Mari Kita Belajar Dari Alam Semesta

Aku adalah serangga Fomicidae yang jumlah spesiesku banyak, sekitar 12.000. Tubuh kecilku sangat rentan dengan kematian | Cerpen Islami Mari Kita Belajar Dari Alam Semesta

Maka eksistensi hidup benar-benar terpatri dalam benak jiwa kami. Kemudian, kami bersyukur pada Tuhan, bukankah Tuhan manusia adalah Tuhan kami juga?


Aku dan sahabat-sahabat ku lebih suka menyebut Tuhan adalah Allah SWT. Entahlah, meski mungkin banyak versi Tuhan di muka bumi ini. Allah SWT mengaruniai kami otak yang cukup besar, itu sebabnya kadang antara tubuh dan kepalaku nyaris sama besar, ya itu tadi, untuk sel otak yang jumlahnya tak kurang dari 25.000, bisa dibayangkan, untuk ukuran tubuh yang mungil ini aku harus bertahan hidup dari terpaan angin, dari genangan banjir, dari tangan-tangan manusia yang menggerus kami bersama seduhan teh hangat atau roti-roti yang mereka makan.
Mungkin mereka lupa, ada kehidupan yang harus dijaga.

Meski mungil, tak lebih dari 1 cm, aku bisa mengangkat 50 kali beban berat dari tubuhku sendiri. Aku pernah ketangkap basah, di foto sama Mas Frenki Jung, ketika aku dan kawan-kawan mengangkat seekor ulat yang cukup besar, sontak, beberapa hari kemudian aku bak artis papan atas, nama kami disebut-sebut dan di lansir dalam Daily Mail. Ah, itu keajaiban menurut manusia, padahal bagi kami itu biasa saja. Begitulah cara kami mencari makan. Kami harus berdarah-darah, mempertaruhkan nyawa.

Kami adalah serangga paling tahu diri, tahu tugas dan peran kami masing-masing, kami adalah semut pekerja, semut tentara sebagai pelindung istana, dan Ratu semut sebagai pengatur roda pemerintahan kerajaan. Kami tidak bernafsu seperti manusia yang tak tahu diri itu. Kadang nekat jadi pemimpin, padahal basic kepemimpinan saja tidak punya, paling cuma googling di internet. Terus berkoar-koar saat kampanye. Haha lucu sekali mereka.

Kehidupan yang harmonis selalu kami ciptakan, kami bergotong royong jika tak mampu mengangkat makanan sendiri, misal kami mendapat roti yang tak mampu kami bawa, maka teman-teman saling membantu meringankan beban, di istana kami berpesta berhari-hari. | Cerpen Islami Mari Kita Belajar Dari Alam Semesta

Jangan salah, meski kadang kami mati di tangan para manusia yang tak berbelas budi, kami ahli dalam strategi perang, jika musuh datang kami mampu berhari-hari mempertahankan diri, menang adalah tujuan bagi kami, tapi mati syahid jauh lebih mulia dibanding mati dalam keadaan hina, bisa dibayangkan jika kami jadi penghianat kerajaan? Maka berbulan-bulan kami jadi pesakitan bagi musuh, jadi budak dan di bully setiap saat. Ah, mengenaskan sekali.

Usia rata-rata kami para pekerja ini hanya sekitar 45-60 hari saja, kami bisa mati setiap saat, terpeleset dan terbawa arus jika hujan, maka tiada yang bisa menolong kami, kami terlalu kecil untuk bisa menyangkut di ranting atau akar, sementara tangan kami tak cukup kuat menahan derasnya air. Tapi, Sang Ratu bisa bertahan 20 tahun. Ini luar biasa sekali, bukan?

Kami saling sapa, memadukan sungut jika jumpa teman-teman yang kebetulan satu jalan, saling mengucap salam, atau sekedar bertanya "dapat makanan apa untuk istana, kawan?" Laku kami berpisah sambil mengucapkan semoga kamu bahagia. Kadang heran juga sama manusia, sanggup membuang muka jika bertemu saudara seiman. Oh My God, ini pemikiran yang sangat gokil sekali. Kalah dengan bangsa semut.

Satu lagi kalian harus tahu, ini penting. Kami bangsa semut diabadikan dalam sebuah judul surat dalam Alquran, apalagi kalau bukan An-naml, artinya semut. Perkaranya simpel, ketika jaman dulu para pendahulu kami menginstruksikan kepada teman-teman satu koloni untuk masuk ke sarang, sebab Nabi Sulaiman dan para balatentaranya melintas disebuah jalan, kami takut tergilas, mati. Padahal mereka para tentara Sulaiman tidak menyadari keberadaan kami.
Siapa yang mau disalahkan? Tidak ada, itu salah kami sendiri, jikapun kemudian kami dipersidangkan di pengadilan, hakim takkan membela bangsa kecil seperti kami, tentu Sulaiman sang Raja kehidupan lah yang menang.

Tapi, Allah SWT Maha Baik, cuma urusan sepele seperti itu saja kemudian kami jadi trending topik, setiap hari mereka baca surat kami, atau paling minimal setahun sekali saat ramadhan.
Ini keistimewaan tak terbantahkan, kata pendahulu kami "Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar tidak diinjak Sulaiman dan balatentaranya sedang mereka tidak menyadari (An-naml: 18).
MasyaAllah! | Cerpen Islami Mari Kita Belajar Dari Alam Semesta