Malamnya waktu pak long, pang ngah, pak usu datang ke rumah uan (nenek perempuan) barulah Bapak cerita apa yang dia lihat siang tadi. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya Part 2
"Aku lihat bangkit yang serupa benar dengan Said di hulu," kata Bapak.
Bangkit itu hantu.
"Ha? Benarkah apa yang kau kate itu Ud? Tak kah kau silap mate jak?" kata pak long tapi Bapak bersumpah dia melihat hantu Said siang tadi waktu kami bersampan ke desa sebrang.
Aku masih 5 tahun kala itu tapi aku masih ingat percakapan mereka walau tidak seluruhnya. Aku merasa biasa saja tidak takut sama sekali tapi uan dan mak usu segera menghalau kami masuk kamar dan memasang lampu minyak tanah yang paling besar.
Di depan rumah uan, di sebrang sungai terdapat rawa dan hutan yang cukup lebat. Pernah suatu malam aku melihat seperti ada yang sedang memainkan batre.
Cahaya batre itu menyala dan padam berkali-kali. Ketika aku bilang pada datok, datok segera mengangkat badanku dan membawaku ke dalam.
Ketika sudah berada di kamar datok bilang itu bukan nyala batre tapi mata bangkit alias hantu.
Suasana kampung Bapak memang masih sepi, rumah yang terdekat saja berjarak 50 meteran. Tapi sekarang jangan tanya, rumah sudah berderat-deret.
Bapak yakin Said sedang memberi isyarat padanya dan syukurlah saudara-saudara Bapak mau mendengarkan Bapak.
"Besok kita ke hulu, aku yakin Said dibunuh dan mayatnya dibuang di sana."
Keesokan harinya tiga buah sampan beriringan membelah sungai menuju ke hulu, ke tempat dimana Bapak melihat teman kecilnya berdiri dan mengikuti jalur sampan sampai sampan kami masuk ke sungai lepas dan sosok Said menghilang.
Lewat tengah hari gegerlah satu kampung ketika Bapak dan rombongan menemukan tulang belulang jauh di dalam hutan. Tulang belulang itu diyakini sebagai tulang belulang Said.
Jaman itu tidak perlu tes DNA dan uji forensik, cukup keterangan Bapak yang bilang bahwa dia melihat hantu Said di tepian sungai dan warga yang masih kental kepercayaannya pada hal-hal gaib percaya tulang belulang yang dibawa rombongan memang tulang belulang Said.
Berdasarkan pengalaman yang antaranya belum lama. 1969 ke 1971 Bapak percaya, penglihatan anak-anak itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan maka dia bertekad akan menyelidiki tempat itu.
Bersama kawan-kawan sejawat Bapak memeriksa sejengkal demi sejengkal tanah di antara rimbunnya pohon pinus dan rapatnya pohon bambu.Pencarian mereka tidak sia-sia. Mereka menemukan sebuah makam yang ditimbun dengan beberapa batu besar. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya Part 2
"Aku lihat bangkit yang serupa benar dengan Said di hulu," kata Bapak.
Bangkit itu hantu.
"Ha? Benarkah apa yang kau kate itu Ud? Tak kah kau silap mate jak?" kata pak long tapi Bapak bersumpah dia melihat hantu Said siang tadi waktu kami bersampan ke desa sebrang.
Aku masih 5 tahun kala itu tapi aku masih ingat percakapan mereka walau tidak seluruhnya. Aku merasa biasa saja tidak takut sama sekali tapi uan dan mak usu segera menghalau kami masuk kamar dan memasang lampu minyak tanah yang paling besar.
Di depan rumah uan, di sebrang sungai terdapat rawa dan hutan yang cukup lebat. Pernah suatu malam aku melihat seperti ada yang sedang memainkan batre.
Cahaya batre itu menyala dan padam berkali-kali. Ketika aku bilang pada datok, datok segera mengangkat badanku dan membawaku ke dalam.
Ketika sudah berada di kamar datok bilang itu bukan nyala batre tapi mata bangkit alias hantu.
Suasana kampung Bapak memang masih sepi, rumah yang terdekat saja berjarak 50 meteran. Tapi sekarang jangan tanya, rumah sudah berderat-deret.
Bapak yakin Said sedang memberi isyarat padanya dan syukurlah saudara-saudara Bapak mau mendengarkan Bapak.
"Besok kita ke hulu, aku yakin Said dibunuh dan mayatnya dibuang di sana."
Keesokan harinya tiga buah sampan beriringan membelah sungai menuju ke hulu, ke tempat dimana Bapak melihat teman kecilnya berdiri dan mengikuti jalur sampan sampai sampan kami masuk ke sungai lepas dan sosok Said menghilang.
Lewat tengah hari gegerlah satu kampung ketika Bapak dan rombongan menemukan tulang belulang jauh di dalam hutan. Tulang belulang itu diyakini sebagai tulang belulang Said.
Jaman itu tidak perlu tes DNA dan uji forensik, cukup keterangan Bapak yang bilang bahwa dia melihat hantu Said di tepian sungai dan warga yang masih kental kepercayaannya pada hal-hal gaib percaya tulang belulang yang dibawa rombongan memang tulang belulang Said.
Berdasarkan pengalaman yang antaranya belum lama. 1969 ke 1971 Bapak percaya, penglihatan anak-anak itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan maka dia bertekad akan menyelidiki tempat itu.
Bersama kawan-kawan sejawat Bapak memeriksa sejengkal demi sejengkal tanah di antara rimbunnya pohon pinus dan rapatnya pohon bambu.Pencarian mereka tidak sia-sia. Mereka menemukan sebuah makam yang ditimbun dengan beberapa batu besar. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya Part 2
Ketika digali mereka menemukan jasad om Kusno.
Penemuan itu membuat suasana lingkungan kami sangat mencekam. Semua warga jadi teringat kembali ketika anak-anak mereka bilang melihat ada bayangan di antara pohon bambu ketika mereka akan bermain bola di aula.
Atau yang paling menyeramkan ketika adikku cerita ketemu dengan lelaki yang mukanya rusak waktu dibawa anak laki-laki yang lebih besar mencari bebeletokan. Aku tidak tahu bahasa Indonesianya apa. Yang jelas bebeletokan itu bambu kecil yang biasa dijadikan senjata mainan oleh anak laki-laki.
Waktu adikku bilang ada laki-laki yang wajahnya rusak, yang lain tidak percaya karena mereka tidak melihat siapa-siapa. Barulah hari itu semua anak melihat sosok om Kusno, walau hanya sekelebat tapi sungguh menimbulkan kegemparan dan teror luar biasa.
Om Kusno dimakamkan dengan layak menggunakan upacara militer dan dimasukkan ke peti mati yang kokoh.
Sayang, orangtua dan keluarga om Kusno tidak ada yang bisa datang karena tahun 71 keadaan masih serba darurat. Kalaupun bisa datang pasti butuh berhari-hari sementara tidak mungkin jasad om Kusno disemayamkan lebih lama lagi di aula.
Dan sampai hari ini, di aula sering terjadi penampakan-penampakan dan suara-suara yang entah dari mana asalnya. Bahkan waktu taraweh tiba-tiba ada seorang wanita berwajah hijau kekuning-kuningan yang ikut solat berjamaah tapi ketika salam di rakaat terakhir sosoknya langsung menghilang. Soal penampakan dan suara-suara di aula nanti akan diceritakan minggu depan. Oke? |Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya Part 2
Penemuan itu membuat suasana lingkungan kami sangat mencekam. Semua warga jadi teringat kembali ketika anak-anak mereka bilang melihat ada bayangan di antara pohon bambu ketika mereka akan bermain bola di aula.
Atau yang paling menyeramkan ketika adikku cerita ketemu dengan lelaki yang mukanya rusak waktu dibawa anak laki-laki yang lebih besar mencari bebeletokan. Aku tidak tahu bahasa Indonesianya apa. Yang jelas bebeletokan itu bambu kecil yang biasa dijadikan senjata mainan oleh anak laki-laki.
Waktu adikku bilang ada laki-laki yang wajahnya rusak, yang lain tidak percaya karena mereka tidak melihat siapa-siapa. Barulah hari itu semua anak melihat sosok om Kusno, walau hanya sekelebat tapi sungguh menimbulkan kegemparan dan teror luar biasa.
Om Kusno dimakamkan dengan layak menggunakan upacara militer dan dimasukkan ke peti mati yang kokoh.
Sayang, orangtua dan keluarga om Kusno tidak ada yang bisa datang karena tahun 71 keadaan masih serba darurat. Kalaupun bisa datang pasti butuh berhari-hari sementara tidak mungkin jasad om Kusno disemayamkan lebih lama lagi di aula.
Dan sampai hari ini, di aula sering terjadi penampakan-penampakan dan suara-suara yang entah dari mana asalnya. Bahkan waktu taraweh tiba-tiba ada seorang wanita berwajah hijau kekuning-kuningan yang ikut solat berjamaah tapi ketika salam di rakaat terakhir sosoknya langsung menghilang. Soal penampakan dan suara-suara di aula nanti akan diceritakan minggu depan. Oke? |Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya Part 2