Suasana rumah sakit masih lengang, banyak keluarga pasien yang terlihat masih tidur di ruang tunggu, ataupun di depan ruang rawat. | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Tak Semanis Buah Ceri
Pemandangan yang biasa bagi sebuah rumah sakit negeri yang mayoritas di huni oleh kalangan menengah ke bawah. Bagi mereka, tidak masalah jika harus tidur dimana atau bagaimana, yang penting, mereka selalu ada bagi keluarga mereka yang sedang sakit.
Beberapa terlihat baru, namun ada juga yang terlihat sudah tidak asing lagi, karena sudah lama mereka berada di situ, menjaga keluarga mereka yang sedang sakit. Tidak jarang juga terlihat beberapa orang yang menangis karena sang pasien yang merupakan keluarga mereka telah meninggal dunia.
Pemandangan yang tidak bisa di hindari olehnya, karena memanh inilah dunianya saat ini, dunia yang lekat dengan bau obat dan desinpektan, aura kesedihan, ketegangan, dan bahkan kematian, kecuali di bangsal ibu melahirkan, hanya di situ sajalah aura kebahagiaan lebih banyak terpancar.
Bagi Mia, rumah sakit adalah tempat kerja sekaligus tempat dinasnya, bukan sebagai seorang dokter atau perawat, tapi sebagai seorang pedagang asongan.
"Nasi nasi..teh panas, kopi panas, nasi pecel."
Sayup-sayup terdengar suaranya perlahan dan hampir berbisik, karena hari masih cukup gelap dan masih banyak pasien yang tidur. Dia hanya berharap keluarga pasien yang sudah bangun dan lapar mencari sarapan di pagi yang masih dingin dan gelap seperti saat itu. Dan mungkin beberapa gelas teh atau kopi panas dari termos-termos yang dia bawa, akan cukup menghangatkan mereka setelah semalaman tidur di atas lantai keramik yang dingin, dan kemudian rasa hangat itu di bayar beberapa lembar rupiah oleh pembelinya.
"Mba sini,"panggil seorang ibu tua padanya.
"Iya bu,"ucapnya berjalan mendekat," mau beli apa bu?"
"Teh hangat nya mba segelas."
"Iya bu."
"Nasinya ada nasi apa mba?"
"Nasi pecel, campur sama nasi goreng bu,"ucapnya sambil menunjukkan beberapa bungkusan nasi yang bertulisan, menandakan masing-masing menu di dalamnya.
"Ooh nasi pecel aja mba."
"Iya...ini bu"ucapnya memberikan sebungkus nasi dan tidak lupa juga sebuah sendok plastik.
"Berapa mba?"
"12 ribu nasinya, tehnya 3 ribu. Jadi 15 ribu bu."
"Ooh ini. Terima kasih."
"Sama-sama bu. Permisi,"ucap Mia sambil berlalu menuju ruangan lain.
"Mia sini,"panggil seorang perawat dari meja informasi.
"Iya mba Ratih," sahutnya bergegas menghampiri.
"Ada nasi goreng gak? Aku laper banget nih."
"Iya mba, ini."
Sebungkus nasi goreng Mia letakkan di atas meja informasi.
"Teh hangatnya sekalian ya."
"Iya mba,"ucapnya sambil meletakkan segelas teh di atas meja informasi.
"Oh iya Mia, satu lagi deh nasi goreng sama tehnya, buat mba Endang."
"Loh mba Endangnya mana mba?"tanya Mia sambil mengambilkan sebungkus lagi.
"Itu lagi ngecek pasien di ujung."
"Ooh gitu, ini tehnya mba."
"Iya, ini uangnya. Makasih ya."
"Sama-sama mba saya permisi."
"Iya," | Cerpen Cinta Kisah Cintaku Tak Semanis Buah Ceri
Sahut Ratih dan kemudian menikmati sarapannya.