Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya

Tahun 1971, aku masih kelas 1 SD waktu itu. Awal bulan selalu ikut emak ke aula untuk berkumpul bersama warga-warga lain menerima pembagian beras dan kasbon sembako untuk sebulan ke depan.

Aku dan teman-teman sebaya bermain sampai jauh ke belakang aula, ke perbatasan Asrama Brimob dengan kampung lain yang dibatasi oleh kali berarus deras dan masih dirindangi oleh pohon-pohon pinus dan pohon bambu. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya

Tampak di bawah sana, anak laki-laki yang lebih besar dariku turun ke kali, berbasah-basahan mencoba menangkap ikan yang mungkin saja hanyut dari kolam warga.

Tiba-tiba kami melihat seorang laki-laki mendekat ke arah mereka. Entah dari mana datangnya.

Sedetik kemudian anak-anak lelaki itu berteriak sekuat-kuatnya,"Om Kusno! Om Kusno!" mereka berlari menuju aula dengan kecepatan tinggi diikuti oleh kami anak perempuan yang masih kecil-kecil dengan kecepatan setara.

Kami menyerbu aula dan membuat kegaduhan di sana dengan berteriak-teriak serempak,"Ada om Kusno di kaliiii!!!"

Ibu-ibu kami terkejut dan dengan panik menenangkan sambil berusaha memberi pengertian kalau orang yang sudah mati tidak mungkin bisa menampakan diri.

Tapi kami menangis ketakutan dan berusaha meyakinkan ada om Kusno di kali. Semua orangtua di sana hanya tertawa kecil dan kompak berpikiran sama, itu semua hanya ilusi anak kecil.

Tapi Bapak percaya. Bapak percaya pada hal-hal gaib sebab Bapak lahir di sebuah kampung di Kalimantan Barat yang waktu itu tahun 40an masih banyak masyarakat melakukan praktek tuju (santet).

Bapak sering cerita, kalau pulang mengaji dengan kawan-kawannya mereka suka melihat bola api di angkasa. Mereka berhenti dan melihat bola api akan jatuh di rumah siapa. Kalau bola api itu sudah turun di sebuah rumah maka bapak dan kawan-kawannya membawa obor masing-masing berlarian ke rumah tersebut dan menunggu dengan cemas apa yang akan terjadi pada si pemilik rumah.

Benar saja, besoknya si pemilik rumah akan meninggal mendadak atau diserang penyakit aneh yang tidak bisa diobati.

Bapak percaya om Kusno menampakkan diri pada anak-anak untuk menyampaikan pesan agar mereka mencari jasad om Kusno yang sampai hari itu belum ditemukan.

Bapak ditertawakan tapi Bapak punya alasan kuat untuk mempertahankan pendapatnya.

Tahun 1969 kami pulang ke Pontianak tepatnya ke Siantan.

Itulah kali pertama Bapak pulang kembali ke kampungnya setelah 15 tahun pergi ke tanah Jawa jadi anggota Brimob. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya

Baru dua minggu kami di kampung, Bapak mendengar kabar dari anggota Brimob yang lain bahwa terjadi bentrokan antara Brimob dan Armed.

Anggota Armed mengepung barak dan terjadi baku tembak yang mengakibatkan tewasnya om Kusno.

"Tapi kami tidak tahu Kusno dibawa kemana. Kami takut Kusno dicincang oleh mereka dan dibuang ke tempat yang tidak kami ketahui." Begitu Bapak mendapat kabar dari kawan sejawat.

Dan pada waktu di kampung inilah Bapak mengalami peristiwa yang tidak bisa diterima akal sehat yang membuatnya percaya bahwa om Kusno menampakkan diri karena mencoba memberi pesan.

Jadi, waktu kami sampai di kampung Bapak mendapat kabar bahwa teman kecilnya Said tiba-tiba menghilang sekitar 5 tahun yang lalu.

"Katanya pergi ke Sambas tapi disusul ke sana tak ade," kata keluarga pak Said.

Tahun 1969 dimana sarana komunikasi dan transportasi masih sangat minim dan terbatas mengakibatkan pencarian Said dihentikan. Keluarga percaya Said memang ada di Sambas dan suatu hari akan pulang kemabli ke kampung.

Suatu siang Bapak menyewa sampan dan mengajak emak, aku dan adikku untuk mengunjungi guru SDnya di kampung seberang.

Sampan sudah tertambat di sungai di depan rumah. Sayang sekali sungai yang bisa dilalui dua buah sampan itu sekarang sudah tidak ada berganti dengan ruko dan perumahan.

Kamipun naik ke atas sampan. Datok memegang dayung di depan sementara bapak di belakang. Kami duduk di tengah melihat hutan-hutan yang sangat lebat dan gelap. Sekali-kali kami mendengar suara aneh dari dalam hutan.
"Itu suara monyet. Nah lambaikanlah tangan biar mereka senang," kata Bapak.

Setelah agak jauh dari kampung dan sampan mulai masuk ke sungai lepas, tiba-tiba Bapak menghentikan dayungannya.

"Nape berhenti?" datok memutar kepalanya.
"Tada," jawab Bapak dan kembali mendayung.

Aku yang duduk berhadapan dengan Bapak melihat Bapak seperti melihat sesuatu. Wajah Bapak tampak kaget, matanya membulat sesaat tapi dia pura-pura bersikap tidak apa-apa.

Tapi sepanjang sungai Bapak tampak gelisah. Matanya terus mengamati garis hutan dan sesekali menoleh ke belakang seperti sedang memastikan sesuatu.

"Ada apa?" tanya si emak was-was melihat gelagat Bapak yang mencurigakan dan membuat takut. "Gak ada apa-apa," jawab Bapak tapi kami tahu Bapak bohong. "Apa yang kau lihat, Ud?" tanya Datok.
"Tada!" lagi-lagi Bapak menjawab. | Cerpen Misteri Mereka Yang Telah Menunjukan Tempatnya

- Bersambung -