paling tidak aku tahu keadaan dia baik-baik saja.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.

“Kok petugas belum ada panggilan masuk pesawat ya,” gumam ku.

Sepertinya pesawat akan delay nih.

Mana sudah malam, jam berapa lagi aku sampai di kampung.

Aku memang sengaja memilih penerbangan terakhir karena selain murah aku juga bisa lebih cepat jadwal pulangnya.

Aku lihat di tempat menunggu pun penumpangnya tidak banyak.

Bisa dihitung dengan jari. Paling ga nyampe 15 orang.

Sambil menanti panggilan boarding, aku ke toilet dulu.

Dalam toilet tak ada seorang pun yang ku temui.

Hanya seorang petugas wanita yang lagi membersihkan lantai.

Mengguanakan seragam kerja lengkap dengan perlengkapannya, hanya sayang rambutnya dibiarkan terurai, kesannya jadi urakan, tidak rapi menurutku.

Langsung ku cari toilet mana yang kosong.

Dari ke 4 toilet hanya satu yang kosong yaitu yang paling ujung.

Dengan santai aku masuk ke toilet itu, sambil masuk aku bilang permisi ke mba petugas itu.

“Permisi mba, numpang ke toilet ya…” hening tak ada sedikit pun suara si mba menjawab sapaanku.

Ah ku pikir mungkin dia lagi sibuk, jadi tidak mendengar sapaanku.

Ketika mulai masuk, terciumlah aroma wangi yang khas.

Hmmm wangi banget, seperti wangi bunga.

Aku pikir paling petugas tadi habis menyemprot toilet nya dengan pengharum.

Selesai dari buang air kecil, seperti biasa aku ke tempat berkaca dulu, mencuci tanganku dan sedikit memperbaiki dandananku.

Si petugas tadi sudah berpindah posisi ke cermin sebelahku.

Aku sedikit penasaran juga kenapa tadi dia tidak menjawab sapaanku.

Wajahnya tertutup rambutnya yang panjang.

Apalagi rambut itu dibasahinya dan terurai ke depan sehingga menutupi wajahnya.

Wangi yang ku cium tadi, semakin menyengat aromanya.

Aku mulai berpikir apa aroma itu berasal dari wanita ini ya.

Tanpa terasa semua bulu kudukku merinding.

Ah buru buru aku cuci tangan, aku mau langsung keluar saja.

Ketika melewati wanita petugas yang sedang berkaca juga, aku coba melirik ke kacanya, supaya terjawab rasa penasaranku…

Astaghfirullah…ternyata di cermin itu tak ada siapapun.

Ya Allah tanpa pikir panjang aku langsung percepat langkahku keluar dari toilet itu.

Wanita tadi lalu tertawa melengking “hihihihi…”

Akhirnya aku bisa keluar dari toilet itu. aku coba atur nafasku yang tersengal-sengal.

Huffff…huffftt…

Sambil atur nafas, ku lihat di depanku sudah tidak ada orang-orang yang menunggu boarding pass.

Kemana orang-orang yang ada tadi.

Pengumuman juga tidak ada kudengar.

Belum terjawab kebingunganku, tiba-tiba…

“Mba…” ada suara yang mengejutkanku.

Ya Allah belum hilang ketakutanku tadi, sekarang bertambah lagi.

Eh ternyata petugas bandara yang mencari penumpang bernama Meli.

Karena hanya nama itu yang belum naik ke pesawat.

“Ya mas, itu nama saya, lewat gate 8 ya mas”

Sekejap kemudian aku sudah duduk manis di seat no 4C.

Seat-seat di sebelahku kebetulan kosong. Sepertinya tidurku bakal nyenyak nih karena bisa selonjoran.

Lampu kabin dimatikan, hanya sedikit pencahayaan yang ada.

Suasana yang mendukung untuk istirahat.

Waktu perjalanan lumayan buat aku istirahat, karena nanti aku masih jauh lagi ke kampung padeku.

Jadi waktu 2 jam ku gunakan semaksimal mungkin tuk istirahat.

Karena sepi penumpang,

Baru saja mau terlelap, disisiku kok sepertinya sudah ada yang mengisi, padahal tadi aku yakin betul kalau seat sebelahku benar-benar kosong.

Ya Allah ujian apa lagi ini, jeritku dalam hati. Aku coba amati betul-betul.

Wanita itu hanya tertunduk. Tak lama dia terisak-isak.

Aku sudah parno karena kejadian di toilet tadi.

Apalagi kehadiran dia tidak aku tahu darimana.

Aku mau panggil pramugari, tapi takut mengganggu penumpang yang lain.

Ah sudahlah lebih baik aku pindah seat aja, sekalian aku mau ke toilet juga. Baru berdiri mau ke belakang, dari ujung kok terlihat samar-samar, mungkin pengaruh lampu yang tidak terlalu terang tadi, aku melihat sosok wanita lagi yang berdiri menatap aku terus.

Lelahnya aku, sudah tadi di toilet, eh sekarang di pesawat pun mereka mengikuti ku.

“Apa salahku ya Rabb,” tanyaku dalam hati.

Akhirnya aku tidak jadi ke toilet dan aku hanya berpindah tempat.

Lalu ku bacakan Ayat 4. | Cerpen Misteri Prilaku Aneh Ada Apa Dengan Suamiku Part 6 

Dan shalawat yang tiada putusnya hingga akhirnya aku terlelap dengan sendirinya.

- Bersambung -