"Ambo, jangan mi terlalu tinggi Panaik kalau ada yg lamar ka, bagaimana kalau mereka tak sanggup, mana mantang perawan tua ma nakke!" sungut Saripah di samping bapaknya yg asyik melinting tembakau.
" Apa mo kau. Sarjana tong ko, cantik anakku, caradek, apalagi ambo'mu ini keturunan bangsawan. " sahut Lelaki tua itu sambil menwpuk dadanya yg kerempeng, tersedot racun tembakau bertahun tahun.
" Bagaimana kalau yg kusuka tak mampu i?" nada saripa tinggi tertahan, berusaha menata kejengkelan di depan orang tuanya. | Cerpen Sedih Kisah Ambo Dan Ammak Nya Saripah
" Satu ji laki laki di dunia ini kah, Nak?"
" Awweee, Ambo'. Nakira gampang itu urusan cinta. Nakira gampang itu bangun chemistri sama orang!"
" Apa itu chemistri, pelajaran kuliahnu itu Nak Ipah?"
" iye, anu susah itu Ambo, tak bisa itu orang kawin kalau tak ada chemistry. Bisa bisa cerai ji kalau dipaksa. Ambo kira gampang atur itu perasaan cinta dan suka sama seorang lelaki? Sapatahu Ambo tolak yg itu gara gara tena ganna Panaikna, baru suru ka lagi cari atau tunggu yg lain sesuai tuntutan Ambo, kalau tidak ada chemistriku sama mereka, bagaimana mi itu? Ambo mau liat ana'ta menderita batin?" saripah memelas dgn argumentasi panjang.
Bapaknya terdiam, sambil mengisap lintingan tembakau dalam dalam.
" Malu ka saya itu,Nak!" tawar lelaki itu
" Jadi Ambo korbankan kebahagiaanku hanya karena tdk mau malu? Berarti ambo egois, ambo tak sayang sama Ipah!" matanya berkaca kaca dan lari masuk ke dalam kamar, meninggalkan Sang Bapak yg duduk terdiam. Menarik napas berat dan menghempaskan abu terakhir di dalam asbak.
Hari semakin malam, Ipah masih memeluk bantal dgn mata sembab dan merah. Bayangan sang arjuna, Ikhwah yg sudah memberi isyarat hendak melamar dirinya melambai lambai di pelupuk mata.
" Astahfirullah " batin Saripah merasa berdosa. Dgn gontai dia beringsut ke kamar mandi dan berwudhu "
Setelah melakukan qiyamul lail, dia berdoa dengan sangat khusyuk, memohon sangat keajaiban terjadi di esok hari. Yah, apa yg tak mungkin dgn do'a.
"Ipaaah, sini ki, Nak! Nia paralluna Manggenu!" panggil Ibunya dari ruang tamu ketika subuh berganti pagi yg cerah.
" Iye, amma, tayang rong!"
Tergopoh gopoh Saripah ke ruang tamu dan mendapati dua manusia yg dikasihinya itu duduk bersisian. Hatinya menangis melihat gurat kelelahan di wajah mereka karena membesarkan dirinya hingga umurnya mencapai 25 tahun. Ada rasa bersalah dalam dirinya ketika harus berada dalam situasi konflik seperti ini lidahnya kelu, pasrah dgn keputusan sang ayah.
" Anrinni ki ,Nak. Suruh mi datang ke rumah itu temanmu. Bapak mau bicara."
Mata Saripah terbelalak, tak percaya saja. Wajah kuyunya berubah ceria, membuat hati kedua orang tuanya yg cemas seketika tenang.
" Ambooo, Amma, terimakasih, Alhamdulillah. Semoga Alloh membalas kebaikan dan kasih sayang kalian selama ini dan semoga Alloh menyayangi kalian, duhai orang tuaku !"
Saripah menghambur di pangkuan kedua orang tuanya dan bersimpuh ta'zim. Segala puja dan puni hanya milik Alloh, Dzat yg senantiasa membolakbalikan hati. | Cerpen Sedih Kisah Ambo Dan Ammak Nya Saripah