Aku sudah bersiap untuk sarapan di hotel.
*klung
[Ndutsky sudah pergi?]pesan dari abang masuk.
[Belum , baru mau sarapan. Nape?]
[Hari ini ke Gili Nanggu kan?]
[Menurut jadwal sih begitu..]
[Abang tunggu ya.. ] balasannya membuatku panas dingin. Langsung tidak semangat untuk sarapan.
[Hah?? Emang abang dimana?]
[Dibandara ini, baru landing]
Seketika aku langsung lemas.. belum siap bertemu abang dan tidak sanggup kalau mimpiku semalam jadi kenyataan. | Cerpen Lucu Petualang Cinta Abang Admin Online Shop Part 11
Bagaimana kalau ternyata dia Bokir beneran?
***
Aku tidak selera sarapan, mematut diri didepan kaca. Meneliti setiap jengkal.
"Duh mukanya gosong, gimana ketemu dia muka gosong begini." gumamku.
"Biarlaah yang penting ada manis-manisnya haha." aku berbicara sendiri lagi. Narsiskus.
Pak Made menjemput tak lama kemudian. Kamipun melanjutkan perjalanan hari kedua liburan. Hari pertama yang ku tunggu , berjumpa dengan abang adminku. Pertemuan yang pada akhirnya ku sesali sepanjang aku mengingat kisah ini.
Jalan dari hotel menuju Gili Nanggu memakan waktu sejam lebih. Dengan kontur jalan yang agak berkelok-kelok dan tidak sarapan membuatku sedikit mabuk darat.
Tiba di tempat penyebrangan, sambil menunggu kapal siap.. kami mempersiapkan diri rusuh sana sini. Hanya bertiga tetapi seperti se Rt. Tertawa-tawa memilih alat snorkel. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling tempat itu. Dan berhenti pada sesosok laki-laki yang aku tak asing dengannya sedang duduk di sebuah gazebo. Dia juga memandangku dan tersenyum.
DEG!
"Abang.. iiii itu abang" batinku menjerit. Ku balik badan mencari pak Made untuk bertanya. Tapi tak kulihat ada dimana pak Made.
"Ren.. yuk" Kemal mengagetkan aku. Ternyata kapal sudah siap. Ku kembalikan pandangan ke abang. Ia mengangguk. Sambil memberikan isyarat agar aku mengecek gawaiku.
Aku pun menggunakan gerakan mata untuk bahasa isyarat itu. Aku paham mungkin abang tak nyaman ada teman-temanku. Akupun tak ingin kalau Kemal dan Lutfi mengetahui aku sedang kopi darat. Bisa rusuh kalau mereka berdua mengetahuinya.
Diatas kapal aku masih memandangi pria itu. Walaupun wajahnya terlihat dewasa tapi ternyata tak se om-om yang kukira. Wajah-wajah nggak malu-maluin kalau dibawa pergi ke undangan. Perasaan aneh mulai menelusup dihatiku. Dia tersenyum ke arahku. "Leleh hayati banggg" aku membatin sambil tersenyum-senyum.
"Siapa itu Ren?" Lutfi menegur ternyata dia memperhatikan aku.
"Hah.. eh anu itu nggak tau. Tadi papasan di toilet." Aku gelagapan.
Pak Made pun ternyata sudah mengetahui, ia tersenyum penuh arti memandangku. Ingin rasanya ku masukan kepalaku ke dalam air laut yang jernih ini.
[Manis banget] aku membaca pesan dari abang diatas kapal. Sambil tersenyum-senyum lagi.
[Gula kali ah. Kalau abang tua banget..wkwkwkwk]
[Kurang ajar hahaha. Nanti abang susul ya. Malu sama temanmu]
[Heheh dari tadi disitu?]
[Belum lama, tadinya mau nyebrang duluan. Tapi keduluan Pak Made]
[Hehe..] aku bingung harus membalas apa.
[Hehe doang.. nanti malam kalau balik ke hotel belum terlalu malam keluar ya]
Jantung berdebar tak tahu diri sepanjang dari melihat abang. Serasa seperti mimpi. Tapi bukan mimpi. Kupu-kupu didalam perutku terbang kesana kemari. Memberikan efek buncahan dihatiku. Dia nyata.
Gili Nanggu memberikan pemandangan yang tak kalah indah. Aku dan kedua temanku diajak ke spot snorkeling untuk melihat ikan badai. Sekumpulan ikan baronang yang sedang berenang. Membentuk seperti putaran angin badai. Indah sekali. Puas berbasah-basahan aku naik ke darat.
Deg! Kulihat Abang sudah berada di Gili Nanggu. Duduk bersama pak Made ditempat tak jauh dari gazebo dimana kami meletakkan barang bawaan sambil menikmati sekaleng softdrink. Aku kembali deg-degan mengambil nafas dalam-dalam berjalan menuju gazebo itu. Pura-pura membereskan barang dan mengambil baju ganti. Lalu dengan pura-pura tidak tahu menuju tempat untuk ganti pakaian.
Sesungguhnya aku tidak siap dan merasa kurang nyaman bertemu dengan abang dengan kulit yang terbakar matahari pantai. Penampilan bukan segalanya. Tapi kesan pertama pasti dilihat dari penampilannya. Setelah merapikan kerudung. Aku keluar dari tempat ganti.
"Ndut.." aku tidak asing dengan panggilan itu. Sedikit kaget karena baru saja keluar toilet langsung di ada yang menegur.
"Eh.. ya.. sebentar" aku memberikan isyarat akan meletakan pakaian kotor di gazebo dan mengambil tas. Lalu kembali menuju tempat dimana abang duduk.
"Sini.." kata abang menggerakan tangannya ke space kosong dibangku yang ia duduki mengisyaratkan agar aku duduk disebelahnya. | Cerpen Lucu Petualang Cinta Abang Admin Online Shop Part 11
Dengan malu-malu aku duduk disampingnya. Angin berhembus lembut sekali. Canggung sekali siang itu. Setelah 2 tahun lebih hanya berbalas pesan. Aku tak percaya bisa bertemu dengannya. Dia yang membuat aku seperti orang gila ketika menatap layar gawai.
"Gimana tadi ikan badainya ada?" Abang membuka pembicaraan pandangannya lurus kedepan.
"Iya ada.." aku menjawab sekenanya
"Kenapa, kok nggak seramai kalau chating?" Abang menyindir membuatku meliriknya yang masih menatap lurus kedepan. "Om-om muda tapi ganteng tapi agak om-om tapi ganteng" dikepalaku suara-suara itu seperti berbisik.
"Hehehe.. malu" jawabku
"Abang tua ya?" Jleb. Abang seolah-olah tau apa yang kupikirkan.
"Eh.. tua pak Made lah hehe, kemana pak Made ya" aku mengalihkan pembicaraan.
"Ada abang yang di cari pak Made hmm"
"Eh anu bang, itu kalau pak Made hilang nanti kalau ketinggalan kapal gimana." Apa yang kupikirkan dengan apa yang kuucapkan saling menghianati. "Duhh ngomong apa coba." Aku merutuki diri sendiri.
Abang tertawa lalu mengalihkan pandangannya ke padaku, aku melihatnya dari ekor mataku. Aku pura-pura memandang lurus kedepan. Hati dag dig dug tak karuan.
"Kamu nggak pake sunblock ndut, sampai terbakar gini" dia menyentuh pergelangan tanganku bekas pakai jam tangan dengan jari telunjuknya menunjukan warna kontras punggung tangan dan lengan
"Iya.. lupa nggak pake" aku mengusap punggung tanganku.
"Hmm... abang seneng akhirnya ketemu kamu, kamu seneng nggak ketemu abang?" Pertanyaannya membuat tingkat ke-nervous-an meningkat beratus-ratus kali. Huaaa
"Hah.. eh iya seneng bang hehe" duh debar jantung ini mempengaruhi pernafasan yang membuat bicaraku jadi tersendat.
"Seneng aja, seneng banget, atau seneng banget banget bangett" tanya abang lagi.
"Hahaha maunya seneng aja apa seneng banget???" Aku memberanikan diri menjawab, mengendalikan deguban jantung bisa ku kuasai 15 menit kemudian.
"Ditanya malah nanya balik kamu" abang mengarahkan tangannya mengacak pucuk kepalaku.
"Ih jilbabku rusak nanti haha" aku membenarkan jilbab yang sedikit miring karena tangan abang.
Abang kembali memandang ke arahku pas akupun juga memandangnya. Cess mata bertemu mata. Ingin rasanya mengubur kepala dengan pasir. Aku malu.
"Habis ini abang kemana?" Aku membuang pandangan lurus kedepan dan mengalihkan pembicaraan.
"Mau makan siang di Sudak situ," abang menunjuk pulau di sebrang tempat kami berada.
"Kamu nanti makan siangnya mungkin di Kedis" ia melanjutkan menunjuk pulau kecil di depan pulau yang ia sebut Sudak.
"Nggak ikut makan sekalian sama-sama?" Tanyaku.
"Nggak, itukan acara kamu sama teman-temanmu.. acara kita nanti malam lain lagi ndut" jawabannya membuat aku menahan senyum yang membuat cuping hidungku mengembang.
"Itu pak Made sudah kembali sama temanmu" abang menunjuk pak made yang berjalan di ujung masih agak jauh.
"Iya.. aku kesana dulu ya bang" aku siap-siap beranjak meninggalkan abang."
"Ndut" abang memanggil dan memegang tanganku dengan cepat. Aku membalikan badan dan tersenyum.
Melihat lelaki dewasa itu memberikan senyum yang sangat manis. "Thank you abang" aku berucap sambil melepaskan tanganku dan berjalan menuju gazebo. "Semoga 2 bocah itu tidak melihat adegan kopi darat tadi" batinku. | Cerpen Lucu Petualang Cinta Abang Admin Online Shop Part 11
- Bersambung -