Mengenangmu Memang Sungguh Berat

Alunan nada Maudy mengajakku melayang ke masa lalu.. *Satu Bintang Di Langit Kelam* Angkasa tanpa pesan,

merengkuh s’makin dalam Berselimut debu waktu, Ku menanti, cemas… Kau datang dengan sederhana

Satu bintang di langit kelam Sinarmu rimba pesona Dan kutahu, t’lah tersesat.. Kukejar kau, tak kan bertepi

Menggapaimu, tak kan bersambut Sendiri membendung rasa ini Sementara kau membeku….

Khayalku terbuai jauh Pelita kecilmu.. Mengalir pelan.. Dan aku..terbenam.. Redup kilaumu tak mengarah..

Jadilah diriku selatan.. Namun tak kau sadari  Hingga kini.. dan nanti.. (Rida Sita Dewi – 1995)

Aku tak henti tersenyum ketika ingat 'slide' masa dulu yang sungguh sangat manis untuk di kenang..Lagu itu mewakili perasaanku kala itu.. dan aku cukup mengenangmu..

Karena mengenang masa lalu itu BERAT!! | Cerpen Sedih Mengenangmu Memang Sungguh Berat 

Kau tak kan bisa mengenangnya..

Bahkan engkau pasti lupa..

Biar aku saja yang mengenangnya..

kamu jangan..

Kukayuh sepedaku perlahan menembus deretan para siswa yang berebutan ingin segera pulang.

Masih sama yang kulakukan setiap hari.. melihat sepedamu masih terparkir di tempat favorit itu..aku menduga kamu pasti belum pulang sekolah.

Ah kadang aku terlampau sangat berharap bisa pulang bersamamu setiap hari, tetapi..jangankan bisa bersamamu.. untuk melihatmu berpapasan saja aku hanya diam..tak bergerak mengarah padamu..aku fans beratmu, tapi aku takut meski sekedar menyapamu..

Laju sepedaku melewati belokan kecil jalanan menuju rumah..tiba-tiba, teman-temanku berteriak..

"Rik, kejar !!"..

Spontan aku yang berada di depan teman-temanku pun berusaha mengejar sesosok tubuh yang melesat di depanku..

"Huft..Dia", makin semangat aku mengejarnya..tetapi apa daya, tenaga perempuan dan lelaki jauh berbeda, dan ia melesat jauh..aku masih terengah-engah di belakang, melewati beberapa kelokan..

Mengejar laju sepedamu itu BERAT !!! Pasti engkau tak sanggup..

Biar aku saja yang mengejarmu..

Aku Sanggup !!**

Tba-tiba aku melihatnya berhenti, sesekali turun memeriksa roda ban sepedanya.. lekas aku turunin kayuhan sepedaku dan mulai menjejari langkahnya.. roda ban sepedanya bocor..

Meski terengah-engah, aku rela menjejarinya menuntun sepedaku berdua dengannya melewati jalanan yang masih jauh dari rumah.. kebetulan, pikirku..

"Mas, kenapa ?"

"Bocor".. duuhhh jawaban singkatnya membuat aku terbuai.. ah mungkin aku hanya mendengar desingan angin tanpa suara, tapi kutahu itu sangat indah terdengar di telinga.

"Ya udah..saya temani yaa", ujarku.

"Sudah, tak apa-apa, aku bisa", ia menjawab tanpa ekspresi..mungkin marah atau entah, aku tak tahu.

Hhmmm.. setelah itu tanpa kata aku tetap menjejari langkahnya..menemanimu sepanjang waktu meski engkau hanya diam saja.. aku sanggup !!!

Dan sepanjang perjalanan melewati berkelok-kelok belokan pun engkau tetap sama.. diam..membisu.. membeku..

Sedangkan aku masih berusaha menyalakan pelitamu, tapi tetap ku tak bisa.. tak bisa melupakan masa itu..

(Rury, 1992)

Aku, selalu berempat sama temanku setiap pulang pergi sekolah, semua masing-masing sudah punya pacar, sedang aku masih menunggu nyala pelita itu menerangi hatimu..

Mereka sering memanggilku bukan dengan namaku, tetapi selalu memanggilku dengan namamu tiap datang kerumahku

"Eki.. yuk pergi sekolah !"

Aku tak bisa membuat mereka diam, mungkin semua sudah tahu bahwa aku menyukainya..

Sering teman-temanku berkata :

“Dia pasti nyesel tuh sekarang. Mau lari kemana juga, nggak akan ketemu lagi perempuan kayak kamu.. kamu pejuang cinta.."

Ha..ha.. aku tersipu mendengarnya.. tapi aku tak tahu..mengapa engkau tak pernah membuka pintu ruang hatimu untukku.

Masih ingat juga.. setelah seminggu lamanya terbaring di rumah sakit, temanku bilang,

"Ayo cepat sembuh, mas Eki nanyain teruss.."

Aku tak percaya..dan menganggap itu cuma bualan temanku, tapi diam-diam aku persiapkan diri menuju esok hari..

Esoknya, meski masih lemah badanku, aku tetap berangkat ke sekolah, berharap pelita itu berpendaran diwajahmu..

Di pintu parkiran, terkesima aku melihat sosokmu yang telah seminggu lebih ku rindu, tiba-tiba mendatangiku..

"Sakit apa ? Kok nggak pernah ke sekolah lagi, sudah sembuh ta ?"

Byuhh.. pertanyaannya seperti obat ratusan dokter yang memeriksaku. Aku seakan melayang-layang seperti penari india yang sedang menari dibawah pohon flamboyan yang rindang depan lokasi tempat parkir sepeda.

Tercekat mulut dan kerongkonganku tak bisa menjawabnya, hanya tersipu malu, itu pertanyaan paling panjang darinya.. apakah ia rindu padaku ? Oh..oh.. hingga ia pulang dan berlalu di depanku, aku hanya tertunduk malu.. kemudian melihat punggungnya saja buatku rindu..

Andai waktu bisa berputar ke arahku, adakah rasa yang sama ia berikan untukku ? Apakah aku harus sakit dan mendapat perhatian mu ? | Cerpen Sedih Mengenangmu Memang Sungguh Berat