Kisah Cintaku Tak Semanis Buah Ceri Part 2

"Alhamdulillah, lumayan. Hari ini laris manis,"

Ucap Mia saat duduk istirahat di kursi taman rumah sakit. Tiap kali dia duduk di taman itu, selalu saja timbul rasa kantuknya. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Tak Semanis Buah Ceri Part 2

Udara sejuk di pagi hari, di tambah semilir angin pagi, membuatnya ingin berbaring saja di kursi taman itu dan tertidur pulas.

Walau beberapa menit saja sebagai ganti beberapa jam dari tidur malamnya yang di gunakan untuk menyiapkan dagangan.

Jam sepuluh biasanya dia baru tidur, dan bangun jam dua dini hari sudah bangun lagi untuk membantu ibunya memasak nasi dan sayur serta lauk untuk di jual sesudah sholat subuh. Diantara kesibukannya, Mia tidak lupa untuk sholat tahajjud. Dia tidak berharap apa-apa dari dunia ini pada Sang Khalik, sudah bisa makan dan mencukupi keperluan utama hidup bagi mereka berdua, asal dia selalu di berikan semangat untuk bisa beribadah dan menuntut ilmu agama dengan sebaik-baiknya, bagi Mia, itu saja sudah lebih dari cukup.


Pola pikir seperti itulah yang sedari kecil di tanamkan bapak ibunya kepada Mia, anak mereka satu-satunya. Hidup pas-pasan membuat mereka harus lebih bersyukur, agar sesusah apapun hidup, mereka akan tetap bisa merasakan bahagia.

Saat itu Mia baru naik kelas dua sekolah menengah pertama, dan dia mulai terpengaruh gaya hidup teman-temannya yang boros dan suka hura-hura. Beberapa kali dia minta bapaknya untuk membelikannya handphone, sepatu mahal atau baju-baju mahal seperti yang teman-temannya punya. Namun bapaknya tidak mau membelikannya, sehingga Mia pun sering uring-uringan dan merajuk.

"Bapak pelit, teman-teman Mia semua di belikan sama bapaknya macam-macam, cuma Mia aja yang enggak," ucap Mia sambil menangis.


"Bukan begitu nak. Buat membelikan kamu ini itu, bapak sanggup, tapi setelah itu, apa kamu akan berhenti meminta ini itu lagi? Enggak kan. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Tak Semanis Buah Ceri Part 2