Kau sedih ditinggalkan? Kau sedih karena bukan bapak yang akan menikahkanmu? Kau sedih karena bapak tidak akan pernah melihatmu memakai toga? Kau sedih karena bapak tidak akan melihat anak-anakmu yang lucu? Tak apa 'nak jika kau bersedih, karena itu adalah manusiawi. | Cerpen Sedih Secarik Surat Keci Dari Bapak
Manusia paling mulia, Rasulullah saw juga bersedih ketika istri tercinta Khadijah ra dan pamannya Abu Thalib pergi meninggalkan beliau selama-lamanya.
Menangislah 'nak, jika itu membuatmu lebih baik. Tak ada yang salah dengan diriku ataupun dirimu, apalagi sampai menyalahkan Allah, tidak. Ini hanyalah masalah waktu. Terkadang ada beberapa masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh waktu. Iya kan 'nak?
Nak, kau pernah berbisik pada Allah bahwa ditinggalkan lebih sakit dari yang meninggalkan. Karena yang ditinggal masih berdiri di tempat yang sama. Hanya ada jejak-jejak kenangan yang kau jadikan sebagai sandaran ditiap bening-bening itu mulai berjatuhan. Sebab kau sadar, itu tidak akan terulang lagi.
Tapi, tahukah kau 'nak? Ada yang lebih sakit dari perasaan yang kau alami. Ya, rasa sakit ketika detik-detik bapak meninggalkanmu dan juga mama. Rasa sakit ketika sakaratul maut itu datang. Sungguh, sakit sekali 'nak. Bahkan kekasih Allah, Muhammad saw juga merasakan hal yang serupa.
Nak, bapak tahu ketika itu kau bingung dan mengadu pada Allah, bahwa siapakah yang akan mencarikan kalian rezeki sedangkan bapak sudah tiada? Dan tahukah kau 'nak, bapak juga merasakan hal yang sama denganmu. Bingung. Hanya saja, kau bingung dengan sesuatu yang sudah pasti dijanjikan oleh Allah sedangkan bapak bingung dengan sesuatu yang belum pasti. Yakinkah kau jika bapak sudah pasti bisa menjawab berbagai pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir? Bisakah kau pastikan itu, 'nak?
'Nak, menangislah jika itu membuatmu lebih tenang. Sekiranya engkau sudi mendoakanku yang jasadnya sudah dimakan cacing dan tanah disela tangisanmu itu, bapak akan sangat senang dan bersyukur.
Menangislah tapi jangan berlarut-larut.
Karena harapan itu terus berlanjut. Kini tongkat estafet itu berada di tanganmu. Kau akan berjuang melanjutkan cita-cita bapak, cita-cita kita! | Cerpen Sedih Secarik Surat Keci Dari Bapak
Tertanda,
Bapak