Beruntung sejak kejadian na'as sekitar tujuh tahun lalu, Tante Diandra nggak ngajak Hiena liburan ke sini lagi. Lumayan lega. Karena aku nggak harus ketemu sama anak kecil aneh itu. Lebih bagus kalau dia memang nggak pernah ke sini lagi. | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 6
Tapi kayanya nggak mungkin juga, karena seringkali aku denger obrolan mami di telepon sama Tante Diandra yang intinya ngarep banget mereka liburan ke sini. Kangen anak gadisnya, kata mami. Hah, sejak kapan kami setuju mami ngangkat si Hiena jadi anak?
Malam minggu. David ngajak hang out bareng. Dia bilang jangan sampe telat. Karena itu aku segera melesat ke rumahnya.
David itu temen satu kampus. Kami memang punya semacam geng. Ada David, aku, Andi dan Sean. Bukan semacam geng mafia kayak di film-film, tapi cuma sering ke mana-mana bareng. Hang out bareng, nongkrong bareng, cuma ke WC lah yang nggak bareng.
Motor berbelok ke halaman sebuah rumah. Lalu kuparkir berjajar dengan mobil warna putih. Rumah David tidak terlalu besar. Model minimalis dengan teras dan kolam air mancur kecil di halaman.
Terlihat David dan Andi, juga dua cewek yang aku tahu pacar mereka masing-masing. Ternyata pada bawa pasangan!
Aku membuka helm dan langsung melangkah ke teras, bergabung bersama mereka.
"Tuh kan, bener!" Celetuk Ratih, pacar David.
Lalu gadis itu dan Luisa, pacar Andi tertawa cekikikan.
"Apa?" Andi nanya, heran.
"Ratih bilang Nicky pasti sendirian lagi." Luisa menahan tawa. Sementara yang lain langsung tertawa.
Menertawakanku. Dasar cewek-cewek tukang gosip!
"Nicky itu seleranya kelewat tinggi. Gua yakin cewek tipe dia cuma ada di surga." David mulai lagi.
"Kayaknya lo musti mati dulu Nick baru dapetin cewek idaman!" Andi jadi ikut-ikutan.
Aku nggak menanggapi. Bahkan nggak niat ikutan ketawa kaya mereka. Apa-apaan ...
"Sean belum nyampe ya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Belum. Kalian kenapa nggak bareng?" David balik nanya.
"Pergi duluan. Bilang mau jemput ceweknya!"
"Loh, kayaknya minggu kemaren barusan putus ama pacarnya?" Ratih mengingat-ingat.
"Sean mana betah nggak punya cewek?" Aku tertawa kecil, menyeringai.
"Nggak kaya kloningannya, betah bener ngejomblo!" Andi langsung menimpali.
"Hahhahaha!"
Kena lagi.
"Padahal banyak loh temen yang naksir sama Nicky. Tapi sayang Nicky kelewat dingin. Jadi cewek-cewek pada takut!" Luisa ngasih tau.
Takut? Tiap hari ada aja yang kirim pesan macem-macem dari yang manis sampe yang ke arah nggak jelas begitu dibilang takut? Ada-ada aja. Heran juga, siapa yang kurang kerjaan ngasih nomer telepon ke mereka.
Nggak lama kemudian Sean datang sama seorang cewek. Cewek yang ... sesuai perkiraanku. Memakai segala sesuatu serba warna pink dari atas ke bawah. Mirip artis-artisan Korea tapi berwajah seadanya.
"Kenalin, namanya Pita."
Cocok!
Selera Sean memang jauh berbeda denganku. Kalau dia lebih suka ke tipe cewek manja, sedangkan aku ...
Seorang cewek keluar dari dalam rumah.
... suka tipe yang ini.
Namanya Miya, saudara sepupu David yang usianya lebih tua setahun di atas kami. Rambutnya hitam panjang, tinggi, berwajah oriental. Sikapnya ramah, tapi terlihat tenang dan dewasa. High class lah!
"Eh, pada ngumpul ya?" Miya menyapa, menunjukkan lesung pipi yang membuatnya terlihat berkali lipat lebih manis.
"Rencana mau ke Charly, Kak." Luisa menyebutkan nama tempat karaoke yang biasa kami datangi.
"Seru tuh!" Kak Miya mengangguk-angguk.
Sementara aku ... pura-pura sibuk melihat layar hape yang mati. Menyadari ada yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Kenapa Kak Miya nggak ikut aja?" Tiba-tiba Ratih mengusulkan.
"Aku?" Kak Miya tertawa sambil mengangkat alis. Sementara yang lain mengiyakan lewat anggukan kepala, setuju.
"Emm ... kalo kalian nggak keberatan, boleh juga!" Kak Miya akhirnya setuju.
"Yeaah!" Yang lain langsung menyambut gembira.
Kecuali aku.
"Ya udah, kita berangkat sekarang yuk!" David bangkit berdiri. Diikuti yang cewek-cewek yang segera bersiap menuju kendaraan masing-masing.
"Kebetulan Nicky nggak bawa cewek tuh, jadi dia bisa ngasih Kak Miya tumpangan!" Sean mengusulkan.
Aku menoleh padanya. Dia pasti mengerti apa maksud tatapanku, tapi kaya biasanya, dia malah semakin menjadi.
"Padahal tadi siang baru nanya kapan bisa pergi sama Kak Miya, ternyata malemnya langsung terjawab!" Sean tertawa kecil, "ini yang dinamakan keberuntungan. Ya nggak Nick?"
Aku tak menjawab, lebih memilih mengalihkan pandangan ke tangan yang bersiap masuk ke dalam sarung tangan kulit berwarna hitam. | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 6
Menghindari tatapan menggoda anak-anak yang lain.
Memang perlu dikasih pelajaran tuh anak!
"Sebentar, aku ambil tas dulu!" Kak Miya yang tadi hanya menahan tawa, berlalu masuk ke rumah.
Beberapa saat kemudian dia sudah bersiap dengan celana jeans biru dan kemeja merah berbahan halus. Memperlihatkan bentuk tubuh yang ukurannya pas untuk dilihat. Sementara rambut panjangnya dibiarkan tergerai bebas.
Sempurna!
"Aku sama Nicky ya?" Kak Miya menggamit tanganku dengan seenaknya.
Dan aku langsung ... beku.
"Nick! Nick .. woii! Buruan!" David melongok dari balik pintu mobil.
Aku tersadar. Melihat mereka sudah menyalakan kendaraan masing-masing sementara aku hanya diam di samping Kak Miya.
Kulihat gadis itu menahan tawa. Lalu berjalan mengiringiku ke arah motor besar milikku.
Motor melesat membelah udara malam. Cuaca yang sedikit dingin membuat Kak Miya merapatkan pegangannya.
Aku cuma berharap, dia nggak denger suara detak jantung dari punggung yang dia sandari.
"Nick?" Kudengar suaranya, dia sedikit menempel di leher agar aku mendengar kata-katanya.
Aku membuka helm.
"Ya?"
"Menurut kamu ... dalam hubungan apa umur itu penting?"
Aku menoleh padanya. Tercium aroma mint dari nafasnya. Ternyata wajah kami memang hanya terhalang oleh helm.
"Nggak ... Kak."
.
Suasana di tempat karaoke cukup panas. Panas, karena aku melihat Kak Miya menyanyi dengan gaya cukup seksi. Maksudku, seksi bukan dalam arti yang nggak pantas. Tapi seksi dalam arti lebih dari kata mempesona.
Aku melihatnya dari tempat dudukku, mengawasi tingkahnya, hampir tanpa berkedip sama sekali.
Sekitar jam 12 malam kami pulang. Sean nganterin Pita, sementara aku mengantar Kak Miya.
"Makasih ya!" ucap Kak Miya sambil melambaikan tangan.
Aku memutar motor. Lalu meluncur ke rumah dengan pikiran masih tertinggal di wajah Kak Miya.
Di sepanjang perjalanan, sesekali mengulum senyum, mirip orang yang mulai kehilangan akal.
Fiuuh ... malam yang berkesan! Seenggaknya aku tahu kalau bagi Kak Miya, umur bukanlah hal penting dalam sebuah hubungan.
Itu artinya aku punya kesempatan! Yess yess yesss!
"Minum obat, Mas!" Seorang pengendara motor meneriaki.
Aku hanya membalas dengan acungan jari.
Setelah memarkir motor dalam garasi, aku melangkah masuk ke rumah. Menaiki anak-anak tangga, lalu membuka pintu kamar.
Tanpa menyalakan lampu kamar, aku mengempaskan diri di ranjang. Mungkin ini cuma perasaanku karena terus-terusan mikirin Kak Miya, bahkan ranjangku pun jadi ikutan hangat.
Begitupun dengan bantal, dan gulingnya ...
***
Pagi.
Aku menggeliat, lalu memeluk guling erat. Detik kemudian baru menyadari bahwa ada yang aneh. Bukan cuma karena gulingnya lebih hangat dari biasanya, tapi juga karena itu ... hidup!
Aku membuka mata, kaget! Kulihat seorang gadis berbibir cerry, basah dan kemerahan. Berpipi lembut dengan rona di kedua sisinya. | Cerpen Petualangan Kisah Perjalanan Kecilku Di Paris Perancis Part 6
Bermata biru dengan bulu lentik di atasnya. Mata besar itu membelalak kaget.
Kami bertatapan. Lalu,
"Aaaaa ....!!!!!"