Nyaliku menciut melihat ibu Yusa yang memasang wajah masam saat melihatku. Kutegakkan kepala, mencoba tersenyum setulus mungkin. | Cerpen Kehidupan Kisah Antara Aku Dan Mantan Suamiku Part 5
Setelah mencium tangan dan berbasa-basi, kuutarakan maksud kedatanganku.
"Bilang saja kamu menyesal sudah menceraikan anakku, " jawab beliau ketus.
"Bukan begitu, Bu. Saya hanya ingin Fian merasakan kebahagiaan lengkap di hari ulang tahun ayahnya," jelasku setenang mungkin.
Beliau tidak mengatakan apa-apa lagi. Pun dengan ayah Yusa, hanya diam melihat kehadiranku. Jika tidak ada Fian, suasana canggung pasti akan terasa.
Aku menunggu Yusa pulang sendirian di teras rumah. Ibuku tidak mau ikut serta. Katanya lebih baik kami bertiga merayakannya di luar rumah saja. Enaknya memang begitu sebenarnya. Ah biarlah. Setidaknya aku sudah mencoba memperbaiki hubunganku dengan orang tua Yusa.
Sekitar pukul setengah 8, Yusa pulang. Hatiku berdebar melihatnya turun dari motor. Ayolah Hilda, kalian bukan abege yang sedang pacaran. Kamu adalah ibu Fian, dan Yusa adalah ayahnya. Bersikaplah normal, batinku mencoba bersikap dewasa.
"Hil... Da?" Dia tampak terkejut.
"Ah, ya ini aku. Mmm... Aku datang sama Fian. Oh ya anyway selamat ulang tahun," tanganku sedikit gemetar saat hendak menjabat tangannya. Dia menjabat tanganku dengan canggung. Sesaat kami terdiam.
"Nah, itu ayah pulang..." terdengar suara ibu Yusa dari dalam.
"Mmm... Masuklah. Aku bawa kue dan makanan kesukaanmu," kataku akhirnya.
"Terima kasih. Kamu sampai repot begini," dia tampak senang. Aku lega melihatnya.
Bersyukur Yusa mampu mencairkan suasana. Dia mengajak kedua orang tuanya untuk turut meniup lilin. Melihat Fian tertawa bahagia bersama ayahnya, itu sudah cukup bagiku. Orang tua Yusa menolak makan kue dan makanan yang kubawa untuk mereka dengan alasan sudah kenyang. Setelah tiup lilin, mereka pamit ke kamar. Yusa menatapku dengan tatapan tidak enak, namun ku isyaratkan bahwa aku baik-baik saja.
"Sekali lagi, terima kasih. Hari ini sangat berkesan untukku, "ucapnya saat kami hendak pulang.
"Sama-sama Yus. Ini semua kulakukan sebagai rasa terima kasih karena kamu sudah berusaha menjadi ayah yang baik untuk Fian," ucapku sedatar mungkin.
Sejujurnya aku berniat memberikan kado juga untuknya. Namun kuurungkan. Jangan sampai aku terbawa perasaan lebih jauh. Bagaimanapun secara personal, Yusa adalah lelaki yang baik. Tidak kupungkiri itu. Meski demikian bukan berarti aku ingin rujuk. Tidak, terutama untuk saat ini.
"Bulan depan ulang tahun Fian kan? Mau kita rayakan nggak?" Yusa tampak antusias ketika seminggu kemudian datang ke rumahku untuk menengok Fian.
"Rencanaku sih mau bagiin kue dan snack aja buat temen sekelas sama beberapa tetangga."
"Cuma begitu? Kamu nggak pengen ajak dia ngerayain bareng ayahnya?"
"Kamu pengen ngerayain juga?" Aku pura-pura polos.
"Iyalah."
"Becanda kok. Mmm... Apa perlu kita undang orang tuamu dan ibuku juga. Nanti kita rayain ulang tahun Fian di restoran."
"Tumben. Uangmu pasti banyak ya?"
"Idih, siapa bilang aku yang bayar. Kamu lah. Aku kan bakal keluar uang buat beli snack dan kue."
"Idih, ujung-ujungnya aku juga yang keluar uang banyak. Anyway kamu yakin orang tua kita bakalan mau makan bareng di luar?" | Cerpen Kehidupan Kisah Antara Aku Dan Mantan Suamiku Part 5
"Kalau Fian yang minta pasti mereka mau. Lagipula ini acara syukuran ulang tahun cucu. Mereka pasti datang."
"Semoga saja. Tapi serius nih aku yang bayar? Belum nanti beliin kado buat Fian."
"Nggak usah kasih kado lah. Kalau Fian mau kado bilang aja kadonya diganti sama potong kue dan makan bersama nenek kakek."
"Tapi aku pengen beliin dia mobil remote."
Aku mendelik, pura-pura marah. Dia tertawa terbahak-bahak.
Terkadang Yusa memang masih kekanakan. Saat masih pacaran, dia sering manja dan menggodaku. Namun ketika menikah, semuanya seolah berbalik 180 derajat. Bukan aku menyalahkan pernikahan. Sekali lagi, ini hanyalah tentang kurangnya kesiapan mental kami dalam memasuki babak kehidupan baru yang sakral itu.
Kalian tidak bisa memungkiri bahwa banyak hal akan berubah setelah menikah. Begitulah kenyataannya meskipun ada juga kehidupan pernikahan yang harmonis dan penuh cinta.
H-7 Ulang Tahun Fian
"Resto pandan sari saja bagus dekorasinya. Cocok buat makan bersama keluarga, " usulku.
"Nggak ah, mahal. Makanannya nggak enak lagi. Cari yang khusus masakan jawa dong. Bapak ibuku kan sukanya makanan tradisional yang rasanya medok."
"Sekali-kali kita perkenalkan masakan indonesia lain dong. Masa masakan jawa mulu. Sehari-hari masaknya kan juga itu."
"Terserah kamu deh. Asal jangan yang terlalu mahal harganya. Mendadak motorku minta servis. Minggu kemarin aku udah keluar uang banyak."
"Di resto kayu manis aja kalau gitu. Harganya lumayan terjangkau kok. Dan aku yakin orang tua kita juga bakal suka suasana dan makanannya."
"Oke deh, aku nurut aja."
"Idih, pasrah. Tenang aja pak. Aku bakal ikut bayar kok. Kita patungan setengah-setengah, oke?"
"Lho, jangan dong. Kamu kan udah keluar uang buat beli kue dan snack."
"Mumpung aku lagi baik nih. Kalau nggak mau ya su..."
"Oke oke, deal."
Kami berdua lalu tos tanda setuju.
Lihat, kami partner yang baik kan? | Cerpen Kehidupan Kisah Antara Aku Dan Mantan Suamiku Part 5
- Bersambung -