Bolehkah Aku Jadi Temanmu Lagi

Di sini ia berjongkok sambil memeluk dirinya sendiri, di bawah pepohonan rindang. Gemericik turun dengan derasnya, membanjiri diri yang sudah terbanjiri air mata. Tangannya menadah air hujan. Matanya memejam, meresapi nadi yang terhujam dinginnya air dari langit. | Cerpen Lucu Bolehkah Aku Jadi Temanmu Lagi

Hujan adalah peredam bagi gadis yang tak pandai mengendalikan emosi sepertinya. Ia menunduk, mencoba menepis duka yang kian menumpuk. Matanya tak berhenti terpejam, karena malam semakin larut, inderanya yang lain banyak melihat makhluk-makhluk yang dibencinya.

Makhluk berperawakan tinggi dan besar menepuk pundaknya, seketika desiran dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Pergi!!!" Teriak gadis itu, Ana.

Makhluk itu terus menepuk pundak Ana. Tak pedulikan Ana yang mulai terseguk-seguk sambil menunduk.

"Ana ...," ucap suara yang lembut dan pelan, nyaris terdengar seperti bisikkan.

Ana mendongak, "mau apa lagi? Puas kamu bikin hidup aku kayak gini?" Jeritnya.

"Maafin aku, Ana. Aku cuma mau jadi temanmu. Karena kulihat, kamu selalu sendiri," lirih suara itu, suara yang berasal dari sosok cantik berbaju putih usang.

"Kamu yang bikin aku kayak gini, teman-temanku nganggap aku gila, semuanya gara-gara kamu! Aku gak mau ngomong sama kamu lagi!" Ana terseguk, ia beranjak dan berlari menerobos rinai-rinai yang menghujam ubun-ubunnya.

"Padahal kamu emang gila, Na," sosok itu terkikik, sesaat kemudian ia lenyap dan bekasnya meninggalkan asap.

Ana membuka pintu rumahnya dengan kasar tanpa takut penghuni rumahnya yang lain terganggu, karena ia memang tinggal sendiri.

"Kodok!!! Muka lu jelek amat!" Teriak Ana sambil memegangi dadanya. Ia terkejut melihat sosok perempuan tadi yang tiba-tiba saja menampakkan wajah seram, Lili namanya.

Lili menyeringai. Kuku-kuku tangannya hitam panjang, matanya menghitam dengan darah segar yang mengucur di pipinya, giginya bertaring siap menerkam Ana.

"Huaaaaa!!!" Teriak Ana dengan gaya kaget yang dibuat-buat, sesaat kemudian tangannya melayang, meremas wajah Lili. "Gak serem, Kuya! Yang ada mukamu jelek amat kayak abis kecebur got." Ana melengang ke dalam, meninggalkan percikan air yang mengucur dari bajunya yang basah.

Lili memasang wajah yang ditekuk. "Hiks ditinggalin lagi. Untung gak lagi sayang-sayangnya."

Ana bersimpuh di atas sejadah, tangannya menengadah, "Ya Allah ... Ngerti kan? Amiin." Ana mengusap wajahnya.

"Kamu do'a apa, Ana?" Tanya Lili yang sedari tadi terduduk manis di single bed milik Ana.

"Kevoh!" Sembur Ana dengan ujung kalimat yang didesahkan.

"Kalo mau do'a, yang serius dong! Masa cuma bilang 'ngerti kan?'. Do'a macam apa itu?"

"Allah kan Maha Mengetahui," jawab Ana sembari melepas mukenanya.

"Tapi Allah butuh kesungguhan dari hamba-Nya, Na."

"Iya, iya." Ana memakai kembali mukenanya lalu terduduk menghadap kiblat. "Ya Allah, Ana kepengen normal. Ana gak mau bisa lihat Lili lagi. Ana pengen punya temen manusia, gak mau punya temen hantu yang gesrek kayak Lili. Amin."

"Eh maksudnya apa? Selama ini kamu anggap aku apa? Terus perhatianmu itu artinya apa? Kamu bahkan pernah tidur bareng sama aku." Lili mengusap matanya yang tak berair.

"Lebay!" Sembur Ana kemudian melompat ke atas single bed tanpa menghiraukan keberadaan Lili yang sama sekali tak dapat tersentuh.

Ana meraih laptop kemudian membukanya. Jemarinya menari dan melompat dari huruf yang satu ke huruf yang lain. | Cerpen Lucu Bolehkah Aku Jadi Temanmu Lagi

"Seneng banget ngepost cerpen di KBM, Na?" Tanya Lili.

"Berisik! Aku kan udah bilang, aku gak mau ngomong sama kamu lagi."

"Gak mau ngomong lagi tapi dari tadi ngejawab terus," cibir Lili.

"Kamu sih bawel!"

"Kamu yakin, gak mau temenan sama aku lagi?"

"Ya." Pandangan Ana terfokus pada layar laptopnya.

"Oke. Kalo gitu aku mau nakut-nakutin member KBM. Aku datang ke rumah mereka malam-malam dengan cara melayang di atap rumah."

"Ha ha ha." Ana terbahak. "Takutin aja, palingan juga mereka ketawa kalo lihat kamu."

"Kan aku mau nyamar pake muka serem, rambut panjang, tangan kayak ranting, gigi bertaring, mata bulat, darah ngucur di mulut. Terus aku bilang sama mereka supaya gak baca ceritamu lagi."

"Bodo." Ketus Ana.

Ponsel Ana berdering, menampilkan nama pemanggil yang sama sekali tak ingin dilihatnya. Ia mencoba mengabaikan panggilan itu. Namun, egonya tak kalah kuat dengan rasa sayang yang masih tersimpan untuk Risa, sahabatnya, sahabat yang menganggapnya gila.

"Halo ...," sapa Ana.

'Ana tolong aku. Aku digangguin hantu!' Jerit Risa di seberang sana.

Ana tertawa, "hantu? Bukannya kamu bilang kalo hantu itu gak ada?"

'Maafin aku, Ana. Aku udah bilang kamu gila. Tolong aku Ana.' Tangis Risa semakin menjadi.

"Oke. Aku ke rumah kamu sekarang." Ana melempar ponselnya ke atas kasur kemudian meraih jaket yang tergantung di dinding kamar. Ia siap menerobos rinai lagi, demi Risa.

Ana masuk ke dalam rumah Risa setelah dipersilakan oleh empunya. Risa bersembunyi di balik punggungnya dengan tubuh yang bergetar. Benar kata pepatah, tak ada manusia yang tak membutuhkan orang lain, sekalipun orang yang dibutuhkan sudah habis dimaki olehnya.

"Di kamar." Risa menunjuk ke arah kamarnya dengan tangan yang bergetar.

Ana meraih knop pintu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang mangkuk yang berisikan garam.

Terlihat hantu perempuan yang sedang terkikik di pojok kamar, baju kebesarannya berlumuran darah, dan mulutnya terbuka lebar.

Byur! Ana melempar garam itu ke dalam mulut hantu perempuan itu.

"Cih! Asiiin," pekik hantu itu, ia mencebikkan bibir lebarnya kemudian pergi meninggalkan kamar Risa yang sudah dibuat tak rapi olehnya.

"Makasih, Ana. Maafin aku yang udah salah nilai kamu," sesal Risa.

"Iya aku maafin."

"Makanya jangan suka ngeremehin kemampuan orang lain. Jangan hina sahabat, gimana pun juga sahabat adalah orang yang selalu ada buatmu. Apalagi sahabat macam Ana. Pemaaf, baik hati, dan gak malu punya sahabat muka tembok kayak kamu." Lili mendengus.

"Percuma. Risa gak bisa lihat kamu," kata Ana.

"Masih ada, ya, hantunya?" Tanya Risa sambil meraih lengan Ana dan memeluknya.

"Ada. Dia jelek."

Bibir Lili mengerucut. "Jadi gimana? Udah mau jadi temanku lagi?"

"Gak." Ketus Ana.

"Ya udah, aku pamit. Otw ke rumah member." | Cerpen Lucu Bolehkah Aku Jadi Temanmu Lagi