Kisah Nyata Pagi Hari Di Busway

Tak seperti biasanya Aku bangun jam 05:12, KESIANGAN! Ya, hari ini aku kesiangan biasanya jam 03:40 aku sudah bangun. | Cerpen Kehidupan Kisah Nyata Pagi Hari Di Busway

Melaksanakan rutinitasku yang InsyaAllah istiqomah, mungkin karena efek semalam aku membalas satu persatu Komenan Emak-emak KBM, walhasil sekitar jam 00:39 aku baru tidur.


Ini adalah rekor terbaru seorang Biru, dimana aku bisa bertahan sampai jam segitu tanpa rasa kantuk.

Setelah bangun aku langsung ngacir ke kamar mandi 'Astaghfirullahaladzim,subuhnya ketinggalan' monologku dalam hati.

Aku mandi dengan terburu-buru, hingga aku tak sadar kalau sampo itu aku jadikan sabun wajah, ah masa bodo dengan itu, yang penting aku sudah mandi hari ini.

Akupun melakukan salat subuh secara marathon, hanya butuh 2 menit aku selesai salat, dzikir, dan do'a.

"Ru! sarapannya masak nasi goreng aja ya, Bude mau ke pasar," kata Budeku, lantas akupun pergi ke dapur hendak memasak nasi goreng.

Entah kenapa setelah mendengar nasi goreng, aku jadi teringat waktu semalam yang mencari nasi goreng dengan penuh perjuangan dan yang pastinya harus menahan malu juga.

Ketika sedang masak, sepupuku bangun dan hendak ke kamar mandi.

"Lagi apa Mas?" tanyanya yang masih kulihat ada bekas iler di pipinya.

"Masak nasi goreng Ji," jawabku yang masih fokus memotong cabai dan bawang.

"Sekalian ya Mas," katanya lalu masuk ke kamar mandi.

"Pedes gak Ji," tanyaku.

"Pedes Mas!" jawabnya yang berteriak di dalam kamar mandi.

Aku melanjutkan masakku dan kuliha Sepupuku yang ke dua bangun juga.

"Cari apa Bib?" tanyaku ketika kulihat dia seperti sedang mencari sesuatu.

"Buku PR Mas! semalem lupa ditaruh dimana," jawabnya yang masih kebingungan mencari bukun PRnya.

Lalu si Abib menghampiriku, "Mas lagi apa?" tanyanya, udah kutebak si Abib ini pasti modus mau dibikinin nasi goreng.

"Abib mau nasi goreng juga?" tawarku,

Si Abib malah masang senyum, dih gile tu bocah baru bangun tidur juga,belek kelihatan.

Setelah selesai membuat nasi goreng untuk tiga porsi aku langsung bersiap-siap melakukan rutinitasku.

Aku pergi menuju halte busway, dimana busway adalah salah satu kendaraan umum yang sering aku manfaatkan.

Seperti biasa pasti penuh sama Orang-orang yang hendak melakukan rutinitas mereka masing-masing.

Kutunggu busway yang berjurusan Kalideres-Harmoni, bisa juga Kalideres-Pasar Baru, atau Kalideres-Pulogadung.

Buspun datang, aku naik, dan yang pastinya berdiri berdempet-dempetan, mau itu sama yang bau keringet, sampe ada yang gembrot juga. Aku berdiri didekat pintu, biar gak susah keluarnya.

Bus yang kutumpangipun sampai di halte Harmoni, disitu aku turun dan hendak transit melanjutkan perjalananku ke halte Kota.
Dengan nomor kolidor 1 Blok M-kota.

Aku menunggu bus tujuanku dan di samping kiriku ada seorang Ibu-ibu yang sepertinya baru selesai belanja dari pasar, terlihat dari dua keranjang yang dibawanya. Dan disambung kananku ada seorang bapak-bapak berkumis tebal, sekilas mirip seperti suaminya Inul Darah Tinggi, eh Inul Daratista maksudnya.

Tiba-tiba si Bapak itu nanya, "Mas kalau turun di Harmoni naik bus yang kemana ya?"

"Ini Harmoni pak," jawabku, si Bapak malah nggak koneksi.

"Nggak Mas, saya nanya kalau mau turun di Harmoni naik bus apa?" tanyanya lagi.

"Emang bapak mau kemana?" tanyaku balik karena heran dia menanyakan suatu hal yang dia sendiri sudah berada ditempat. | Cerpen Kehidupan Kisah Nyata Pagi Hari Di Busway

"Mau ke Harmoni, Mas!" jawabnya sedikit kesal.

"Pak ini Harmoni," tiba-tiba si Ibu yang di samping kiriku itu berkata.

"Gak jelas, saya nanya nya apa jawabnya apa?" kata si Bapak itu pelan, namun masih bisa kudengar.

Si Bapakpun pergi meninggalkan aku dengan Si Ibu, si Ibu seperti sedang menahan tawanya, "Aneh ya dek," ucap si Ibu kepadaku.

Buspun datang aku dan si Ibu itupun masuk dan, "Dek! Khusus wanita," kata si kondektur, aku tak menghiraukannya karena aku fokus kepada HP ku yang sedang adik membalas komentar dari Emak-emak tempong KBM.

"Dek! Khusus wanita," ucap si kondektur lagi.

Ku teliti di dalam bus itu yang ternyata isinya perempuan semua.
Wallllah salah alamat lagi ini mah, Akupun langsung keluar dalam bus itu dan lagi dan lagi harus menanggung malu, karena di luar banyak sekali Orang-orang yang mengantre.

Tak berapa lama bis ke dua datang, aku masuk, dan tak butuh waktu yang lama akhirnya sampai di halte Kota.

Kembali lagi aku mengantre, kali ini aku mengantre di antrean yang menuju halte Semen dimana itu adalah tujuan akhirku.

Lama sekali aku menunggu, yang emang sudah biasa bus ke arah Senen sama Priok itu langganan ngaretnya.

"Dek, itu khusus Lansia!" kata seorang Bapak-bapak yang mencoba memberitahuku.

"Iya, pak! Kenapa?" tanyaku takengerti karena aku merasa berada di antrean yang benar dah.

"Ini antrean khusus lansia, Adek! emang lansia?" katanya, ehbuset dah aki-aki ngatain aku lansia, gak lihat apa aku imut kaya gini.

"Maaf, pak saya mau ke Senen bukan Priuk," kataku dengan sabar, karena gak mau yang ke duakalinya berurusan dengan bapak-bapak yang kekurangan A*u*. Seperti yang tadi aku temui di Harmoni.

"Noh antrean remaja sama dewasa di sana!" kata si Bapak itu sambil menunjuk ke antrean Orang-orang dewasa.

Aku yang merasa benar gak mau pindah, tetep dan nyuekin si Bapak.

Eh tak di sangka.

"Ini gak bisa baca apa?" kata si Bapak itu marah-marah kepadaku, hingga membuatku terkaget.

"Gak baca apa, kamu disekolahin gak sih?" makinya lagi, aku yang gak terima akhirnya terbawa emosi, dan berkata agak keras kepada si Bapak, jujur aku merasa tidak enak sudah melawan orangtua.

Si bapak itupun pergi entah kemana, gak perduli, Orang-orang yang sedang mengantrepun langsung menatap ke arahku. Aku sih cuek aja.

"kenapa pak?" suara seseorang dari arah belakang, yang ternyata itu adalah suara petugas busway dan si Bapak yang tadi marah-marah kepadaku.

Oh ternyata si Bapak ngadu sama petugas,
Akhirnya si Bapak itu menjelaskan kepada petugas tentang aku yang gak mau di atur. Padahal aku benar dan mengikuti peraturan.

"Adek emang mau kemana?" tanya petugas itu kepadaku.

"Saya mau ke Senen, Mas!" jelasku padanya.

Dan akhirnya petugas itu menjelaskan kepada si Bapak, kalau aku ini bener, karena antrean senen sama lansia yang ke arah Priok itu sama.

Akhirnya petugas itu meminta agar si bapak minta maaf kepadaku. Namun bukan kata maaf yang kudapat.
"Dasar gak mau diatur," kesalnya lalu pergi keluar halte. | Cerpen Kehidupan Kisah Nyata Pagi Hari Di Busway

Sabar sabar, untung aku Jomblo coba kalau Taken udah aku cincang tuh si Bapak, ta jadiin nasi goreng.