"Pagi, Glow!" | Cerpen Misteri Kisah Misteri Loker Membawa Kematian
Dua orang cowok menyapaku ramah. Tentu aku harus membalasnya tidak kalah ramah. Tersenyum manis yang membuat mereka--aku yakin terpesona melihatku. Sedikit kukibaskan rambut indah panjang kepirangan dan sedikit bergelombang, aku tertawa. Menunjukkan deretan gingsul yang sering dipuji--dengannya membuatku tampak lebih cantik dan manis.
Lihat saja mereka tampak begitu bodoh dan hampir meneteskan salivanya. Haha.
Tentu sempurna hidupku yang penuh dengan cinta, pengagum dan hadiah. Kubuka lokerku yang segera membuat tumpah isi di dalamnya. Seperti perkiraanku.
Entah bagaimana bisa mereka menjejalkan barang-barang ini ke dalam lokerku. Tapi yang jelas, setiap hari lokerku penuh dengan surat cinta, cokelat, bunga, boneka, sepatu, jepit rambut, tas bermerk, jam tangan mahal dan banyaklah. Senang? Sudah pasti.
Aku berjalan ceria melewati koridor yang membuat rambutku bergoyang ke kiri kanan. Menambah menggemaskan penampilanku dan menyapa setiap mata yang hampir jatuh dari kelopaknya ketika melihatku.
Mereka semua bertampang mupeng alias muka pengen, menelan ludah. Aku menikmati pemandangan kagum mereka terhadapku. Ini sungguh menyenangkan. Apalagi ketika cowok-cowok keren satu sekolah berusaha memperebutkan aku.
Aku, Gloria Wijaya. Putri semata wayang Alvian Wijaya. Ayahku adalah seorang pengacara terkenal yang tak terkalahkan. Ia selalu memenangkan perkara yang ditangani. Tentu saja aku bangga memiliki seorang ayah luar biasa seperti beliau. Dan ibuku, Selina Wijaya. Adalah ibu-ibu sosialita yang menjadi trendsetter orang-orang kaya di negeri ini. Ibuku seorang selebgram, yang followernya mencapai puluhan juta umat.
Tentu saja itu berpengaruh kepadaku yang sering muncul bersamanya. Membuat video-video lucu, shopping barang-barang branded, perawatan ke salon sampai tips-tips kecantikan lainnya.
Aku memiliki kulit putih yang cemerlang. Tidak pucat seperti mayat, tapi sehat. Dan semua orang mengagumi kulitku.
Mataku terhenti melihat seorang cowok sedang melambaikan tangan kepadaku. Ah itu Raka. Cowok kuning langsat dengan rambut sedikit gondrong mencapai leher dan berponi. Wajah lokalnya begitu kental. Hampir miriplah dengan Jeffry Nichol. Kapten basket yang termasuk ke dalam salah satu deretan most wanted di sekolah ini. Sejak kelas sepuluh orang seganteng Raka mengejar-ngejarku. Sampai membuat iri para fansnya. Tak terhitung sudah berapa kali dia telah menembakku. Mungkin ... 20 kali? Atau lebih?
Semua orang menyayangkan tingkahku yang menolak seorang Raka Widyarma. Padahal cewek-cewek lain mati-matian berusaha berebut perhatiannya. Haha.
Raka berlari kecil menghampiriku, tepat pada saat itu pula seseorang sedang merangkulku dari belakang. Membuat hilang senyum Raka dan langkahnya memelan.
Dia adalah Alexander Firganata. Atau biasa dipanggil Alex. Cowok dengan wajah oriental gantengnya. Memiliki rambut hitam sehat, rapi dan sedikit jambul yang menambah kesan cool. Vokalis band sekolah kami, ADERA Band. Alex pun salah satu cowok yang diperhitungkan di sekolah ini. Berbeda dengan Raka yang menyatakan cintanya, Alex berbeda. Dia hanya menghujaniku dengan banyak perhatian. Sampai-sampai beberapa menganggap kami pacaran. Padahal Alex tak pernah mengatakan perasaannya. Sebenarnya aku cukup penasaran dengan cowok ini. Tapi sih dari gelagatnya memperlakukanku, kupikir tidak mungkin seorang laki-laki memberikan perhatian overdosis seperti Alex jika tak ada maunya? Ya kan? Ya kan? Haha.
You know-lah! Hidup itu berpamrih. Setiap orang yang memberikan hadiah-hadiah untukku sudah pasti ingin menarik perhatianku. Bahkan terkadang saat kubaca surat cinta cowok-cowok yang menggilaiku, sempat mual. Apalagi waktu tahu itu dari cowok yang ... Enggak banget!
Maksudku, bukan salah satu di antara mereka yang selevel dengan Raka dan Alex. Hanya saja, tidak mungkin aku menolak terang-terangan. Karena itu akan menghancurkan martabat yang sudah kubangun susah payah selama ini. Menjaga image itu penting bagiku.
"Ke kantin, yuk!" ajak Raka. Alex menarikku lebih dekat kepadanya.
"Dia ke kantin bareng gue!" Oh Astaga. Kalian bisa melihat persaingan mereka? Haha. Tentu aku senang melihat ini. Dan kalian tahu apa alasanku menjomlo sampai detik ini? Karena jomlo lebih bebas. Aku bisa ke mana-mana dengan siapa pun. Lagian aku tidak akan mengecewakan para penggemarku, memupuskan harapan-harapan mereka dengan aku memiliki pacar. Bagaimana kalau sampai ada yang bunuh diri? Oh itu mengerikan. Meski aku tidak begitu peduli-peduli amat dengan mereka.
"Ehm ... mending, aku ke kantin sendiri aja," kulepaskan rangkulan Alex dengan lembut. Sebelum mereka memperebutkan aku sampai adu jotos, lebih baik aku menghindari hal itu. Lalu kabur ke kantin sendirian. Eh tidak! Tidak sepenuhnya sendirian! Karena cowok-cowok akan terus membuntutiku dan mengagumi dari belakang.
Pernah dengar kata mutiara "Cantik bukan hanya dari luar. Tapi apa yang terpancar dari dalam"?
Untuk menunjang reputasiku di sekolah ini, tentu aku tidak boleh pilih-pilih teman. Apalah jadinya kalau seorang Gloria Wijaya dicap sombong? Bahkan aku tidak pernah melakukan penolakan kasar dengan mengata-ngatai cowok-cowok yang tidak tahu diri mengatakan cinta padaku. Alasan paling klise yang sering kujadikan senjata untuk mereka, " Maaf. | Cerpen Misteri Kisah Misteri Loker Membawa Kematian
Mama nggak bolehin aku pacaran." Dan semua beres. Mereka akan mengangguk maklum dan lebih kagum lagi melihatku yang penurut kepada orang tua.
Aku sudah mendapat satu mangkuk bakso dengan es lemon. Menatap orang-orang di kantin saling melambaikan tangan agar aku duduk bersama mereka.
Mataku menatap sosok mengenaskan di pojokan. Dialah Lisa Anavira. Gadis culun seculun culunnya orang culun. Sangat memprihatinkan. Tubuh kurus tidak sesintal diriku yang membuatnya tampak lebih jangkung. Padahal tidak tinggi-tinggi amat. Malah aku lebih tinggi dari Lisa. Gadis yang selalu menunduk dan terasingkan. Lihat saja. Penampilannya yang aneh dan pucat. Rambut yang hanya dikuncir kuda sama sekali tidak menarik. Terlebih tahi lalat di dagu yang lumayan besar itu. Beberapa menyebutnya si tompel. Astagaaa!
Aku harus berbagi keberuntungan dengan gadis itu. Kasihan sekali nasibnya yang tak seberuntung aku. Aku dan Lisa begitu kontras. Dia yang terabaikan dan aku yang selalu menjadi spotlight di sekolah. Rasanya akan menjadi heboh saat kami bersatu. Aha!
"Boleh aku duduk di sini?" Kuperhatikan Lisa berhenti mengunyah. Mendongakkan sebentar melihatku yang tersenyum ramah padanya. Dia mengangguk dan mengunyah lagi.
Hah! Gadis ini pelit bicara. Sudah tak menarik, tidak ramah juga. Tentu dia orang yang membosankan dan tidak asyik. Tapi melihat semua mata tertuju pada mejaku, aku berusaha untuk tampak asyik.
"Hebat ya. Glow begitu low profil," kudengar bisik-bisik dari meja sebelah. Aku tersenyum senang. Inilah yang aku harapkan dari mereka.
"Kenapa memilih duduk denganku? Bukannya masih banyak tempat duduk lain?" suara lirih akhirnya keluarnya dari Lisa setelah aku bicara lebih banyak padanya.
"Kenapa? Memangnya ada yang salah denganmu? Derajat kita kan sama saja di sekolah ini," aku berkata ceria. Sedikit kukeraskan suaraku yang membuat meja sebelah tampak gaduh seperti sarang tawon. Tentu saja mereka sibuk memuji betapa mulianya hatiku.
"Kupikir kamu akan memilih meja yang lain," Lisa mengangkat bahu.
"Nyantai aja. Aku bukan tipe orang yang suka pilih-pilih teman. Oh, ya. Siapa namamu?" Meski aku sudah tahu Lisa Anavira adalah juara umum semester genap kemarin dan menjadi penghuni kelas sebelas IPA 1, untuk menjaga image, tentu dong aku tidak akan bilang tahu soal dia. Karena ... ayolah! Seharusnya Lisa yang stalking soal aku dan tahu segalanya tentangku. Bukan malah terbalik.
"Lisa," ujarnya singkat. Dia benar-benar irit bicara. Membosankan. Bahkan minim pujian tidak seperti cewek-cewek lain yang berusaha menanyakan siapa saja cowok yang mengajakku berkencan malam minggu nanti. Siapa saja yang sudah menembakku minggu ini. Aku mendapat hadiah apa saja hari ini. Dan mereka akan sibuk interogasi soal keluargaku yang terkenal dan sering masuk media. Menanyakan barang-barang yang kupakai sampai tips-tips kecantikan. Tapi Lisa? Dia sama sekali tidak kepo tentangku. Atau hanya berusaha menahan diri? Kulihat dia tampak minder dan dari tadi hanya menunduk tidak menatapku. Fokus menyantap siomaynya.
"Eh ada cowok baru!" Suara itu melengking dari meja sebelah. Kulihat Zaskia berseru kegirangan. Cowok baru? Maksudnya siswa baru? Kupasang telinga baik-baik. Sepertinya cowok ini angin segar yang akan menjadi trending topik di sekolah.
"Aku penasaran dengan mukanya. Katanya pindahan dari Texas," tambah Zaskia. Si wartawan gosip paling handal. Ya. Diam-diam aku mengamati orang-orang di sekelilingku.
Texas? Kedengarannya ini cowok akan menjadi most wanted berikutnya. Sepertinya aku harus mempersiapkan diri untuk menyambutnya. | Cerpen Misteri Kisah Misteri Loker Membawa Kematian
- Bersambung -