Balada Soerang Sekretaris Yang Jatuh Cinta

Sebentar Winna melihat arloji yang melingkar anggun di pergelangan kirinya, sebelum mata coklatnya kembali memandang cermin di atas meja rias, yang memantulkan wajahnya. Wajah yang semua orang setuju. Cantik, penuh percaya diri dan menantang ...! | Cerpen Cinta Balada Soerang Sekretaris Yang Jatuh Cinta 

Walau usianya telah dua tahun meninggalkan angka tiga puluh.

Selama ini Winna memiliki kegairahan hidup yang menyenangkan. Penuh semangat, gairah dan optimisme. Meski kedua adik perempuannya telah 'melangkahinya' dan sudah memiliki anak-anak yang lucu lagi menggemaskan, dia sama sekali tak terganggu.

Winna bekerja sebagai seorang sekretaris senior di sebuah perusahaan besar dan bonafite. Paduan antara kecerdasan, kecantikan dan kemampuannya membawa diri, membuat kariernya cepat melambung. Walau rasa iri tak terelakkan melihat promosi yang terus menerus diberikan padanya, namun dalam hati semua rekan kerja sekantornya setuju, Winna memang pantas mendapatkannya, karena dedikasi dan loyalitasnya yang tinggi.

Untungnya Winna bukan orang yang gampang besar kepala. Dia baik hati, supel, ramah dan satu lagi keistimewaan. Winna pemegang rahasia yang tangguh! Sehingga ia tak pernah kekurangan teman, dan bisa dipercaya.

Namun ada satu kelemahannya. Dia suka berganti pacar ...!

Sudah tak terhitung lagi lelaki yang pernah ia kencani. Dan Winna tipe perempuan yang tak pernah betah berhubungan dalam waktu yang lama. Dalam perasaannya seperti ada kebosanan yang mendadak menyerbunya. Yang sudah-sudah, hanya mampu bertahan tiga sampai empat bulan saja. Dan Winna sangat senang mampu menundukkan mereka. Jangan berani bertaruh dengannya tentang yang satu itu.

Lelaki tipe es sekalipun, akan mencair dalam genggamannya!

Sebenarnya, teman dan keluarganya tak sekali dua kali mengingatkan perilaku Winna tersebut. Tapi, semakin banyak komentar dan petuah, maka semakin gencar ia akan mengabaikan nasihat itu.

Bagi Winna, jika dalam kurun waktu tiga sampai empat bulan, saat ia mulai terperangkap dalam kebosanannya sendiri. Maka ia akan meminta putus kepada sang pacar, dan sang pacar tak perlu tahu apa dan mengapa ia bersikap demikian. Tak ada kewajiban bagi Winna untuk 'berbaik hati' menerangkan kepada sang kekasih secara detail.

Dan Winna tahu pasti, ujung-ujungnya si cowok hanya akan merengek, menjadi lembek dan cengeng. Kemudian menjual air mata, kesedihan dan kenangan-kenangan lainnya. Berharap Winna memberikan respin balik. Tidak jadi memutuskan sang pacar. Memang, seratus prosen begitulah muaranya. Namun Winna kukuh, ia tak peduli dan tetap saja 'mengeksekusinya' dengan perasaan tegar.

Pernah ada yang menyinggung tentang hukum karma, dia malah tertawa lepas.

"Saat aku berbuat kebaikan aja, gak ngarepin bangat Tuhan bakal membalasku, setimpal atau berlipat, saat aku belajar tentang rasa ikhlas. Ehh, giliran aku sedikit saja membuat perasaan orang lain sedih, kenapa kalian seperti berusaha mengingatkan Tuhan untuk menghukumku dengan karma. Percayalah, Tuhan tak perlu diingatkan untuk hal apapun."

Dan Winna semakin menikmati, tetap tenang melenggang, merasa berada di atas angin jika itu masalah mendapatkan seorang pacar. Tak pernah merasa kesulitan. Ia senantiasa berbaik sangka saja terhadap lelaki yang kebetulan sedang menjalin hubungan asmara dengannya. Ia merasa betul-betul menikmati kisah percintaannya. Putus, dan cari lagi! Semudah memoles bedak tabur pada parasnya.

Tapi, itu tiga bulan yang lalu ...!

Karena sudah tiga bulan ini, Winna jatuh cinta! Benar-benar jatuh cinta!

Hingga hari-harinya berasa tak nyaman dan sangat mengganggu aktifitasnya. Dia, belum pernah merasakan perasaan yang nikmat sekaligus memporakporandakan seluruh emosi dan nalurinya. Berasa dicubit-cubit saja hatinya. Entahlah, serasa tak nyaman bila tidak segera berhubungan dengannya. Pria ini, sungguh telah membuat luluh dan terjungkal hati pun perasaannya. Sudah sering, dalam beberapa jam saja dia menjadi gemas dan geram tanpa alasan yang masuk akal, andai tidak melihat atau minimal mendengar suara Blue ...!

Lelaki yang ia yakini akan menjadi pasangan hidupnya kelak!

Blue, adalah pemilik sebuah event organiser yang dikontrak oleh perusahaan tempat Winna bekerja untuk mengadakan launching produk terbaru mereka. Usianya ... terpaut lima tahun lebih tua dari Winna. Wajahnya cukup tampan, tapi wawasannya yang luas dan sense of humour-nya yang tinggi membuatnya terlihat memikat.

Bersama Blue, Winna tak pernah bosan juga kehabisan bahan obrolan. Selalu saja dia mendapatkan sesuatu yang baru bila berbincang dengan Blue. Dari soal pesawat antariksa sampai peralatan dan perlengkapan dapur, dari perbincangan seputar dunia susastra sampai jenis-jenis hama tanaman. Mulai situasi politik global dan terkini hingga seluk beluk kesehatan dan dunia medis yang canggih.

Kelihatannya Winna tak bertepuk sebelah tangan. Blue selalu ada kapanpun dia membutuhkannya. Setiap hari mereka saling menelepon atau minimal berkirim pesan lewat sebuat aplikasi di internet.

Makan malam, nontin di gedung sinema kesayangan atau clubing sudah sering mereka lakukan. Setiap pertemuan bagi Winna sangat berharga. Betapapun sibuk atau lelahnya dia, Winna selalu mempunyai energi ekstra bila Blue, sang kekasih ... mengajaknya keluar. Kendati sempit waktu yang dimiliki, dia tidak dapat menahan diri untuk mengetahui apa yang sedang Blue kerjakan. Blue baginya adalah udara yang dia butuhkan.

Tanpa Blue, Winna merasa akan mati lemas!

Winna sangat bahagia. Sempat muncul kekahawatiran di hatinya akan kelanjutan dari masa depan jodoh. Biasanya muncul selepas ... ia memutuskan sang pacar. Membuatnya terpajang pada dereta nama-nama mantan. Ada rasa bersalah sebenarnya, tapi tidak terlalu lama dan sama sekali tidak mempengaruhi geliat terjang gairah hari-harinya. Kesibukan kerja, salah satu sebab Winna cepat membuat nama mereka segera terlupakan. Hanya sedikit kenangan manis yang tak meninggalkan bekas hingga ke rongga tempat jantung meliang.

Tadinya ia juga sempat khawatir.

"Adakah kemudian jika sampai hari ini tiada yang pas di hati? Bukankah sudah tidak ada lelaki lajang yang tersedia untuk wanita karier berusia tiga puluh tahun lebih? Yang ada hanya duda atau suami orang ... huhh!"

Begitu batin sesak Winna.

Tapi ada Blue. Dan Winna telah jatuh cinta padanya. Pun Blue, punya perasaan yang serupa.

Ya, mungkin juga. Walaupun Blue tidak pernah menyatakan isi hatinya pada Winna, tapi dia yakin bahwa Blue tahu bahwa Winna telah jatuh cinta padanya, karena Winna tak pernah berusaha untuk menutupinya.

"Mungkin dia tipe lelaki yang berhati-hati dalam hal ini. Mengingat umurnya sudah tiga puluh tujuh lebih beberapa bulan, dan masih betah melajang. Padahal dia cukup menarik dan punya usaha yang bagus. Barangkali, ia pernah punya pengalaman pahit soal cinta."

Kata sahabatnya ketika Winna curhat tentang Blue yang tak pernah terbuka.

"Pokoknya kamu sabar aja dulu. Nikmati aja. Adanya komitmen, kadang membuat pria gentar untuk menyunting gadis atau perempuan pilihannya. Inilah, kadang yang selalu lewat dan tak pernah disadari oleh kebanyakan kaum Hawa. Bisa jadi, ia malah langsung melamarmu.

kan, bukan lagi anak SMU," katanya kemudian.

Dan sungguh, Winna memang menikmati hari yang lewat dengan cinta yang kian berbunga setiap detiknya. Tak ada sesuatu apapun yang dapat merusak suara hatinya. Tidak ada ...!

Kecuali ketika dia menyanggupi ajakan Blue makan siang di sebuah food court pada sebuah mal. Padahal Winna tahu, ia hampir tak punya waktu, karena ada rapat divisi jam dua siang. Tapi Winna tak mau melewatkan kesempatan sekecil apapun untuk bersama Blue. Lagi pula lokasi mal tidak terlalu jauh dari komplek perkantoran tempat perusahaan Winna berada. Dan Blue bersedia menjemputnya.

"Aku lagi kepengin makan laksa. Laksa di sini top deh punya, kamu pernah coba?"

"Belum. Apa itu laksa?"

Kata Winna sambil menggeleng mesra.

"Nanti aku pesenin deh, tapi kalau kamu enggak suka, bilang aja. Perutku kuat kok muat dua porsi."

Winna tertawa berderai. Tapi tiba-tiba dia merasa tangan Blue mengejang mendadak. Ketika dia menoleh, dia mendapatkan Blue seadang menatap seseorang dengan wajah yang pias.

Seorang wanita hamil yang sedang duduk di sebuah meja. Wanita berpostur mungil dengan wajah yang segar. Rambutnya tergerai lurus melewati bahu dibiarkan terjuntai. Blue ... masih terpaku di sana.

Hati-hati Winna menegurnya ...

"Mas Blue?"

Blue tersentak.

"Kenapa?," tanya Winna sehalus mungkin.

"Ohh, enggak. Itu seperti teman kuliahku dulu deh."

Jawab Blue sambil menunjuk wanita itu dengan dagunya.

Sebentar kemudian, dia mengapit lengan Winna dan melangkah mendekati wanita itu. Winna, berdesir sangat kencang.

"Hemm, begitu ya Mas ..."

Winna menggumam dalam hati.

Batinnya bersuara berat. Suara dari sekepal hatinya yang sungguh tak ingin terluka. Menggemakan nada dari perasaannya yang sebenarnya tak siap berurai air mata. Sungguh!

"Karmakah? Tapi ... mengapa harus Blue yang menjadi jelmaan karma itu?"

Cepat kelebat pikiran Winna melintas silih berganti. Jantungnya berdetak kencang, saat langkahnya tinggal beberapa jengkal dari kursi tempat perempuan itu duduk. Matanya sempat menangkap kesempurnaan paras perempuan tersebut dari samping bahu kanan Blue.

"Perempuan itu lebih muda dariku, dan cantik ...!"

Hati Winna bersuara dengan lenguh lenguh lunglai ....

"Desy ...?"

Sapa Blue, dengan suara serak gemetar. Tangannya yang menggandeng lembut lengan Winna mulai lembab berkeringat. Dan Winna bisa merasi itu .... | Cerpen Cinta Balada Soerang Sekretaris Yang J-tuh Cinta 

- Bersambung -