Aku kawal kisahku untuk menemukanmu dengan doa sebagai pengharapan yang hanya aku labuhkan padaNya.
Kita dipertemukan melalui skenario-Nya. Kamu yang adalah seseorang dari masa lalu temanku dan aku yang baru saja sendiri. | Cerpen Cinta Kisahku Untuk Menemukanmu Dengan Doa
Aku dalam keadaan terpuruk pada saat itu. Terpuruk dalam definisiku sendiri, aku dengan kisah cintaku yang harus direlakan untuk berakhir. Sejauh yang aku tau... Kamu hadir begitu saja, aku tak pernah sedikitpun menerka kedatanganmu. Kita yang memang telah mengenal satu sama lain sejak awal aku menginjakkan kaki di Surabaya sebagai seorang mahasiswi.
2012 adalah tahun dimana aku tercacat sebagai salah seorang mahasiswi disebuah universitas negeri di Surabaya. Perkenalkan namaku Rindu Almira Syah Jahan. Jika diruntutkan, dalam sejarah panjang keluarga (sangat panjang), ternyata masih merupakan keturunan darah bangsawan dari India sana. Itu sebab nama belakangku bertengger nama Syah Jahan yang adalah salah seorang raja keturunan Mughal. Taj mahal kamu tentu tau, bangunan megah yang merupakan satu dari tujuh keajabain dunia, buyutku inilah yang membangunnya. Ya.. begitulah.
Sebetulnya tak ada yang menarik di awal kita saling mengenal, ya.. sebatas tau nama dan selintas cerita tentangmu. Tentu yang aku dengar dari dia, temanku Diar yang pada saat itu adalah pacarmu.
“Apa enaknya pacaran lewat chating?”
Arsya temanku yang lain, bertanya padaku dan Diar yang penasaran dengan kita yang mengikat hati satu sama lain dengan ribuan jarak membentang. Dengan pacar masing-masing tentunya.
“Meminimalisir maksiat tau” jawabku.
“Terpaksa, kalau bisa milih mending gak usah jauhan”
Jawaban Diar yang pasrah dengan takdir.
“Udah berapa lama kalian pacaran, Di?”
Arsya masih mengulik hal-hal yang ingin dia tau.
“Mmm... dari SMA. Kayanya 3 tahun jalan”.
Diar yang menjawab. Memang pertanyan itu diajukan untuknya. Aku hanya menyimak.
“Keren.... gak pegel hati sekarang harus jauhan?”
“Jangan tanya. Pegel banget...”
Jadi, Diar baru-baru ini menjalin hubungan jarak jauh dengan pacarnya. Waktu SMA mereka tak terpisahkan. Ufuk yang melanjutkan studinya ke kampus ternama di negara dengan sebutan Lake of Thousand Lake mengharuskan mereka berjauhan dengan jarak ribuan milnya. Bukan hanya jarak yang menjadi masalah terbesarnya. Tetapi perbedan waktu. 6 jam lebih lambat disana. Aktivitas yang padat memperberat komunikasi mereka tak bisa seintens dulu.
Tak terasa waktu istirahat telah habis. Selepas menunaikan sholat dzuhur biasanya para mahasiswa mendesaki warung makan di pinggiran kampus sambil kongkow. Tak terkecuali aku, ada di barisan depan. Sebab urab makanan yang aku sukai akan tandas bila terlambat saja mengantri.
Sebetulnya nasib percintaanku sama dekat dengan Diar. Aku menjalani hubungan jarak jauh. Bedanya, aku dari awal hubungan memang sudah seperti itu. Bukan hal aneh lagi, sudah tak pegal-pegal lagi hatinya, sudah biasa. Dan tentu tak ada perbedan waktu yang memperburuk hubunganku, dia berada di Kediri. Loncat beberapa kota lah dari tempatku untuk menuju kotanya. Tapi semua kemudahan yang aku dapat untuk tetap bisa terhubung dengannya, tidak menjadikan kita dapat saling bertahan. Pada beberapa tahun berikutnya, tepatnya sebelum aku menyelesaikan kuliahku, kita memutuskan untuk menyudahi semuanya. Aku fokus pada apa yang aku cari, dan dia memulai kisah baru dengan seseorang yang baru pula.
“Assalamu’alaikum Rindu..”
Setelah ku periksa ponselku, ternyata ada chat yang masuk.
“Wa’alaikum salam. Ya?”
“Lagi sama Diar? Saya gak bisa akses FB”
Darimu menggunakan akun Diar.
“Oke.. nanti dibilangin”.
Aku paham maksudnya, pasti kamu lupa dengan kata sandimu. Dan ketika kamu tidak dapat log in di akunmu, kamu akan memintaku untuk menyampaikannya pada Diar. Setelahnya, dia menghububgimu dan memberikan kata sandi yang kamu perlukan untuk mengaksesnya.
Diar terkadang menjejaliku cerita tentang kamu, Ufuk. Aku menjadi pendengar setia untuknya atas cerita-ceritamu. Pada ceritanya yang kesekian, aku menaruh rasa kagum padamu. Kakimu telah melangkah jauh di usia kita. Menatap bagian lain dari bumi yang kita pijaki. Ya, dengan kepintaranmu. Aku selalu kagum pada apa-apa yang aku dengar tentangmu. Tapi sungguh, hanya sebatas rasa kagum tak lebih. Dan kali ini pun aku tak mengharap lebih dari percakapan singkat kita.
Di hari-hari berikutnya, kita berjalana di poros kita masing-masing. Semakin jarang aku dengar tentangmu dari Diar. Entah apa yang terjadi. Aku tak ingin tahu.
“Assalamu’alaikum Rindu”
Ternyata kamu.
“Wa’alaikum salam.. Ada apa?”
“Gak apa-apa”
“Oke...”
“Kamu sibuk banget kayanya?
“Ngga ko.. So sibuk aja. haha”
“Rindu Almira Syah Jahan?”
“Ya.. dari mana kamu tau kepanjangannya Almira Syah Jahan??”
Ternyata diseling obrolanmu dengan Diar, dia pun selalu menceritakan aku padamu.
“Saya senang baca kalimat-kalimatmu, Rin. Mengandung diksi. Gak coba buat nulis lebih panjang?
“Hehe.. makasih. Ngga, gak bisa”
Asal kamu tahu, aku adalah pujangga di dinding FB. Tapi ya itu, tak bisa menulis lebih panjang, hanya beberapa baris lalu aku tutup dengan tanda titik. Ternayata ada yang mengaguminya. Dia, Ufuk.
“Oh ya, saya gabung di KBM. Coba deh kamu juga ikut gabung”
“KBM?”
“Ya, Komunitas Bisa Menulis. Jadi ini adalah FP dimana orang-orang yang masih amatiran dalam dunia kepenulisan bergabung. Wadah untuk kita berani dan belajar nulis. Tapi jangan khawatir, disana pun banyak yang expert di bidang kesusastraan. Jadi ketika kamu menulis disana, kamu akan mendapat komentar dari mereka. Korerksian”.
“Oh..gitu... terus kamu pernah nulis disana? Dapet komentar apa?
“Belum.. hehe”
“Yee.....”
“Belum berani. Saya nunggu kamu ikut gabung aja, terus kamu nulis disana”
“Oke nanti aku gabung. Tapi aku pastikan kamu yang akan lebih dulu menulis disana”
Sambil mencari FP yang kamu maksud.
“Mamah Dedeh, gak sholat berjama’ah?
“Haha... lagi so sibuk”.
Itulah sebutan yang tersemat dari teman-teman untuku. Karna dianggap sebagai penggerak sholat berjama’ah di asrama. Oh ya.. aku tinggal di asrama kampus bersama Diar dan teman-teman yang lain, orang tuaku menginginkannya. Sebab jika aku tinggal in the kost, mereka akan sangat khawatir.
Setelah obrolan kita yang cukup panjang itu, kita kembali berjalan di masing-masing kisah kita. Aku dengan hati yang masih sembilu sebab takdir berbiacara lain pada apa yang aku yakini tentang kisahku, tak terasa akan menamatkan pendidikan setrata pertamaku. Setelah peluh, lelah, putus asa, dan berjuang dalam menyelesaikannya. Terhitung 2 minggu lagi akan bertengger penambahan beberapa abjad di belakang namaku. Aku menantikan itu. Tapi kewajiban dan perjuanganku setelah ini masih sangat panjang. Bagaimana aku bisa menjaga idealisme sebagai seorang yang memiliki ilmu, tidak melenceng pada jalan yang lain. Yang akan membuatku terjerumus dalam kubangan dosa pada Tuhan. | Cerpen Cinta Kisahku Untuk Menemukanmu Dengan Doa
“Rindu Almira Syah Jahan
Wanita yang paling berbahagia
Yang selalu aku sertakan dalam do’a
Yang selalu aku ceritakan pada Allah Ta’ala
Entah ini cinta atau kagum semata
Hariku selalu disertainya.
Rindu.. semoga kebaikan menyertaimu
Aku tidak pernah meminta Allah untuk memalingkan hatimu padaku
Tidak pernah terselip sedikitpun do’a untuk meminta engkau untukku
Hanya sebuah cerita tentang semua perasaanku
Aku menyerahkan sepenuhnya atas keputusan Tuhanku.
Rindu.. aku selalu meningat ayat ini
Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik
Aku tidak pernah sebaik engkau
Tidak pernah setaat engkau pada Allah
Maka, aku damaikan hati untuk menerima keputusan Tuhanku”
“Hanya ingin menulis, saya rasa namamu cocok untuk tulisan singkat saya, maaf ya namanya dipake”.
Telepon genggamku berbunyi, notifikasi email masuk. Aku buka, dari Ufuk tapi tak aku tanggapi. Aku sedang disibukkan dengan koper dan barang-barangku yang harus dikemasi karena beberapa hari lagi aku akan meninggalkan asrama. Semrawut, sungguh kamar yang sangat semrawut dengan tumpukan barang dimana-mana.
“Apa-apaan ini??”
Suara Diar terdengar marah. Aku membalikkan badan. Di tangannya, telepon genggamku ada di tangan Diar. Oh God, sepertinya dia membaca tulisan yang Ufuk kirim beberapa saat lalu. Aku menghampirinya, dan benar dia membacanya.
“Kamu tega, Rin”
Diar meninggalkan aku, dia menangis. Tanpa penjelasan yang ingin aku ucapkan. Tapi aku akan menunggu badai usai, nanti setelah redanya akan aku temui Diar dan menjelaskan semuanya. Aku menunggu.
Pada senja yang memerah, Diar menghampiriku.
“Rindu, aku ingin bicara”
“Ya, Di.. ada apa?”
“Ufuk mencintaimu”
Aku tercekat mendengarnya. Demi apa pun yang Diar katakan, aku tak percaya.
“Sebenarnya Ufuk tidak benar-benar menjalin hubungan denganku. Dia telah menunaikan janjinya pada Candra. Janji pada sahabatnya untuk menjagaku, menjadi teman berbagi untukku. Setahun ini kita udahan, tapi aku tetap menahannya denganku. Dia terlepas dari semuanya sekarang”
“Apa Maksudmu, Diar??”
“Candra adalah bagian dari hidupku, dan Ufuk adalah sahabatnya. Sebelum pergi, dia meminta Ufuk untuk menjagaku. Selama ini dia mnejalankan itu. Menjalani perannya untukku berbagi. Aku tau dia menyayangimu, makanya aku menyudahi ini”.
“Ngga, Di....”
“Aku sungguh melakukan ini untuk kebahagiaan kita bersama. Bukan hanya untuk Ufuk. Aku akan bahagia dia berjalan dengan takdirnya. Tapi itu tidak denganku. Dan kamu tahu, pada Ufuk aku melihat Candra, aku ingin beranjak, Rin”.
Aku terus terdiam.. Diar yang kadang kali menceritakanmu padaku, obrolan kita di masa-masa ke belakang saling berloncatan. Kamu yang senang membaca tulisanku dan aku yang mengagumi sosokmu. Ternyata...
“ Ini jalan yang telah dibuatkan-Nya untuku. Memang di awal, aku menolaknya dengan sangat keras. Tapi kamu tau, betapapun aku mencobanya, takdir tak dapat ditolak. Ia berkuasa atas kehidupan kita. Bahagia, aku terima dengan senang hati. Begitupun sedih, aku harus terima”
Aku melihat ketulusan pada kata-katanya.
“Rindu...”
Aku masih menatap Diar dengn semua perasaanku yang berkecamuk.
“Aku tidak membencimu. Bahkan Ufuk yang telah berani mengutarakan apa yang dia rasakan. Dia tidak meminta apapun dariku. Aku dengan sadar melakukan ini. Dia baik, sangat baik. Kalian sama-sama baik. Kamu menyayanginya juga kan?”.
Takdir... kemana kamu akan membawaku pergi??
“Aku menitipkanmu padanya. Nanti pas kita wisuda dia akan pulang, menemuimu. Mengutarakan semuanya. Tunggu aja”
Tangan Diar yang membalut di tangaku, seketika melepaskannya. Berganti dengan pelukkan.
“Kalian akan bahagia, begitupun aku”.
Apa yang aku harapkan pada kisah kita ini? Tak ada. Takdir yang akan membawamu padaku, singgungan takdir kita selama ini mengantarkanmu menuju aku.
“Perjumpaan denganmu adalah singgungan garis takdir yang menyenangkan. Aku jatuh hati hanya dengan sebuah nama. Nama yang dikemudian hari memenuhi duniaku. Lalu setiap lagu yang kunyanyikan adalah kamu. Setiap bait yang ku hayati adalah tentangmu. Aku memang mudah jatuh hati. Tapi kepadamu, aku jatuh hati setiap hari. Jika ada jalan lain menuju hatiku, jalan itu adalah kamu.” (Senja Ufuk Timur)
Tulisan Ufuk di dinding KMB 2 tahun berikutnya. Kita, ya... kita telah ada di sebuah masa. Dimana waktu telah menggenapkan yang ganjil.
Kamu pasti heran, bagaimana takdir bekerja. Bagaimana Tuhan menunjukkan itu dengan caraNya. Kita saling jatuh hati hanya dengan sebuah nama. Begitu mudah bagiNya menajtuhkan dua hati, bukan? Dan di detak waktu yang berikutnya, hati meyakinkan diri, inilah yang aku pilih. Aku, cinta, dan kamu akan dipertemukan pada satu poros bernama takdir. | Cerpen Cinta Kisahku Untuk Menemukanmu Dengan Doa