Bola matanya bergerak dengan liar ditingkahi suara tawa yang nyaring tak berkesudahan.
Aku menatapnya dari luar ruangan.
Tubuhnya ringkih, rambutnya lurus tak terawat. Dia berada di dalam ruang isolasi, terpisahkan dari pasien yang lain. | Cerpen Misteri Kulihat Sosok Dengan Bola Mata Liar
Suster Indah mendekatiku.
“Dia pasien lama. Semakin hari halusinasinya semakin menguat.”
“Sudah berapa lama dia dirawat di sini, Sus?”
“Tiga tahun, Bu.”
“Pasti berat penderitaan yang dia rasakan.”
Suster Indah mengangguk.
“Kalau malam hari, saya yang tugas jaga, saya nggak pernah berani mendekat ke ruangannya, Bu. Matanya liar, saya agak takut melihatnya.”
Aku tersenyum sambil mengangguk. Matanya yang terlihat mengancam itu pasti terasa lebih menyeramkan di malam hari.
Entah, apa yang terjadi dalam kehidupannya. Pasti, bukan hal yang ringan. Aku percaya, mata adalah jendela jiwa. Lalu, jiwa seperti apa yang berada di balik mata yang begitu menakutkan?
Kupandangi lagi perempuan itu. Tawanya telah berhenti. Mata liarnya kini tiba-tiba menatap ke arahku. Dia menggeram, dia mengancamku dengan mata liarnya.
“Schizophrenia Paranoid yang akut, Bu Ratih,” ujar Suster Indah tiba-tiba.
“Sepertinya memang seperti itu. Biar, saya lihat nanti statusnya.”
“Dia juga tidak pernah ada yang jenguk, Bu. Pembayaran rawat inap, sih, lancar. Tapi, keluarga yang membayarkan tidak pernah sampai ke sini.”
“Menyedihkan sekali nasibnya. Sudah menderita, dibuang pula oleh keluarga.”
Suara amarahnya tak juga berhenti ketika kutinggalkan ruang isolasi tempatnya dirawat.
Rasa penasaran tentang penyebab dan diagnosa penyakit yang dideritanya membuatku segera menuju lemari tempat penyimpanan status pasien. Sebagai Psikolog yang baru saja berdinas, belum banyak status pasien yang kubaca.
Namanya Rini. Belum menikah. Usianya baru 25 tahun. Anak ketiga dari lima bersaudara. Mulai mengalami gangguan kejiwaan sejak usia lima belas tahun, tapi dirawat di rumah sakit ini sejak tiga tahun yang lalu. Hmmm, berarti sudah sepuluh tahun, dia menderita seperti ini.
Halusinasinya begitu kuat. Dia pernah mencoba melukai anggota keluarganya. Rasa curiga dan permusuhan terhadap orang lain membuat kondisi kejiwaannya semakin bertambah parah.
Aku terdiam, terbayang seorang bayi lucu yang baru saja dilahirkan. Bukankah semua manusia terlahir tanpa luka di jiwanya? Lingkungan seperti apa yang sanggup mengubah seorang manusia menjadi begitu berbeda dari saat dia dilahirkan?
Kubaca lagi statusnya. Pernah mengalami pelecehan seksual dari keluarga terdekat. Dari hasil tes psikologis pun terdapat keterangan bahwa Rini merasa figur kedua orang tua begitu lemah. Membenci dirinya sendiri, karena tidak mampu melawan ketika mengalami pelecehan yang berulang.
Kutarik napas dalam. Begitu rumit dan pelik, jalan kehidupan seseorang. Kita tidak pernah bisa memilih dalam keluarga seperti apa kita dilahirkan.
Kuembuskan napas, teringat seseorang dengan mata yang begitu liar dan mengancam. Jiwa yang tercabik amarah karena lingkungan telah begitu dalam melukainya.
Seseorang itu sosok yang pernah begitu dekat denganku, yang menghantui tidurku hingga bertahun-tahun lamanya.
Membuatku bergidik bila melewati jalan itu. Jalan yang awalnya membuatku tersenyum manis namun akhirnya meninggalkan kenangan yang begitu mencekam. Begitu pahit.
Rasanya aku tak ingin bertemu dengannya lagi.
Kutarik napas dalam, lalu kuletakkan kembali buku status itu di tempatnya. Aku melangkah keluar dari ruangan bangsal. Rasanya aku ingin menghirup udara segar.
Dari kejauhan aku melihat seorang pasien baru. Dia sedang memberontak sekuat tenaga.
Langkahku perlahan mendekat dan mata itu menatapku. Mata itu menatapku begitu tajam! Mata yang begitu penuh dengan amarah. | Cerpen Misteri Kulihat Sosok Dengan Bola Mata Liar
Mata miliknya!
- Berdambung -