Kita Punya Andil Membangun Negara Ini

Listrik naik drastis, telat bayar air denda puluhan ribu. Harga lombok naik, pajak naik, transport online ga boleh murah. | Cerpen Motivasi Kita Punya Andil Membangun Negara Ini

Katanya ga boleh ngeluh, perbanyak syukur dan cari solusi. Misalnya dengan menanam lombok atau meningkatkan penghasilan. Ga boleh ngeluh, karena subsidi hanya untuk orang miskin. Ok, We'll do it.

Sekilas solusinya bagus Eh tapi, tunggu dulu. Jika dipikir kok aneh. Ini negara apa perusahaan. Masa dengan rakyat sendiri seperti berbisnis. Pemilik modal diberikan kemudahan, sama rakyat perhitungan. Negara ini masih milik rakyat bukan?

Ada kok negara yang menggratiskan listrik, air, makanan, transport, bahkan rakyatnya digaji sampai mereka mandiri. Itu karena pengelolaannya bener, mindsetnya bener. Negara hadir betul-betul untuk melayani rakyat secara total.

Bukankah kita negara yang kaya raya. Mulai dari darat hingga laut banyak kekayaan di dalamnya. Airnya saja ga usah diapa-apain jadi rebutan perusahaan air minum luar negeri. Bahkan sinar mataharinya saja, bisa jadi sumber energi.

Coba itu perusahaan-perusahaan yang mengeruk kekayaan kita, dikeluarin dulu. Kita perbarui kontrak dan mindset. Jangan mereka keruk kekayaan kita, lalu kita hanya diberi pajak 10% Syukur kalau ga di-markup dan ditilep. Pajak yang sebagian besar lari ke pusat, dan hanya seupil buat daerah yang dikeruk.

Sini, sini. Main ke Kalimantan sebagai contoh. Penghasil batubara yang jika mandeg akan padam pulau tetangga. Disini listrik byarpet. Ga pake pengumuman, sudah biasa. Contoh Ayam mati di lumbung padi ada disini.

Gunung dipangkas, isinya dikeruk, iapun berubah menjadi danau. Meninggalkan kubangan besar berisi air racun. Truk batubara berseliweran, merusak jalan dan meninggalkan debu hitam di hidung anak-anak.

Sini, sini. Main ke Papua. Bumi kaya akan emas dan perak. Jika dibagikan ke seluruh warga kita dapat 6 batang per kepala. Bagaimana warganya? Bahkan main-main di area limbah saja, mereka beresiko ditembak. Itu bukan limbah, akan disaring lagi dan menjadi produk berharga. Kalian harus paham itu.

Sudahlah kita dijajah fisik ratusan tahun, masa iya lanjut lagi dijajah ekonomi. Pemimpin diatur-atur, politik dikocar-kacir, pendidikan dibikin kerdil, makanan ga sehat dibombardir, media dipelintir, pikiran massa disetir. Hey, it's totally wrong. Ini tanah kita, kekayaan kita, negara kita.

Perusahaan-perusahaan itu dijadikan pekerja aja. Berapa hasilnya, mereka kita bayar 10%, lebih dari cukup kok itu. Lalu yang 90% bisa kita kelola untuk melayani dan memberikan kemakmuran seluas-luasnya untuk rakyat Indonesia. Kitapun akan bijaksana, mengambil sumber daya sesuai batasnya.

Bahkan dengan itu harusnya kita mampu membantu negara lain. Wong kita kaya kok, kayu ditanam aja bisa jadi makanan. Bahkan kalau boleh jujur, kita bisa kok mengelola kekayaan negara ini tanpa mereka. SDM kita tidak kalah kaya dengan alamnya.

Jangankan air, listrik, makanan, kesehatan, bahkan yang tidak punya rumah akan kita bangunkan rumah, yang jomblo dinikahkan, yang ingin berusaha diberikan akses. Ini rumah kita, ini surga kita.

Saya jadi teringat bagaimana pengelolaan negara oleh Umar bin Aziz. Pemimpin yang amanah, rakyat bertaqwa, negara dalam keadaan makmur. Berkah keluar dari bumi, turun dan langit. Mereka amalkan satu ayat saja dari Tuhan, tertuang di Al araf ayat 96.

Saking makmurnya, pernah suatu kali negara kebingungan. Karena tidak ada warga yang mau menerima zakat. Mereka merasa tidak berhak, mereka sudah sejahtera. Atas usulan di dalam rapat, akhirnya disepakati. Kumpulkan pemuda pemudi siap nikah, nikahkan mereka, berikan mereka rumah, dan modal usaha. Ah, saya jadi lupa. Model seperti ini masih ada di negara kecil di ujung borneo sana.

Kitapun punya andil membangun negara ini. Yang paling saya khawatirkan nanti saat pertanggung jawaban di akhirat kelak, ketika ditanya Tuhan bahwa kita sudah dikasih berbagai macam nikmat dan kekayaan. Tapi mengapa masih ada warga yang kelaparan, sakit-sakitan, tak teredukasi. Masih banyak yang kekurangan dan tidak bahagia.

Atau mengapa sampai ada perempuan kita rela menjual tubuhnya demi mengakses kebutuhan dasar hidup. Puncak ironi, pembelinya adalah pria asing dengan menggunakan uang kita yang sejatinya memang jadi hak perempuan tersebut. | Cerpen Motivasi Kita Punya Andil Membangun Negara Ini

Lalu kita kudu jawab apaaaaa?